Ini adalah prosesei ritual adat di suatu desa terpencil di
bagian wilayah tenggara Kota Yogyakarta.
Suatu ritual membuka kain kafan pembungkus tiga buah cupu keramat,
sebuah ritual yang sarat dengan suasana mistis.
Apa manfaat ritual ini?
Jika berangkat dari pusat Kota Yogyakarta, sedikitnya
memerlukan waktu 1,5 jam atau kurang lebih 100 km perjalanan menuju tempat
ritual ini.
Tepatnya, di sebuah desa terpencil, tepatnya di dusun Colorejo, Kelurahan Girisekar, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Untuk sampai ke sana, harus melewati jalan berkelok dengan tikungan tajam. Belum lagi harus melintasi jurang-jurang sedalam puluhan meter disepanjang kiri kanan jalan, khas jalan-jalan di pelosok Kabupaten Gunung Kidul. Setelah sampai di kampung Colorejo, tantangan perjalananpun masih disuguhkan untuk bisa mengikuti ritual yang sangat dikeramatkan oleh masyarakat Gunung Kidul dan warga sekitar. Jalanan tanah lumpur merah pun harus ditempuh dengan berjalan kaki untuk bisa mencapai tempat tujuan.
Tepatnya, di sebuah desa terpencil, tepatnya di dusun Colorejo, Kelurahan Girisekar, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Untuk sampai ke sana, harus melewati jalan berkelok dengan tikungan tajam. Belum lagi harus melintasi jurang-jurang sedalam puluhan meter disepanjang kiri kanan jalan, khas jalan-jalan di pelosok Kabupaten Gunung Kidul. Setelah sampai di kampung Colorejo, tantangan perjalananpun masih disuguhkan untuk bisa mengikuti ritual yang sangat dikeramatkan oleh masyarakat Gunung Kidul dan warga sekitar. Jalanan tanah lumpur merah pun harus ditempuh dengan berjalan kaki untuk bisa mencapai tempat tujuan.
Baca Juga: Punden Penglarisan Mbah Tempel
Keadaan diperburuk lagi dengan hujan yang pasti akan selalu
mengguyur ketika menjelang prosesi ini diselenggarakan. Aneh memang entah mengapa ketika ritual magis
ini akan dilaksanakan bisa dipastikan hujan akan selalu turun membasahi
kampung. Terlihat dari kejauhan sebuah
rumah tua yang sudah dimakan usia itu dikerumuni oleh ribuan pengunjung. Rumah berukuran sekitar 70 meter persegi tersebut
adalah milik Mbah Dwijo Sumarto, yang tak lain adalah juru kunci tempat dimana
prosesi yang sebentar lagi akan dilangsungkan.
Hawa magis pun sudah langsung bisa terasa. Hari itu jatuh pada hari malam Selasa Kliwon
hari yang juga dikeramatkan selain malam Jumat Kliwon oleh masyarakat
Jawa. Itu hari yang diyakini dimana para
makhluk halus keluar dari huniannya. Di
tempat itulah dengan dipimpin Sang Juru Kunci, ritual itu nantinya akan
dilaksanakan.
CUPU KERAMAT
Cupu adalah semacam mangkuk kecil terbuat dari bahan sejenis
perselin. Cupu itu ada tiga buah. Benda-benda keramat itu, selama ini berada di
rumah Mbah Dwijo Sumarto, seorang sesepuh kampung dan seorang tokoh spiritual
yang sakti. Ketiga Cupu tersebut,
masing-masing memiliki nama. Yaitu bernama
Semar Kinandu, Palang Kinantan, dan Kenthiwiri.
Ketiga Cupu tersebut diletakkan pada sebuah peti kecil berukuran kurang
lebih panjang 20 cm, lebar 10 cm dan tinggi 7 cm. Kemudian Cupu yang telah dimasukkan ke dalam
peti kecil tersebut dibungkus dan dibalut dengan kain kafan berjumlah ratusan
lembar. Saking banyaknya kain
pembungkus, hingga bentuk bungkusannyapun menjadi besar dan menyerupai
bungkusan mayat sesungguhnya.
Jika kita akan menelisik lebih jauh tentang sejarah dari Cupu
magis itu, tentu saja harus meruntut sejarah keberadaan Cupu itu sendiri,
mengapa bisa sampai di tempat itu?
Seperti dikatakan oleh Mbah Dwijo Sumarto, “Cupu ini sudah berusia
ratusan tahun, sejak dahulu Cupu ini dikeramatkan oleh warga sekitar
sini.” Dari cerita Sang Juru Kunci
tersebut, konon dulu-dulunya Cupu keramat tersebut adalah milik Eyang Sayek,
orang sakti mandraguna yang sangat dituakan di kawasan pesisir Pantai Selatan
kawasan gunung Kidul. Cupu tersebut
adalah merupakan barang pusaka peninggalan kesayangan Eyang Sayek. Yang memiliki saja sudah sakti mandraguna,
tentu saja barang peninggalannyapun juga memiliki tuah alias kekuatan yang luar
biasa juga. Takut nantinya benda keramat
itu akan disalah gunakan, maka ketika Eyang Sayek akan meninggal, dirinya mengubur
Cupu-cupu pusakanya tersebut di dalam bagian rumah Eyang Sayek sambil berpesan,
“Barang siapa yang bisa mengambil benda pusaka tersebut, kelak nantinya yang
akan memiliki dan merawat sampai garis keturunannya,” Begitu kata Mbah Dwijo
Sumarto.
Masih diceritakan Mbah Dwijo Sumarto, ketika zaman itu ada
ribuan orang berlomba-lomba untuk memilikinya, dari sekian orang tak satupun
yang berhasil, hingga suatu saat tibalah giliran Kyai Setrodono, dialah
satu-satunya kala itu yang akhirnya mampu mengambil dan mengangkat Cupu keramat
tersebut dari dalam tanah. Dan seperti
diucapkan Eyang Sayek tadi, bahwa barang siapa yang bisa mengambilnya, maka
dialah yang berhak memiliki dan merawatnya hingga keturunan-keturunan
berikutnya, yaitu dialah Kyai Setrodono.
Siapa Kyai Setrodono itu? Yaitu dialah moyang dari Mbah Dwijo
Sumarto. “Saya ini sudah keturunan ke-7
dari pendahulu-pendahulu saya yang merawat Cupu ini,” kata Mbah Dwijo
Sumarto. Si Mbah ini mulai menjabat
sebagai Juru Kunci sejak tahun1987 menggantikan posisi ayahnya.
Ditambahkannya, dahulu Cupu tersebut
berjumlah total 5 buah, namun entah mengapa hilang secara ghaib hingga kini
hanya tersisa 3 buah saja. Tercatat
sudah sekitar 3 kali Cupu berpindah tempat seiring dengan berpindahnya orang
yang diberi wewenang untuk menjaganya.
Pertama kali dulu, berada di Dusun Mendak selam 70 tahun kemudian
berpindah ke Dusun Temu Ireng selama 20 tahun, dan terahir kini berada di rumah
Mbah Dwijo Sumarto sejak tahun 1957 atau sekitar 50 tahun. Kesemuanya masih berada di daerah plosok
pegunungan di Gunung Kidul. Dan selama
itu pula, ritual demi ritual pembukaan Cupu selalu terjadi setiap setahun
sekali di rumah dimana Sang Juru Kunci menetap.
Kini di rumah Mbah Dwijo Sumarto, Cupu tersebut tersimpan rapi
pada sebuah bilik yang dijadikan tempat khusus untuk
menyimpan benda yang memiliki kekuatan daya lebih tersebut, lengkap dengan peti
kecil terbuat dari kayu berisi tiga buah Cupu keramat yang dibalut dengan
ratusan kain kafan, yang seolah menambah semakin kentalnya aura ghaib di rumah
Mbah Dwijo Sumarto ini.
MEMBUKA KAIN KAFAN
Bagaiman prosesi membuka Cupu itu sendiri?
Dari bili kayu berukuran kira-kira 2x3 m yang disekitarnya
juga diletakkan beberapa sesaji berupa jajanan pasar, buah-buahan dan keperluan
lainnya, Cupu tersebut disemayamkan. Tak lupa dupa dan kemenyan simbol
pemanggilan roh-roh halus juga turut dibakar di sekitar dimana Cupu tersebut
diletakkan. Jam telah menunjukkan pukul
02.00 WIB, hari pun telah menginjak ke hari Selasa dini hari, tibalah Cupu tersebut
harus dikeluarkan. Satu prosesi yang
ditunggu-tunggu dan sangat kental nuansa ghaib pada ritual pembukaan Cupu
tersebut adalah saat-saat dibukanya ratusan lembar kain kafan yang membalut
peti.
Balutan kain kafan yang besar menyelubungi peti tempat Cupu
tersebut perlahan mulai dikeluarkan dari dalam bilik menuju ke ruang tengah
rumah Mbah Dwijo Sumarto mengeluarkan benda keramat tersebut dari dalam bilik
dan masih selalu tercium bau dupa dan kemenyan terus menusuk hidung mengiringi
balutan kain kafan. Di ruang tengah
sudah disiapkan meja pendek tempat dimana pusaka keramat itu nantinya akan
diletakkan untuk dibuka. Dengan dipimpin
Mbah Dwijo Sumarto perlahan-lahan kafan itu diletakkan di hadapannya dengan
posisi melintang ke arah utara dan selatan.
Dengan sedikit membaca mantra dan doa, Mbah Dwijo Sumarto pun mulai
melakukan komunikasi antara dirinya dengan ghaib dari Cupu tersebut. Setelah doa dipanjatkan, sang juru kunci pun
mencium bagian ujung dari kafan tersebut untuk kemudian dibukalah satu persatu
bungkusan yang menyerupai bungkusan mayat itu.
KEHEBATAN CUPU
Bagi mereka yang percaya satu hal yang membuat orang menjadi
sangat mengkultuskan Cupu yaitu dengan kekuatannya yang dapat meramal keadaan
negeri ini di satu tahun ke depan.
“Sebenarnya pertanda ini hanya berlaku untuk warga di sekitar sini
saja. namun dalam perkembangannya banyak
yang menafsirkan ini juga berlaku untuk bangsa ini,” terang Mbah Dwijo Sumarto
sebelum prosesi dimulai. Dari mana dan
pertanda apakah gerangan sehingga dapat dipercaya sebagai ramalan kehidupan
bangsa ini ke depan? Yaitu pertanda yang nantinya akan tergambarkan berupa noda
yang akan membentuk suatu gambar tertentu dari lembar perlembar kain kafan yang
akan dibuka.
Nanti pada bagian kafan akan membentuk suatu gambar yang itu
sangat diyakini sebagai pertanda yang akan terjadi satu tahun lagi. Bagaimana caranya melihatnya? Ketika kain
kafan dibentangkan maka nantinya gambar tersebut akan berada di arah mana. Misalnya di bentangan kafan sisi barat ada
gambar yang ditafsirkan sebagai api, bisa dimungkinkan pada satu tahun ke depan
akan banyak ditemukan beberapa api atau bisa juga diartikan sebagai banyaknya
kebakaran yang terjadi sisi barat negeri ini.
“Soal penafsiran itu tergantung kepada masing-masing kami hanya menjelaskan
gambarnya saja. Tentang menafsirkan
kejadian apa, kami tidak berhak,” kata Mbah Dwijo Sumarto meluruskan.
Sebagai contoh ketika pembukaan Cupu tahun 1997 terlihat
gambar pohon beringin besar yang tumbang, satu tahun kemudian terlihat kejadian
Presiden Suharto lengser dari jabatannya, atau ketika banyak ditemui gambar
kereta api, yang kemudian terjadi adalah banyaknya kecelakaan kereta api di
tahun-tahun 2005-an. Yang terahir yang
sangat fenomenal adalah ketika pembukaan Cupu di tahun 2005 terlihat di bagian
selatan kafan terdapat gambar perempuan dengan banyak darah disekitarnya.
Ternyata itu gambaran yang kemudian terjadi
di tahun 2006, yaitu peristiwa 27 Mei 2006 dengan terjadi gempa dahsyat di
Bantul. Jadi ketika di Bantul akan
terjadi musibah, baik Mbah Dwijo Sumarto dan beberapa orang yang menyaksikan
pembukaan kafan kala itu, jauh-jauh hari sudah bisa merasakan yang akan terjadi
pada satu tahun berikutnya dan buktinya adalah peristiwa gempa Bantul dan
sekitarnya yang menggemparkan dunia tersebut.
Lalu siapakah yang menorehkan noda pada kafan? “Saya juga tidak tahu, yang pasti itulah
pertanda dari Cupu yang ada tersebut untuk manusia,” jelas juru kunci.
Lalu apa gambar serta pertanda yang terlihat dalam prosesi
pembukaan kain kafan pada selasa, 30 Oktober 2007 dini hari? Pada awal-awal
kain kafan dibuka, tak satupun tanda gambar terlihat sama sekali pada kain
putih pembungkus. Hampir separuh kain
kafan dibuka, kain tetap dalam keadaan putih bersih seperti keadaan awal dahulu
ketika satu tahun yang lalu dibungkuskan untuk melindungi peti berisi Cupu
keramat tersebut. Setelah beberapa ratus
lembar kain pembungkus dibuka, barulah gambar pertama terlihat berada di sudut
sisi tenggara dari kain kafan tersebut, yaitu terdapat gambar kepala yang
menoleh ke arah timur. Selang beberapa
lembar kemudian masih pada arah yang sama yaitu tenggara terlihat ada gambar
bunga, entah bunga jenis apa. Mbah Dwijo
Sumarto pun tidak bisa memastikannya.
Lembar berikutnya juga jelas terlihat ada simbol Kraton
Yogyakarta terletak di bagian barat.
Satu hal yang sedikit mengagetkan pada pembukaan lembar berikutnya pada
arah tenggara terdapat tulisan huruf BN yang bagian dibawahnya juga terdapat
tulisan huruf LA29, entah pertanda apa ini, namun beberapa orang mengaitkan
dengan inisal nama orang pemerintahan negeri ini. Peristiwa ghaib juga terlihat dari pembukaan
lembar kafan berikutnya. Tak hanya
gambar saja, kali ini terdapat beberapa helai sabut kelapa di sebelah barat,
benda lainnya yang juga turut ditemukan lagi yaitu di sebelah utara terdapat
seekor semut pada bukaan kafan berikutnya.
Baca juga: Belajar Ilmu Ikhlas dari Iblis sakti
Gambaran pulau Bali dan pulau kecil lain disekitarnya seperti
pulau Flores dan sebagainya, terlihat jelas pada lembar berikutnya di arah
sebelah barat daya. Pada pembukaan kain
kafan berikutnya tak ada satupun bentuk gambar terlihat, hanya saja di barat
laut dan tenggara kain kafan nampak kotor sekali bekas noda warna cokelat
kumal, namun pada bagian tengah tetap bersih.
Pada penampakan berikutnya terdapat bebetrapa jumput butir pasir yang
terletak di arah utara. Degup ragu
masyarakatpun dapat terasa, pasir tersebut mengingatkan dengan keberadaan
gunung Merapi di sisi utara kota Yogyakarta.
Apakah pasir tersebut pertanda gunung Merapi akan bergejolak lagi?
terdengar beberapa orang bertanya sambil berbisik ragu nan was-was tentang hal
satu ini.
Berikutnya adalah gambar yang bisa dikatakan hampir setiap
tahun pasti ditemukan, yaitu gambar pesawat terbang. Masih dalam lembar yang sama telihat jalan
yang panjang terdapat di sisi timur, jalan yang berbelok-belok. Dibagian barat laut terdapat tulisan 1379
yang dibawahnya terdapat gambar bocah kecil berbadan normal namun pada bagian
kakinya kaki kecil seperti anak tidak normal.
Setelah itu lembaran berikutnya ditemukan serpihan potongan kulit kayu
akasia di sebelah utara. Bisa ditemukan
juga jentik nyamuk dalam keadaan masih hidup di sebelah barat, seiring dengan
itu juga ditemukan pula semut yang masih hidup di sebelah timurnya. Lembar kafan berikutnya sebelah utara ada
secuil plastik dengan didekatnya ada angka tertuliskan angka 2.
Tampak gambar selanjutnya agaknya sedikit melegakan para
penunggu kabar ramalan pada dini hari tersebut.
Dari arah barat terlihat ada gambar wayang yang berwujud Semar. Dalam mitologi pewayangan Jawa, tokoh Semar
merupakan bapaknya para Dewa di Kayangan, kemunculan sang Semar sering di
lambangkan dengan kemakmuran dan kesejahteraan atau bisa juga diartikan sebagai
pertanda yang baik. Pada tampilan yang
terlihat pada lembar berikutnya terlihat disisi barat laut gugusan pulau
Sumatra berdekatan dengan pulau Dewata Bali.
Kemudian diiringi dengan terlihatnya seutas benang berwarna biru pada
lembar kafan setelahnya. Setelah itu
juga terlihat warna kuning yang berupa garis disisi utara, garis tersebut memanjang
dari arah utara ke arah barat. Dari
sekian gambar hanya gambar kali ini yang nyata jelas terlihat yaitu gambar
sebuah tower air yang berada di lembaran kafan disisi barat. Sebagian orang melambangkan akan ada
kesejahteraan berupa kelimpahan air dari sisi barat negeri ini. Yang terahir dan sekaligus sebagai kain
penutup terlihat disisi selatan ada bercak-bercak yang membentuk susunan
formasi huruf SA yang dibawahnya terdapat tulisan angka 11 berwarna merah.
Apapun hasilnya, itu masih merupakan rahasia dan tanda tanya
besar. Entah benar akan terjadi tentang
fenomena yang akan datang terhadap negeri ini atau ada makna lain dari sekedar
simbolisasi ritual magis pembukaan Cupu keramat tersebut. “Saya sebagai juru kunci tidak bisa
menyimpulkan akan ada peristiwa apa yang berkaitan dengan gambar tersebut. Biarkan masyarakat sendiri yang membuktikan
satu tahun ini,” kata Mbah Dwijo Sumarto dengan bijak.
SEKIAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.