20 Oktober 2017

ARWAH PENASARAN

Malam Jum’at, pintu kamarku seperti ada yang mengetuk-ngetuk dan terdengar suara lirih, “Mbak, tolong saya, saya belum mau mati!”


Sebagai gadis perantauan yang berasal dari Sumatera, aku bekerja di sebuah pabrik yang terletak di Kawasan Industri Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Mula-mula aku tinggal di rumah saudara. Namun karena ingin hidup mandiri, akhirnya mengontrak sebuah rumah. Lokasi rumah kontrakanku itu di sebuah kampung yang jauh dari jalan raya. Pepohonan yang besar dan tua masih banyak tumbuh di sana. Kalau malam hari selepas Isya’ suasana sepi mencekam.

Seminggu tinggal disana suasana biasa-biasa saja, tak ada sesuatu yang aneh. Namun di suatu malam, tepatnya malam Jum’at, saya mengalami kejadian mistis yang cukup menegangkan. Waktu itu sekitar pukul 01.00 dini hari, aku terjaga dari tidurku karena sayup-sayup terdengar suara orang menangis. Tangisan yang memilukan itu cukup mengganggu juga. Setelah cukup lama kau mendengarnya, bisa kupastikan itu adalah suara tangisan wanita. Setelah beberapa saat berlangsung, suara tangisan itu perlahan-lahan menghilang dari pendengaranku. Dan malam pun kembali sunyi.

Baca juga:
Suara tangis kudengar malam itu awalnya kukira sebagai tangis Nengsih, teman sebelah kamarku. Ya, aku sangka dia menagis karena meungkin dia kangen dengan kedua orang tuanya yang berada di kampung. Namun saat kutanya pagi harinya, Nengsih mengaku tidak menangis dan tidur dengan nyenyak. Lalu, suara tangisan siapa yang ku dengar itu? Keanehan yang kualami ini sengaja tidak kuceritakan kepada teman-teman satu kontrakan. Aku merasa apa yang kualami ini mungkin hanya halusinasi saja. Aku takut nanti aku dikira mengada-ngada.

Namun sungguh aneh, malam berikutnya pintu kamarku seperti ada yang mengetuk. Semula aku mengira mungkin Nengsih. “Ada keperluan apa malam-malam ketuk-ketuk pintu?” tanyaku. Sambil berkata demikian aku melangkahkan kakiku menuju pintu. Dan ketika pintu ku buka, tak ada siapapun di depan pintu itu. Tak terasa bulu kudukku merinding. Segera kututup pintu kamarku. Setelah itu, dengan perasaan tak karuan aku coba memejamkan mataku. Karena kelelahan akupun tertidur.

Beberapa hari gangguan makhluk halus itu memang tak datang. Aku cukup merasa lega. Namun, malam Jum’at berikutnya, pintu kamarku kembali seperti ada yang mengetuk-ngetuk dan terdengar suara lirih, “Mbak, tolong saya. Saya belum mau mati…!” Mendengar suara itu aku langsung menggigil ketakutan. Ingin lari ke luar tapi tidak mungkin kulakukan karena pintunya hanya satu. Yang bisa kulakukan hanya membaca ayat-ayat suci dan doa mohon perlindungan kepada Tuhan.

Untunglah fenomena ganjil tersebut berlangsung cuma sesaat. Namun tak urung membuatku ketakutan setengah mati. Keesokan paginya aku langsung menceritakan perihal kejadian semalam kepada temanku satu kontrakan, terutama kepada Nengsih. Namun mereka agak sangsi dan meragukan ceritaku. Untuk menghilangkan rasa penasaran aku menanyakan kepada pak Umar, penanggungjawab rumah kontrakan itu. Kepadanya kuceritakan gangguang gaib yang selalu menerorku hampir tiap malam.

Pak Umar nampak tercenung mendengar ceritaku. “Sebenarnya saya enggan untuk menceritakan hal ini. Tapi baiklah bapak akan menceritakan semua rahasia ini,” kata pak Umar. Pak Umar kemudian bercerita, “Dua tahun yang lalu, di rumah ini ada seorang gadis yang bunuh diri. Gadis itu tak lain dan tak bukan adalah anak dari pemilik rumah ini. Gadis itu bunuh diri karena hubnungannya denga pria kekasihnya tak disetujui kedua orang tuanya. Karena kecewa dengan keputusan kedua orang tuanya, gadis itupun bunuh diri. Mengetahui anaknya meninggal karena bunuh diri mereka menyesal, dan untuk melupakan kesedihan itu mereka pindah rumah ke Jakarta dan rumah ini mereka kontrakkan. Dan saya sebagai tetangga mendapatkan kepercayaan untuk mengurusnya.”

Mendengar cerita itu aku termenung dan berpikir, mungkin arwah dari gadis pemilik rumah ini yang selalu menggangguku. Tapi mengapa hanya aku yang diganggu? entahlah. Setelah kuputuskan masak-masak, akupun berencana ingin pindah rumah, dan ternyata usul itu disetujui oleh kedua temanku. Ternyata diam-diam mereka berdua pun sempat diganggu oleh arwah gadis itu.
Penutur cerita: Zumiati,
Majalah Misteri No. 380 hal. 23

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.