Pertama kali yang masuk islam setelah nabi Muhammad mendapat
wahyu adalah Khadijah istri Nabi, kemudian berturut-turut Abu Bakar, Ali, Zaid
bin Haritsah, Qomariah yang ketika itu masih menjadi budak perempuan, Hamzah,
Zubair, Abu Ubaidah bin al Jarrah, Thalhah dan Zubair. Mereka memeluk islam dengan sembunyi-sembunyi
agar tidak diketahui oleh orang kafir.
Kemudian Jibril turun menemui Nabi Muhammad dan berkata, “Hai Muhammad,
Allah telah menyampaikan salam untukmu.
Allah memerintahkan engkau mengajak semua orang kepada Islam.”
Baca juga: MERENUNGI JALAN KEMATIAN
Nabi segera bangkit untuk menaiki bukit Abu Qubais dan
menyeru dengan suara keras, “Katakanlah LAA ILAA HA ILLALLAH MUHAMMADUR
RASULULLAH.” Mendengar seruan tersebut
orang-orang kafir segera berkumpul di balai-balai. Mereka berembuk, “Muhammad telah mencemooh
tuhan kita, ia mengajak kita menyembah tuhan yang tidak kita kenal, Bagaimana
ini?” kata mereka. Nabi menyeru lagi, “Jangan
kalian sembah tuhan-tuhan kalian kecuali Allah Yang Maha Esa dan Maha Perkasa.” Tuhan-tuhan mereka waktu itu berjumlah 360
berhala. Diantara orang-orang kafir
tersebut adalah Syaibah bin Rabi’ah, Al Walid bin Al Harits, Shafwan bin
Umaiah, Ka’ab bin Al Asyraf, Aswad bin Yaghus, Dhahr bin Al Haris, Kinanah bin
Rabi’. Mereka semua kafir Makah dan
pemuka-pemuka kafir.
Baca juga: KHASIAT SHALAWAT IBNU ABBAS
“Muhammad menyeru kita kepada Tuhan yang tidak kita kenal
tetapi tidak mencemooh kita,” kata yang satu lagi. “Muhammad cuma menghendaki harta kita,” kata
yang lain lagi dengan berdiri. Mereka
acuh saja dengan komentar ini. “Muhammad
sebenarnya penyihir dan pendusta,” ujar yang lain setelah berdiri. Mereka bertanya kepada Walid, “Bagaimana
pendapatmu?”
“Aku tak bisa berkomentar!” sahut Walid. Mereka sangat marah kepada Walid. “Beri aku kesempatan tiga hari,” pinta
Walid. Walid mempunyai dua patung yang
dibuat dari permata, emas, perak dan macam-macam manik-maik. Patung tersebut diletakkan diatas kursi dan
diberi baju warna-warni. Tiga hari tiga
malam Walid menyembahnya tanpa terputus, tanpa makan, tanpa minum. Anak-anaknya ikut menyembahnya. Pada hari ketiga Walid berkata, “Demi
penyembahan yang kulakukan tiga hari.
Beri tahu aku perihal Muhammad!”
Saat itu masuklah setan ke dalam salah satu bibir berhala dan
berkata, “Muhammad bukanlah Nabi, jangan kau benarkan dia!” Betapa gembira hati Walid. Ia keluar lalu menyebarkan kepada orang kafir
mengenai ucapan berhalanya. Para kafir
Makah berkumpul di dekat Walid.
“Semestinya kita ceritakan kepada Muhammad,” usul salah seorang.
Mendengar berita itu, Nabi sedih sekali. Jibril kemudian turun dan berkata, “Celakalah
yang mengucapkan seperti itu,” yang dimaksud jibril adalah Walid. Ketika Walid mendengar kata-kata Jibril, ia
terbahak-bahak. “Haaaa…haaa…haaa….aku
tak peduli.” Orang-orang kafir berkumpul
kembali. Ia meletakkan berhala Hubal di
dekat mereka. Berhala itu dihias dengan
rupa-rupa pakaian. Mereka lalu
menyembahnya. Masih belum puas, Walid
memanggil Nabi. Nabi kemudian datang
bersama Abdullah bin Mas’ud dan duduk diantara mereka. Saat itu masuklah setan ke perut
berhala. Nama setan itu Musfir. Si Musfir mencemooh Nabi Muhammad dalam perut
berhala. “Wahai rasul, apa yang dikatakan
berhala itu?” tanya Abdullah bin Mas’ud.
“Tenanglah…Abdullah, ia itu adalah setan,” jawab Nabi. Nabi Muhammad kemudian pulang dan ditengah
perjalanan ia bertemu dengan penunggang kuda yang turun dari kudanya. Ia mengenakan baju hijau. Ia mengucapkan salam kepada Nabi dan Nabipun
menjawabnya. “Siapa kamu, salam yang kau
ucapkan sungguh indah bagiku,” puji Nabi.
“Aku keturunan jin.
Aku masuk islam sejak zaman Nabi Nuh, telah kutinggalkan negeriku sekian
lama, ketika aku pulang kudapati istriku menangis. Kutanyakan padanya kemudian istriku menjawab,
apa kamu tidak tahu Musfir telah menjelekkan Muhammad, aku langsung pergi,
mengejar jejak Musfir. Tadi si Musfir
telah kutumpas di antara Shafa dan Marwah.
Ini darahnya masih menempel di pedangku.
Kepalanya di kandang kuda.
Tubuhnya terbang antara Shafa dan Marwah. Bentuknya menyerupai kambing dan kepalanya
buntung.”
Nabi gembira sekali dan berdoa untuknya atas amal
baiknya. “Siapa namamu?” tanya
Nabi. “Namaku adalah Muhair bin Abhar,
saya tinggal di Gunung Tursina,” jawabnya.
“Apa engkau tidak ingin aku mengejek orang kafir lewat berhala-berhala
mereka sebagaimana pernah dilakukan Musfir?” ucap jin Muhair. “Lakukan saja,” jawab Nabi. Pada hari berikutnya, orang-orang kafir
berkumpul dan mereka mengundang Nabi Muhammad.
Mereka menaruh Hubal di dekatnya dan memberikan aneka rupa baju kemudian
menyembahnya. Sebagaimana yang telah
mereka lakukan pada hari pertama, mereka berkata: “Hai Hubal, betapa cerah
penglihatanku hari ini jika kamu mengejek Muhammad.” Hubal berkata, “Wahai ahli Makah…!
ketahuilah, orang ini adalah Nabi yang haq, agamanya benar. Muhammad mengajak ke jalan yang benar, kamu
semua dan berhalamu tak ada gunanya lagi.
Jika kalian tidak membenarkannya dan mengimaninya, kalian akan berada di
neraka Jahanam. Kekal di dalamnya. Ikutilah Muhammad, ia adalah Nabi Allah
makhluk terbaikNya.”
Abu Jahal terkutuk segera bangkit dari duduknya. Ia ambil berhala itu dan membantingnya ke
tanah hingga pecah lalu membakarnya.
Nabi pulang dengan perasaan gembira dan memberi nama baru untuk Muhair
menjadi Abdullah bin Ahbar.
Ia membuat
syair kemenangan atas Musfir:
Akulah Abdullah bin Ahbar
Akulah penumpas si durhaka Musfir
Ku awasi si mungkar itu lalu kutebas dengan pedangku
diantara Shafa dan Marwah, Si Pongah
dan sombong menolak
kebenaran mengucap kemungkaran
dengan mencacimaki Nabi Allah yang suci
Demi Allah, tidaklah aku beruntung kecuali islam
telah kokoh nyata diakui kebenarannya
Atau bertekuk lutut segala kesombongan dari Yahudi dan
Nasrani
Tentaraku adalah Raja-raja Parsi, Penguasa-penguasa dan
kaisar-kaisar.
Dikutip dari sebuah kitab Al Hikmah “AL MAWA’IDHUL ‘USFURIYYAH”
SEKIAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.