Sosok siluman dalam bentuk seekor anjing sebesar kuda bima,
dan setiap kali muncul selalu diawali dengan lolongannya, diduga menjadi
penyebabnya. Kabar miring pun merebak,
tuduhan yang dilayangkan tentang usahanya berhasil karena memiliki pesugihan
padahal….!
Sugiyono, pengusaha batu bata merah yang memiliki beberapa
toko material bahan bangunan tergolong sukses.
Lelaki berumur 48 tahun itu merasa jengkel bila mengingat tuduhan miring beberapa waktu lalu. Hingga detik ini, cerita tak mengenakkan itu terkadang masih terdengar santer. Di lingkungan tempat tinggalnya di daerah Sragen, Jawa Tengah berkembang gosip tak sedap tentang usahanya yang dikatakan hasil kerjasama dengan sosok siluman. “Saya di tuduh memiliki pesugihan anjing. Tuduhan mereka itu salah besar. Yang saya nikmati sekarang ini murni hasil kerja keras saya, tanpa diembel-embeli bantuan orang lain apalagi pesugihan,” aku pria tinggi besar ini.
Lelaki berumur 48 tahun itu merasa jengkel bila mengingat tuduhan miring beberapa waktu lalu. Hingga detik ini, cerita tak mengenakkan itu terkadang masih terdengar santer. Di lingkungan tempat tinggalnya di daerah Sragen, Jawa Tengah berkembang gosip tak sedap tentang usahanya yang dikatakan hasil kerjasama dengan sosok siluman. “Saya di tuduh memiliki pesugihan anjing. Tuduhan mereka itu salah besar. Yang saya nikmati sekarang ini murni hasil kerja keras saya, tanpa diembel-embeli bantuan orang lain apalagi pesugihan,” aku pria tinggi besar ini.
“Entah hingga kini ada saja orang yang beranggapan seperti
itu. Bahkan katanya pada malam-malam
tertentu masih sering melihat dan mendengar lolongannya di sekitar rumah saya,”
lanjutnya mencoba menepis tuduhan tetangga.
Diakui pada awal merintis kesuksesan memang mengalami beberapa kali kejadian
ganjil yang syarat dengan misteri.
Diduga warga yang menuduhnya memiliki pesugihan bersumber dari salah
satu peristiwa ghaib tersebut. Untuk
meyakinkan itu, ia bahkan bersedia di sumpah pocong, atau siap dihukum dengan
sejenisnya. Diceritakan pria gagah ini,
keterpurukannya hingga menemukan titik terang namun digoncang isu yang tak
mengenakkan, diawali saat dirinya baru saja memulai hidup berumah tangga dengan
gadis tetangga desa, sebut saja Arum.
Sebagai kepala keluarga yang masih awam, serta terbentuk dari keluarga
sederhana, Sugiyono harus menjadi tulang punggung keluarga yang harus kerja
keras membanting tulang demi memenuhi kebutuhan.
Baca juga: REIKI DAN SUMBER ENERGI GHAIBNYA
Berangkat dari kemiskinan, memaksanya melakukan pekerjaan
serabutan, termasuk nekat merantau ke luar kota. Harapan menemukan kecerahan di kota lain,
ternyata tak jauh beda. Pun begitu di
kota besar Jakarta, berbekal ijazah SMP serta keterampilan yang minim, Sugiyono
muda harus puas memperoleh pekerjaan yang lebih mengandalkan tenaga dari pada
otak. Ia kerja di sebuah pabrik pembuat
genteng cetak. Merasa bertanggungjawab
pada keluarga ia tetap jalani dengan suka cita.
DI TEMUI KAKEK BERJENGGOT
Menurut Sugiyono peristiwa itu terjadi tahun 1984, tepatnya
beberapa minggu sebelum menemukan kemapanan.
Suatu malam, kala tertidur lelap, dia bermimpi ditemui kakek berjenggot
putih. Sosok tua itu memberi wejangan
bahwa dalam mencari rejeki tidak usah terlalu ngoyo. Biarkan saja mengalir seperti air apa adanya. Toh…rejeki tidak akan kemana, kalau memang
sudah jodoh. “Ujung-ujungnya pak, kakek
itu menyarankan saya supaya kembali ke kampung,” ujar pria berhidung mancung
ini mangkel. Usai berkata demikian sosok
itu kemudian memberinya sebuah benda.
Anehnya, benda tersebut berupa gumpalan tanah merah. Ketika dipertanyakan manfaatnya, kakek
misterius itu sudah menghilang dari pandangan mata. Hampir bersamaan dengan itu, Sugiyono segera
terbangun. Mendapati mimpi seperti
itu,batinnya serentak tegang, takut, apalagi tanah merah pemberian kakek itu
masih tergenggam. Kengerian membayang,
bagaimana mungkin tanah itu berada di tangannya, padahal pertemuannya itu hanya
dalam mimpi. “Saat itu juga pak, saya
ambil wudhu kemudian sholat malam, mohon petunjukNya. Saya takut terjadi apa-apa,” papar Sugiyono.
Lebih lanjut di ungkap, disaat bingun itu ia putuskan untuk
mudik. Keputusan tersebut bukan berarti
ia lebih mempercayai mimpi, tetapi lebih didasarkan rasa kangennya pada
istri. Di kampung, setelah berkumpul
keadaan tak bisa merubah nasib. Namun
sebagai suami dia masih merasa tanggung jawabnya belum terbukti. Dalam masa penantian panjang itulan, Sugiyono
mencari kesibukan lain dan mencoba menarik becak. Dengan bangga meski harus membuang rasa malu,
dia tekuni pekerjaan itu dengan hati.
Sampai tak terasa, setengah tahun sudah ia berpeluh keringat mengayuh
becak. Banyak sudah pengalaman
diperoleh. Senang, pahit, getir bahkan
wawsan luas dunia malam dan kerasnya hidup di jalan. Kadang siang dibuat malam, begitu pula
sebaliknya. Bahkan saking capeknya, tak
jarang dia tertidur di becak, ditempat biasa mangkal di sekitar terminal lama
Sragen.
Kembali dituturkan dalam tidurnya itu, dia bermimpi didatangi
kakek lagi. Tapi kali ini sosok itu
menyarankan agar Sugiyono menebarkan tanah merah pemberiannya di pekarangan
rumah. Selesai berucap seperti itu, dia
pun tersadar dan kembali bingung. Apa
yang barusan terjadi seolah nyata. Namun
ia belum mampu memaknai artinya.
Kemudian apa yang dilakukannya, hanya berkeliling mengitari pekarangan
luas. Saat mengitari tempat itu tidak lupa
ia pun menabur tanah seperti saran dalam mimpi.
Iseng, ia kemudian menanami lahan tersebut dengan ketela rambat dan
beberapa pohon pisang batu hitam. Tetapi
sautu ketika tengah asyik bercocok tanam, ia mendapat ide baru ketika
menyaksikan rumahnya yang masih berdinding gedeg (anyaman dari bambu). Pikirnya, alangkah baiknya jika dinding bilik
itu diganti dengan batu bata merah buatannya sendiri.
Baca juga: AMALAN TERHINDAR DARI GANGGUAN BINATANG
Atas ide itulah, keesokan malam Sugiyono membuat batu bata
merah bahannya di ambil dari tanah lahannya sendiri. Berdasar pengalaman di Jakarta, kemudian ia
terapkan. Sedang pekerjaan tersebut ia
lakukan disaat waktu luang, sepulang menarik becak. Hampir setiap malam meski kelelahan
dikerjakannya dengan senang. “Setelah
saya bakar dan sudah menjadi bentuk batu bata , saya pasang untuk mengganti
dinding gedeg itu. Hasilnya lumayan
pak. Kata tetangga, batu bata merah saya
sangat bagus, besar dan kuat,” katanya bangga.
“Bahkan ada tiga orang berani bertaruh, dengan merubuhkan rumah mereka,
kemudian meminta saya mengganti batu bata buatan saya,” sambungnya merendah.
DITEMANI ANJING SILUMAN
Dari semua yang dikerjakannya hampir setiap malam, diterapkan
dengan jujur terdapat satu peristiwa yang tak bisa dilupakan hingga saat
ini. Ketika Sugiyono sibuk membuat batu
bata, tepat pada mamal Jum’at Kliwon, ada sesuatu yang ganjil. Malam itu terasa lebih hening dan sunyi. Selain itu, ia pun merasakan tidak mengantuk. Malah lebih bersemangat. Padahal tenaganya telah terkuras habis
setelah seharian menarik becak. Bukan
hanya itu, ditengah keheningan mendadak dari kejauhan terdengar lolongan anjing
yang cukup membuat bulu kuduk merinding.
Baginya lolongan itu diartikan sebagai auman makhluk halus yang tengah
mengundang bangsa siluman. Sugiyono
sendiri sebenarnya ingin segera menyudahi pekerjaan. Tapi mengingat pesanan tetangga, dia tetap
menyelesaikannya hingga rampung. Pria
bertubuh besar itu berusaha tetap tenang, seolah tak terjadi apa-apa. Hingga akhirnya suara lolongan tak terdengar
lagi. Tapi sungguh diluar dugaan, sesaat
kemudian entah dari mana datangnya mendadak Sugiyono dikejutkan dengan
kemunculan pemiliknya.
Seekor anjing terlihat berjalan ke arahnya. Sorot matanya merah menyala. Moncongnya menyeringai memperlihatkan barisan
gigi-giginya yang tajam. Sedang dari
mulutnya menetes air liurnya yang menjijikkan.
Rasa takut spontan mejalar. Namun
diakui, bukanlah kelak serangan anjing itu yang ditakuti. Melainkan bentuk anjing itu yang tampak tak
sewajarnya. Terlihat dengan jelas tubuh
anjing itu wujudnya sebesar kuda bima.
Sugiyono membatin, binatang buas itu bukanlah anjing piaraan biasa,
tetapi anjing siluman yang kebetulan sedang lewat atau lepas dari tuannya.
Bahkan jika diperhatikan seksama sipat jinak dan penurut
binatang itu nampak jelas. Dengan
mengibas-ngibaskan ekornya mulai mendekat untuk kemudian ikut duduk nongkrong
(depa-sunda). Layaknya hewan piaraan,
anjing itu memperhatikan Sugiyono bekerja.
Sikapnya sungguh membuatnya heran.
Saat itu tak ada yang bisa diperbuat selain sumpah serapah
Sugiyono. “Hai anjing…!! apapun namamu,
tolong jangan ganggu saya. Saya sedang
kerja untuk menafkahi keluarga. Kalau
memang niatmu baik tolong jangan ganggu kerjaan saya, tapi jika niatmu jahat,
silahkan tinggalkan tempat ini,” begitu ucap Sugiyono yang meluncur tiba-tiba
menghalau binatang tersebut. Seolah
mengerti apa yang diucapkakan, tak berapa lama anjing siluman itupun pergi
meninggalkannya, melangkah malas seraya mengibas-ngibaskan ekornya yang
panjang.
Baca juga: BELAJAR ILMU IKHLAS DARI IBLIS SAKTI
Seperti malam sebelumnya, sepulang menarik becak, kembali
Sugiyono menyibukkan diri membuat batu bata merah. Dan peristiwa aneh itu kembali terulang. Tepat tengah malam, anjing itu kembali muncul
dengan lolongannya. Kini setelah
mengetahui anjing itu tidak mengganggu, ia pun bekerja tenang sampai binatang
itu merasa bosan menemaninya. Begitu
pula malam-malam berikutnya, Sugiyono malah merasa lebih berani, mana kala
binatang itu menungguinya. Bahkan
kehadirannya kini seolah menyemangati pekerjaannya. Terbukti, baru beberapa malam bekerja, pemesan
batu bata merahnya kian mengantri.
MUNCUL TUDINGAN
Tetapi tepat di malam jum’at kliwon ke tujuh, terjadi sebuah
peristiwa ganjil yang berbuntut panjang.
Seperti biasa tepat tengah malam saat Sugiyono bekerja, tiba-tiba anjing
yang sering menemaninya bekerja itu muncul, namun kali ini tanpa lolongan, ia
muncul secara mendadak. Sugiyono sendiri
heran. Selidik punya selidik, ada
pemandangan aneh yang diperlihatkan anjing tersebut. Napasnya terengah-engah, nampak seolah habis
dikejar. Sedang moncongnya penuh dengan
air liur…eh…tunggu dulu, itu bukan air liur…tapi tetesan darah, ya…darah
segar. Merasa curiga, saat itu juga dia
hentikan pekerjaannya dan mencoba mendekati.
Namun baru beberapa langkah, anjing itu malah ngeloyor pergi menjauhi
Sugiyono. “Keesokan paginya pak, saya
dikejutkan kejadian mengerikan. Semalam,
tetangga saya mati mendadak. Luka
menganga di tubuhnya jelas bekas gigitan anjing liar,” ungkap Sugiyono. “Seperti tuduhan mereka, saya pun jadi
curiga. Kemunculan anjing itu memang berhubungan
dengan kematian tetangga saya,” jelasnya.
Warga mempercayai kejadian yang merenggut nyawa itu akibat
serangan anjing pesugihan. Pasalnya
beberapa orang pernah melihat dan mendengar lolongannya di pekarangan rumah
Sugiyono. Bahkan mereka mengaitkannya
dengan meningkatnya perekonomian Sugiyono yang kaya mendadak. Padahal, di desa yang terbilang dama dan
rukun itu, tak seorangpun warga yang memelihara anjing. “Tudingan itu salah besar pak, mereka tidak
tahu kejadian yang sebenarnya. Saya
sendiri bingung, tapi yang jelas saya tidak memiliki pesugihan sebagaimana yang
dituduhkan tetangga,” pungkasnya dengan mimik muka sedih. Entah sampai kapan tudingan itu membelitnya,
hanya Tuhan yang tahu.
SELESAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.