2 November 2017

TANGISAN PARA SAHABAT NABI MUHAMMAD


Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi bersabda:
“Diantara orang pilihan dari umatku adalah yang bersaksi bahwa tak ada Tuhan selain Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Jika berbuat baik mereka bergembira. Jika berbuat jelek mereka memohon ampun. Jika bepergian bepergian mereka mengqasar shalatnya dan mengurungkan puasanya. Yang paling jelek dari umatku adalah mereka yang lahir dalam kenikmatan dan berenang dalam kenikmatan itu. Keinginan mereka pada aneka makanan dan bermacam minuman. Bila berbicara muluk-muluk, jika berjalan nampak angkuh. Celakalah orang yang sombong dalam ekor-ekor (bagian belakang pakainnya), yang makan berlebihan dan berbicara bagai syair-syair.”

Tangisan Para Sahabat Nabi Muhammad

Nabi Muhammad Saw. memuji umatnya yang hidup diatas sifat baik dan meninggalkan sifat tercela. Nabi seakan sangat menginginkan umatnya untuk selalu taat dan terus menerus dalam sifat itu. Hingga pada salah satu malam di bulan Rajab, Nabi bangun di tengah malam dan pergi ke masjid ingin melihat sahabatnya, apakah ada yang bangun. Ketika telah dekat dari masjid, Nabi mendengar suara Abu Bakar yang menangis ketika shalat. Abu Bakar bermaksud menghatamkan Al Qur’an dalam shalat dua rekaat. Tetapi ketika sampai pada ayat:

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.” (QS. At Taubah: 111)

Ia menangis dengan kesedihan yang sangat. Di sudut masjid lain Nabi mendengar suara Ali yang juga menangis dengan suara keras. Ia ingin menghatamkan Al Qur’an dalam dua rekaatnya. Ketika sampai pada ayat:

“Samakan orang-orang yang tahu dan yang tidak tahu? Hanya orang-orang yang berakal yang bisa menerima pelajaran.” (QS. Az Zumar: 9)

Berderailah air matanya.

Di sudut yang lain lagi di dalam masjid, Muadz bin Jabal juga nampak menangis dengan suara lantang. Ia bermaksud menghatamkan Al Qur’an di dalam shalat, tapi ia hanya mampu membaca setengah surat atau sepertiganya. Kemudian ia mengganti dengan surat lain tapi selalu saja ia menangis dalam shalatnya hingga air matanya bercucuran di tikar.

Di bagian lain, nampak pula Bilal tengah shalat dan menangis. Rasulullah lalu ikut menangis hingga mereka selesai shalat. Lantas Nabi pulang dan merasa bergembira hingga tiba di rumah. Mereka tak ada yang tahu bahwa Nabi hadir diantara mereka. Pada subuhnya, mereka shalat berjamaah bersama Nabi. Nabi lalu bertatap muka dengan mereka, dan bertanya dengan perasaan gembira. “Wahai Abu Bakar mengapa engkau menangis pada ayat, “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.” “Bagaimana aku tidak menagis?” jawab Abu Bakar. “Padahal Allah telah membeli jiwa para hamba. Jika hamba itu cacat pastilah tak akan dibeli. Atau karena nampak cacatnya setelah dibeli pastilah akan dikembalikan. Jika ternyata aku cacat ketika dibeli, atau ketahuan cacat setelah dibeli, maka tentulah aku masuk neraka. Karena itulah saya lalu menangis.”

Maka datanglah Jibril keapada Nabi dan berkata, “Wahai Muhammad, katakan kepada Abu Bakar. Jika pembeli tahu cacat hamba dan membelinya karena tahu cacatnya maka ia tak berhak mengembalikannya. Allah mengetahui dengan cacat hambaNya sebelum Ia menciptakannya. Allah mengetahui dengan cacat hambaNya sebelum Ia menciptakannya. Beserta cacatnya maka dibeli dan tak akan dikembalikan. Juga dengan cacat setelah dibeli. Misalkan seseorang membeli sepuluh budak dan ada yang cacat satu, lantas ia hanya mau membeli yang tidak cacat maka hukum tidak mengatur begitu. Allah membeli telah membeli orang-orang mukmin dan memasukkannya di antara para surfi, wali, para nabi dan para rasul. Dengan terhimpunnya semua umat maka tidak akan dikembalikan para nabi, para suci, para rasul. Nyatalah bahwa yang cacat tak akan dikembalikan.” Nabi bergembira sekali, juga para sahabat.

Lalu Nabi bertanya pada Ali, “Apa yang menyebabkan kamu menangis ketika membaca, Samakah orang-orang yang tahu dengan yang tidak tahu? hanya orang-orang yang berakal yang tidak bisa menerima pelajaran.” Ali menjawab, “Bagaimana aku tidak menangis mendengar firman itu, sedang bapak kita Adam adalah manusia yang paling tahu. Seperti firman Allah:

“Allah mengajarkan Adam nama-nama semuanya,” (Al Baqarah: 31)

Sedangkan kami tak akan bisa tahu seperti Nabi Adam. Bagaimana kami akan sama?”

Maka datanglah Jibril dan berkata, “Wahai Muhammad, katakan kepada Ali, tidaklah sama dengan sangkaanmu. Akan tetapi tidaklah sama pada hari kiamat antara orang kafir dan orang mukmin. Orang kafir menyembah berhala dan tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Sedang orang mukmin menyembah Allah setiap waktu dan keadaan membaca “Laa ilaa ha illallah muhammadur rasuulullah” jika berbuat baik mereka gembira, jika berbuat jelek mereka minta ampun, jika bepergian mereka mengqasar dan mengurungkan puasanya dan itu tidak diharamkan. Tidak sama antara orang kafir dan orang mukmin. Orang kafir tempatnya di neraka sedang orang mukmin di surga.

Kitab Al Mawa’idh Al Ushfuriyyah; Syech Muhammad bin Abu Bakar
Diterjemakan oleh M. Khiron. Gz.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.