Klik dibawah ini:
Aku masih tidak
percaya dengan apa yang dikatakan Pak Bejo dan Ory di sekolah tadi. Tidak
mungkin. Semua ini tidak masuk akal. Semua ini bohong. Aku tidak bisa hanya
berdiam diri seperti ini. Aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ya, aku
harus menguak semua misteri ini.
Secarik
kertas bertuliskan nama dan alamat ini membawaku melangkah ke misteri pertama
yang harus ku ungkap. Rumah berwarna hijau muda, berpagar besi hitam dan banyak
ku lihat bunga bunga indah dan bemekaran di halaman depannya. Sepi... namun
terasa teduh... Halamannya luas, rumput hijau membentang dari pintu pagar
hingga ke teras seakan menyambut langkah para tamu yang datang ke rumah itu. Di
depan pagar ku lihat papan bertuliska nama “ADAM HENDROPRIYONO”. Aku pun
memencet bel yang ada di samping pagar rumah. Tak berapa lama seorang ibu
berparas cantik keluar membuka pintu dan menghampiriku di gerbang. Saat
melihatku, dahinya mengernyit, seperti tidak mengingatku atau mungkin merasa
tidak mengenalku.
“Siang
Bu.....” sapaku halus.
“Cari
siapa ya...?” tanyanya penuh dengan keheranan.
“Apa
benar bu ini rumahnya Diana?”
“..............”
Ibu itu terlihat kaget. Menghela nafas dan berkata “Kamu mirip sekali dengan
Diana.......?”
“..............”
aku terdiam bingung.
Ibu
itu memelukku erat... seakan melepaskan kerinduan yang mendalam pada seseorang.
“Aku kangen sama kamu... Diana.....”
*****
Aku sudah duduk di ruang tamu yang
terlihat lumayan luas untuk dikatakan sebagai ruang tamu. Dinding berwarna
hijau senada dengan warna cat rumah ini menyambutku dengan hangat. Ku lihat
beberapa foto terpajang di dinding ruang tamu. Aku tertarik dengan satu foto
yang tergantung di dinding. Seorang pria berkaca mata dengan wajah yang tegas,
Ibu yang ku temui tadi, seorang perempuan yang memang mirip denganku, dan
seorang laki-laki yang mungkin usianya lima tahun diatasku.
“Itu
Diana.....” Kata Ibu tadi yang datang mengagetkanku sambil membawa nampan
berisikan dua buah gelas teh yang terlihat panas.
“...........”
aku menoleh dan tersenyum padanya.
“Duduk,
Ren.... Ayo diminum dulu teh nya...”
“Iya
Bu.....”
Kuteguk
teh yang terasa manis itu, dan kulihat Ibu itu mengambil sebuah album foto di
bawah meja ruang tamu. Dan dia menyodorkan album itu padaku.
“Ini
foto-foto Diana.....”
Aku
menerimanya dan mulai melihat lembar demi lembar foto tersebut. Tersirat
kebahagiaan di dalam foto itu. Banyak kenangan yang indah antara Ibu ini dengan
Diana. Sampai akhirnya aku berhenti di satu foto yang membuatku semakin
penasaran dengan misteri ini.
“Ibu
tahu siapa ini.....?” tanyaku sambil menyodorkan sebuah foto kepadanya.
“Ya,
ibu tahu,,, Danu.....” jawabnya datar.
“Maaf
bu, kalau saya mengungkit masa lalu ibu dengan Diana, tapi bolehkah saya tahu
apa yang sebenarnya terjadi antara Danu dan Diana?”
“Setahu
ibu.....” Ibu itu menghela nafas “Diana dan Danu berteman sejak masih di bangku
SD. Ketika SMP merek sempat berbeda sekolah, namun saat SMA mereka bertemu lagi
di sekolah yang sama. Danu sering datang kesini sekedar belajar bersama dengan
Diana. Dan Ibu pun sudah menganggapnya sebagai anak Ibu sendiri. Dan sampai
akhirnya hari itu terjadi.... Sore itu Danu datang menjemput Diana, seperti
biasa mereka memang sering pergi bersama. Saat itu Diana pamit untuk mencari
buku bersama Danu.
Saat itu, sebenarnya Ibu meminta Danu untuk mencari buku
esok hari, tapi Danu bilang buku itu harus segera diapakai, akhirnya Ibu pun
mengijinkan mereka pergi. Belum ada satu jam mereka pergi, Ibu mendapat berita
kalau Diana dan Danu mengalami kecelakaan. Saat itu Ibu langsung shock dan
bergegas ke rumah sakit. Ibu melihat Diana sudah terbujur kaku disana.... saat
itu hati Ibu benar-benar sakiiittttt....” Ibu Diana terisak mengingat kenangan
pahitnya.
“Maaf
Bu, lalu bagaimana dengan Danu....?” aku bertanya dengan hati-hati.
“Danu....
saat itu dia masih kritis, kulihat dokter berusaha menyelamatkan dia, tapi tak
lama kemudian kudengar kalau Danu pun menyusul Diana.....”
Braaaakkkkk...........
Tak sadar album yang di tanganku
terjatuh. Aku kaget mendengar apa yang diungkapkan Ibu Diana itu...
“Nggak
mungkin Bu.... nggak mungkin......” Aku pun lari pergi meninggalkan Ibu Diana
yang masih bigung dengan jawabanku. Ibu Diana memanggilku namun tak kupedulikan
itu dan aku pun terus berlari keluar rumah berwarna hijau itu. Aku masih tidak
percaya dengan apa yang dikatakan Ibu Diana itu. Tidak mungkin... pasti ada
yang salah... aku harus menguak misteri ini secepatnya.
*****
Langkahku terhenti di depan
rumah yang terlihat tak terurus. Daun-daun kering berserakan di halaman depan
hingga teras rumah itu. Sunyi dan sepi yang kurasakan. Aku pun mulai merinding
memasuki halaman rumah ini. Dalam hati aku seperti tidak punya nyali untuk
meneruskan langkahku memasuki teras rumah itu. Aku memberanikan diri untuk
mengetuk pintu itu. Sekali ketukan tidak ada jawaban. Dua kali ketukan pun
sama. Dan ketukan ketiga ini kuharap ada seseorang yang keluar dari rumah sepi ini.
Pintu pun terbuka. Kulihat
seorang perempuan yang wajahnya sayu dan pucat, kulihat lingkar hitam di bawah
matanya, rambutnya terurai panjang. Dia kaget dan menatapku penuh dengan tanda
tanya.
“Maaaf
apa benar ini rumahnya Danu....?” tanyaku berusaha menutupi ketakutanku.
“Iya
benar.... Kamuu............” tanyanya dengan suara yang berat. Dia menyentuh pipiku dengan kedua
tangannya. Seakan tak percaya melihat apa yang dihadapannya. “Kamuuu..... Kamu
Diana?? Kamu hidup lagii....?!” tanyanya sambil memelukku.
“............”
aku hanya diam bingung dan membiarkan semua terjadi.
*****
Dingin kurasakan mulai membuat
sekujur tubuhku merinding. Angin berhembus dari jendela dan membuat tirai
jendela melambai-lambai membuat suasana semakin tidak nyaman kurasakan. Mbak
Nia, wanita yang memelukku tadi, adalah kakak perempuan Danu. Dia keluar dari
kamarnya dan membawa beberapa lembar foto.
“Coba
lihat ini.....” dia menyodorkan beberapa foto padaku. “Itu Danu dan Diana,
lihat kamu mirip dengan Diana kan....?”
Aku
melihatnya, memang aku akui Diana terlihat mirip dengankku ketika dia memakai
seragam sekolahnya. “Ini Danu?” Aku bertanya lagi.
“Iyaa...
ini adikku satu-satunya, Danu.”
“Apa
yang terjadi pada Danu?” tanyaku sudah tak sabar ingin tahu.
“Danu....
meninggalkan aku dan Ibu dua tahun lalu.....”
Deg....
jantungku berdetak kuat mendengar hal itu.. tubuhku langsung merinding
mendengar perkataan Mbak Nia.
“Saat
itu Danu pergi bersama Diana, dia bilang dia mau ngasih cincin spesial untuk
Diana. Danu bilang hari itu dia mau nembak Diana. Saat itu kulihat raut bahagia
di wajah Danu, katanya dia sudah nggak sabar untuk ketemu Diana dan mengatakan
semuanya. Sore itu tak kusangka adalah pertemuan terakhirku dengan Danu. Aku
tak mengira Danu pergi secepat ini.....” Mbak Nia menangis mengingat
kenangannya dengan Danu.
Aku
masih tertegun, tak percaya dengan apa yang terjadi denganku selama ini. Kalau
Danu yang ini sudah tidak ada, lalu siapa yang bertemu dengan aku selama ini?
Apakah Danu kembar? Atau hanya orang yang mirip dengan Danu? Apa yang
sebenarnya terjadi??
“Nggak
mungkin Mbak, Aku nggak percaya kalau Danu sudah nggak ada.....” Jawabku dengan
bergetar.
“Apa
maksudmu??” tanya Mbak Nia heran.
“Karena.....
karena aku bertemu Danu satu minggu terakhir ini....”
“Nggak
mungkin, Ren... kamu pasti salah....” Mbak Nia seperti tidak percaya dengan apa
yang aku katakan.
“Aku
nggak bohong, Mbak... Danu juga bercerita sama kalau dia kehilangan Diana
karena kecelakaan motor. Dia juga bilang aku ini mirip Diana pacarnya....”
“Tapi
itu nggak mungkiin, Renn......” Mbak Nia berteriak.
Praannngggggg......!!!!!
Kudengar
suara kaca pecah dan terjatuh. Aku pun menoleh. Kulihat foto Danu yang
tertempel di dinding jatuh ke lantai. Apa yang terjadi?? Aku dan Mbak Nia hanya
saling berpandangan....
*****
Jam sudah menunjukkan pukul
21.00. Aku belum bisa memejamkan mata walaupun sudah berusaha tidur sejak sejam
yang lalu. Aku ingin melupakan semua masalah ini dan terlelap tidur. Malam ini
rumah terasa sepi, orang tua dan saudara pergi ke rumah nenek. Karena terlalu
capek dengan hal tentang Danu dan Diana aku memilih untuk tinggal di rumah.
Namun bayangan Danu selalu membayang-bayangi pikiranku.
Tok... Tok... Tok....
Kudengar
ada yang mengetuk pintu rumahku. Aku bertanya dalam hati, siapa yang datang
malam-malam begini? Mungkinkah Ory? Aku pu bergegas keluar membuka pintu.
“Dddaanuu.....”
aku terbata dan menelan ludah melihat sosok Danu berdiri di hadapanku. Benarkah
ini Danu atau ......................
“Ren,
bisa kita bicara sebentar....? aku ingin mengajakmu ke bangku pinggir jalan. Ada hal
yang aku harus omongin sama kamu..... pleaseeeee.... aku harap kamu
bisaaaa...... aku akan berlutut sampai kamu mau pergi denganku.....”
Aku
bingung, hatku mulai berdetak tak karuan.... antara percaya dan tidak.. antara
takut dan penasaran... antara pergi atau tidak...
“Oke,
aku ambil jaket dulu sebentar....” aku memutuskan untuk pergi, karena aku ingin
mengetahui misteri apa yang ada di antara Danu dan Diana. Aku harus tahu dan
semua ini harus jelas! Saat aku mengambil jaket aku mengirimkan sms ke Ory, Pak
Bejo dan Mbak Nia tentang pertemuanku dengan Danu ini.
*****
Kami pun tiba di bangku pinggir
jalan, tempat biasa aku bertemu dengan Danu. Kami duduk berdua. Kulihat Danu
sangat pucat, wajahnya selalu sendu dan tatapannya kosong seakan menerawang
jauh entah kemana, dan senyum tipisnya menghiasai wajah sendunya.
“Disini.....
aku kehilangan Diana.....” Danu memulai bicara. “Kecelakaan itu terjadi disini,
aku masih ingat itu.....”
“................”
aku hanya terdiam mendengarnya. Aku bingung harus berbicara apa.
“Nih....”
dia mengeluarkan kotak cincin yang pernah dia berikan padaku kala itu. “Buat
kamu saja... aku sudah nggak bisa menyimpannya...”
“Maksudmu
gimana....?”
“Aku
ingin kamu memilikinya, aku harap kamu mau menerimanya... meskipun kamu bukan
Diana tapi aku yakin Diana ada dalam dirimu. Karena itu aku ingin kamu
menyimpannya....”
“Tapi
aku bukan Diana.... aku...”
“Aku
tahu.....” Danu memotong kata-kataku “Aku tahu kamu bukan Diana, tapi aku yakin
Diana hidup dalam diri kamu....”
“Danuuuuu.........”
aku mendengar suara Mbak Nia, aku menoleh, kulihat Mbak Nia, Ory dan Pak Bejo
sudah datang. “Kamuuu... Danuuuu.....” Mabk Nia mendekat dan terlihat
kegirangan melihat Danu.
“..........”
Danu hanya tersenyum tipis.
“Kamu
harus pergi...” Pak Bejo mendekat dan berkata pada Danu “Ini bukan duniamu...”
“Saya
tahu... saya hanya ingin menyampaikan ini kepada Karen. Setelah Karen mau
menerima cincin ini, saya akan pergi...” kata Danu sambil menyerahkan kotak
cincin itu padaku.
Aku
melihat Pak Bejo, dia pun mengangguk. Aku pun menerimanya.
“Makasih,
Ren... tolong jaga ini dengan baik.... sekarang aku harus pergi... Mbak Nia,
aku harus pergi... jaga diri Mbak baik-baik yaa.......”
“Danuuu...
Tungguuu.......” Mbak Nia berteriak dan mencoba mengejar Danu yang mulai
melangkah pergi, namun Pak Bejo menahannya.
“Ikhlaskan
Danu pergi... ini sudah jalannya...”Kata Pak Bejo.
Mbak
Nia pun tertunduk lemas... Aku hanya bisa tertegun melihat Danu pergi. Semoga
kau tenang disana.....
*****
Aku beranjak dari pusara Danu.
Meninggalkan sebuah doa untuknya agar dia tenang dan bisa ikhlas di tempatnya
yang baru. Aku pun beranjak ke pusara disebelahnya. Diana Armelia. Itulah nama
yang tertullis disana. Yaa, Diana yang bersemayam di sebelah Danu. Kuletakkan
kotak merah yang berisi cincin di dekat papan nama Diana. Kotak yang terdapat
noda darah disudut bawahnya itu akan menjadi saksi cinta antara Danu dan Diana.
Semoga kalian tenang disana. Amin.
SEKIAN
Oleh :
ADINDA EMMA PUTRI
Klik artikel terkait: Dialog Seputar Kekuatan Paranormal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.