24 Desember 2016

TIPU DAYA JIN DI ZAMAN NABI MUHAMMAD


Pertama kali yang masuk islam setelah nabi Muhammad mendapat wahyu adalah Khadijah istri Nabi, kemudian berturut-turut Abu Bakar, Ali, Zaid bin Haritsah, Qomariah yang ketika itu masih menjadi budak perempuan, Hamzah, Zubair, Abu Ubaidah bin al Jarrah, Thalhah dan Zubair.  Mereka memeluk islam dengan sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui oleh orang kafir.  Kemudian Jibril turun menemui Nabi Muhammad dan berkata, “Hai Muhammad, Allah telah menyampaikan salam untukmu.  Allah memerintahkan engkau mengajak semua orang kepada Islam.”



Nabi segera bangkit untuk menaiki bukit Abu Qubais dan menyeru dengan suara keras, “Katakanlah LAA ILAA HA ILLALLAH MUHAMMADUR RASULULLAH.”  Mendengar seruan tersebut orang-orang kafir segera berkumpul di balai-balai.  Mereka berembuk, “Muhammad telah mencemooh tuhan kita, ia mengajak kita menyembah tuhan yang tidak kita kenal, Bagaimana ini?” kata mereka.  Nabi menyeru lagi, “Jangan kalian sembah tuhan-tuhan kalian kecuali Allah Yang Maha Esa dan Maha Perkasa.”  Tuhan-tuhan mereka waktu itu berjumlah 360 berhala.  Diantara orang-orang kafir tersebut adalah Syaibah bin Rabi’ah, Al Walid bin Al Harits, Shafwan bin Umaiah, Ka’ab bin Al Asyraf, Aswad bin Yaghus, Dhahr bin Al Haris, Kinanah bin Rabi’.  Mereka semua kafir Makah dan pemuka-pemuka kafir.


“Muhammad menyeru kita kepada Tuhan yang tidak kita kenal tetapi tidak mencemooh kita,” kata yang satu lagi.  “Muhammad cuma menghendaki harta kita,” kata yang lain lagi dengan berdiri.  Mereka acuh saja dengan komentar ini.  “Muhammad sebenarnya penyihir dan pendusta,” ujar yang lain setelah berdiri.  Mereka bertanya kepada Walid, “Bagaimana pendapatmu?”
“Aku tak bisa berkomentar!” sahut Walid.  Mereka sangat marah kepada Walid.  “Beri aku kesempatan tiga hari,” pinta Walid.  Walid mempunyai dua patung yang dibuat dari permata, emas, perak dan macam-macam manik-maik.  Patung tersebut diletakkan diatas kursi dan diberi baju warna-warni.  Tiga hari tiga malam Walid menyembahnya tanpa terputus, tanpa makan, tanpa minum.  Anak-anaknya ikut menyembahnya.  Pada hari ketiga Walid berkata, “Demi penyembahan yang kulakukan tiga hari.  Beri tahu aku perihal Muhammad!”

Saat itu masuklah setan ke dalam salah satu bibir berhala dan berkata, “Muhammad bukanlah Nabi, jangan kau benarkan dia!”  Betapa gembira hati Walid.  Ia keluar lalu menyebarkan kepada orang kafir mengenai ucapan berhalanya.  Para kafir Makah berkumpul di dekat Walid.  “Semestinya kita ceritakan kepada Muhammad,” usul salah seorang.


Mendengar berita itu, Nabi sedih sekali.  Jibril kemudian turun dan berkata, “Celakalah yang mengucapkan seperti itu,” yang dimaksud jibril adalah Walid.  Ketika Walid mendengar kata-kata Jibril, ia terbahak-bahak.  “Haaaa…haaa…haaa….aku tak peduli.”  Orang-orang kafir berkumpul kembali.  Ia meletakkan berhala Hubal di dekat mereka.  Berhala itu dihias dengan rupa-rupa pakaian.  Mereka lalu menyembahnya.  Masih belum puas, Walid memanggil Nabi.  Nabi kemudian datang bersama Abdullah bin Mas’ud dan duduk diantara mereka.  Saat itu masuklah setan ke perut berhala.  Nama setan itu Musfir.  Si Musfir mencemooh Nabi Muhammad dalam perut berhala.  “Wahai rasul, apa yang dikatakan berhala itu?” tanya Abdullah bin Mas’ud.  “Tenanglah…Abdullah, ia itu adalah setan,” jawab Nabi.  Nabi Muhammad kemudian pulang dan ditengah perjalanan ia bertemu dengan penunggang kuda yang turun dari kudanya.  Ia mengenakan baju hijau.  Ia mengucapkan salam kepada Nabi dan Nabipun menjawabnya.  “Siapa kamu, salam yang kau ucapkan sungguh indah bagiku,” puji Nabi. 


“Aku keturunan jin.  Aku masuk islam sejak zaman Nabi Nuh, telah kutinggalkan negeriku sekian lama, ketika aku pulang kudapati istriku menangis.  Kutanyakan padanya kemudian istriku menjawab, apa kamu tidak tahu Musfir telah menjelekkan Muhammad, aku langsung pergi, mengejar jejak Musfir.  Tadi si Musfir telah kutumpas di antara Shafa dan Marwah.  Ini darahnya masih menempel di pedangku.  Kepalanya di kandang kuda.  Tubuhnya terbang antara Shafa dan Marwah.  Bentuknya menyerupai kambing dan kepalanya buntung.”

Nabi gembira sekali dan berdoa untuknya atas amal baiknya.  “Siapa namamu?” tanya Nabi.  “Namaku adalah Muhair bin Abhar, saya tinggal di Gunung Tursina,” jawabnya.  “Apa engkau tidak ingin aku mengejek orang kafir lewat berhala-berhala mereka sebagaimana pernah dilakukan Musfir?” ucap jin Muhair.  “Lakukan saja,” jawab Nabi.  Pada hari berikutnya, orang-orang kafir berkumpul dan mereka mengundang Nabi Muhammad.  Mereka menaruh Hubal di dekatnya dan memberikan aneka rupa baju kemudian menyembahnya.  Sebagaimana yang telah mereka lakukan pada hari pertama, mereka berkata: “Hai Hubal, betapa cerah penglihatanku hari ini jika kamu mengejek Muhammad.”  Hubal berkata, “Wahai ahli Makah…! ketahuilah, orang ini adalah Nabi yang haq, agamanya benar.  Muhammad mengajak ke jalan yang benar, kamu semua dan berhalamu tak ada gunanya lagi.  Jika kalian tidak membenarkannya dan mengimaninya, kalian akan berada di neraka Jahanam.  Kekal di dalamnya.  Ikutilah Muhammad, ia adalah Nabi Allah makhluk terbaikNya.”

Abu Jahal terkutuk segera bangkit dari duduknya.  Ia ambil berhala itu dan membantingnya ke tanah hingga pecah lalu membakarnya.  Nabi pulang dengan perasaan gembira dan memberi nama baru untuk Muhair menjadi Abdullah bin Ahbar.  

Ia membuat syair kemenangan atas Musfir:
Akulah Abdullah bin Ahbar
Akulah penumpas si durhaka Musfir
Ku awasi si mungkar itu lalu kutebas dengan pedangku
diantara Shafa dan Marwah, Si Pongah 
dan sombong menolak kebenaran mengucap kemungkaran
dengan mencacimaki Nabi Allah yang suci
Demi Allah, tidaklah aku beruntung kecuali islam
telah kokoh nyata diakui kebenarannya
Atau bertekuk lutut segala kesombongan dari Yahudi dan Nasrani
Tentaraku adalah Raja-raja Parsi, Penguasa-penguasa dan kaisar-kaisar.
Dikutip dari sebuah kitab Al Hikmah “AL MAWA’IDHUL ‘USFURIYYAH”

SEKIAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.