6 Maret 2016

KISAH CINTA DUA DUNIA EPISODE TERAHIR


Klik dibawah ini:

Aku masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan Pak Bejo dan Ory di sekolah tadi. Tidak mungkin. Semua ini tidak masuk akal. Semua ini bohong. Aku tidak bisa hanya berdiam diri seperti ini. Aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ya, aku harus menguak semua misteri ini.


Secarik kertas bertuliskan nama dan alamat ini membawaku melangkah ke misteri pertama yang harus ku ungkap. Rumah berwarna hijau muda, berpagar besi hitam dan banyak ku lihat bunga bunga indah dan bemekaran di halaman depannya. Sepi... namun terasa teduh... Halamannya luas, rumput hijau membentang dari pintu pagar hingga ke teras seakan menyambut langkah para tamu yang datang ke rumah itu. Di depan pagar ku lihat papan bertuliska nama “ADAM HENDROPRIYONO”. Aku pun memencet bel yang ada di samping pagar rumah. Tak berapa lama seorang ibu berparas cantik keluar membuka pintu dan menghampiriku di gerbang. Saat melihatku, dahinya mengernyit, seperti tidak mengingatku atau mungkin merasa tidak mengenalku.

“Siang Bu.....” sapaku halus.
“Cari siapa ya...?” tanyanya penuh dengan keheranan.
“Apa benar bu ini rumahnya Diana?”
“..............” Ibu itu terlihat kaget. Menghela nafas dan berkata “Kamu mirip sekali dengan Diana.......?”
“..............” aku terdiam bingung.
Ibu itu memelukku erat... seakan melepaskan kerinduan yang mendalam pada seseorang. “Aku kangen sama kamu... Diana.....”
*****
                Aku sudah duduk di ruang tamu yang terlihat lumayan luas untuk dikatakan sebagai ruang tamu. Dinding berwarna hijau senada dengan warna cat rumah ini menyambutku dengan hangat. Ku lihat beberapa foto terpajang di dinding ruang tamu. Aku tertarik dengan satu foto yang tergantung di dinding. Seorang pria berkaca mata dengan wajah yang tegas, Ibu yang ku temui tadi, seorang perempuan yang memang mirip denganku, dan seorang laki-laki yang mungkin usianya lima tahun diatasku.

“Itu Diana.....” Kata Ibu tadi yang datang mengagetkanku sambil membawa nampan berisikan dua buah gelas teh yang terlihat panas.

“...........” aku menoleh dan tersenyum padanya.

“Duduk, Ren.... Ayo diminum dulu teh nya...”
“Iya Bu.....”

Kuteguk teh yang terasa manis itu, dan kulihat Ibu itu mengambil sebuah album foto di bawah meja ruang tamu. Dan dia menyodorkan album itu padaku.
“Ini foto-foto Diana.....”
Aku menerimanya dan mulai melihat lembar demi lembar foto tersebut. Tersirat kebahagiaan di dalam foto itu. Banyak kenangan yang indah antara Ibu ini dengan Diana. Sampai akhirnya aku berhenti di satu foto yang membuatku semakin penasaran dengan misteri ini.

“Ibu tahu siapa ini.....?” tanyaku sambil menyodorkan sebuah foto kepadanya.
“Ya, ibu tahu,,, Danu.....” jawabnya datar.
“Maaf bu, kalau saya mengungkit masa lalu ibu dengan Diana, tapi bolehkah saya tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Danu dan Diana?”
“Setahu ibu.....” Ibu itu menghela nafas “Diana dan Danu berteman sejak masih di bangku SD. Ketika SMP merek sempat berbeda sekolah, namun saat SMA mereka bertemu lagi di sekolah yang sama. Danu sering datang kesini sekedar belajar bersama dengan Diana. Dan Ibu pun sudah menganggapnya sebagai anak Ibu sendiri. Dan sampai akhirnya hari itu terjadi.... Sore itu Danu datang menjemput Diana, seperti biasa mereka memang sering pergi bersama. Saat itu Diana pamit untuk mencari buku bersama Danu. 

Saat itu, sebenarnya Ibu meminta Danu untuk mencari buku esok hari, tapi Danu bilang buku itu harus segera diapakai, akhirnya Ibu pun mengijinkan mereka pergi. Belum ada satu jam mereka pergi, Ibu mendapat berita kalau Diana dan Danu mengalami kecelakaan. Saat itu Ibu langsung shock dan bergegas ke rumah sakit. Ibu melihat Diana sudah terbujur kaku disana.... saat itu hati Ibu benar-benar sakiiittttt....” Ibu Diana terisak mengingat kenangan pahitnya.

“Maaf Bu, lalu bagaimana dengan Danu....?” aku bertanya dengan hati-hati.
“Danu.... saat itu dia masih kritis, kulihat dokter berusaha menyelamatkan dia, tapi tak lama kemudian kudengar kalau Danu pun menyusul Diana.....”
Braaaakkkkk........... Tak sadar album yang di tanganku  terjatuh. Aku kaget mendengar apa yang diungkapkan Ibu Diana itu...

“Nggak mungkin Bu.... nggak mungkin......” Aku pun lari pergi meninggalkan Ibu Diana yang masih bigung dengan jawabanku. Ibu Diana memanggilku namun tak kupedulikan itu dan aku pun terus berlari keluar rumah berwarna hijau itu. Aku masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan Ibu Diana itu. Tidak mungkin... pasti ada yang salah... aku harus menguak misteri ini secepatnya.
*****
                Langkahku terhenti di depan rumah yang terlihat tak terurus. Daun-daun kering berserakan di halaman depan hingga teras rumah itu. Sunyi dan sepi yang kurasakan. Aku pun mulai merinding memasuki halaman rumah ini. Dalam hati aku seperti tidak punya nyali untuk meneruskan langkahku memasuki teras rumah itu. Aku memberanikan diri untuk mengetuk pintu itu. Sekali ketukan tidak ada jawaban. Dua kali ketukan pun sama. Dan ketukan ketiga ini kuharap ada seseorang yang keluar dari rumah sepi ini.

                Pintu pun terbuka. Kulihat seorang perempuan yang wajahnya sayu dan pucat, kulihat lingkar hitam di bawah matanya, rambutnya terurai panjang. Dia kaget dan menatapku penuh dengan tanda tanya.
“Maaaf apa benar ini rumahnya Danu....?” tanyaku berusaha menutupi ketakutanku.
“Iya benar.... Kamuu............” tanyanya dengan suara  yang berat. Dia menyentuh pipiku dengan kedua tangannya. Seakan tak percaya melihat apa yang dihadapannya. “Kamuuu..... Kamu Diana?? Kamu hidup lagii....?!” tanyanya sambil memelukku.
“............” aku hanya diam bingung dan membiarkan semua terjadi.
*****

                Dingin kurasakan mulai membuat sekujur tubuhku merinding. Angin berhembus dari jendela dan membuat tirai jendela melambai-lambai membuat suasana semakin tidak nyaman kurasakan. Mbak Nia, wanita yang memelukku tadi, adalah kakak perempuan Danu. Dia keluar dari kamarnya dan membawa beberapa lembar foto.

“Coba lihat ini.....” dia menyodorkan beberapa foto padaku. “Itu Danu dan Diana, lihat kamu mirip dengan Diana kan....?”
Aku melihatnya, memang aku akui Diana terlihat mirip dengankku ketika dia memakai seragam sekolahnya. “Ini Danu?” Aku bertanya lagi.
“Iyaa... ini adikku satu-satunya, Danu.”
“Apa yang terjadi pada Danu?” tanyaku sudah tak sabar ingin tahu.
“Danu.... meninggalkan aku dan Ibu dua tahun lalu.....”
Deg.... jantungku berdetak kuat mendengar hal itu.. tubuhku langsung merinding mendengar perkataan Mbak Nia.

“Saat itu Danu pergi bersama Diana, dia bilang dia mau ngasih cincin spesial untuk Diana. Danu bilang hari itu dia mau nembak Diana. Saat itu kulihat raut bahagia di wajah Danu, katanya dia sudah nggak sabar untuk ketemu Diana dan mengatakan semuanya. Sore itu tak kusangka adalah pertemuan terakhirku dengan Danu. Aku tak mengira Danu pergi secepat ini.....” Mbak Nia menangis mengingat kenangannya dengan Danu.

Aku masih tertegun, tak percaya dengan apa yang terjadi denganku selama ini. Kalau Danu yang ini sudah tidak ada, lalu siapa yang bertemu dengan aku selama ini? Apakah Danu kembar? Atau hanya orang yang mirip dengan Danu? Apa yang sebenarnya terjadi??
“Nggak mungkin Mbak, Aku nggak percaya kalau Danu sudah nggak ada.....” Jawabku dengan bergetar.
“Apa maksudmu??” tanya Mbak Nia heran.
“Karena..... karena aku bertemu Danu satu minggu terakhir ini....”
“Nggak mungkin, Ren... kamu pasti salah....” Mbak Nia seperti tidak percaya dengan apa yang aku katakan.

“Aku nggak bohong, Mbak... Danu juga bercerita sama kalau dia kehilangan Diana karena kecelakaan motor. Dia juga bilang aku ini mirip Diana pacarnya....”
“Tapi itu nggak mungkiin, Renn......” Mbak Nia berteriak.
Praannngggggg......!!!!!
Kudengar suara kaca pecah dan terjatuh. Aku pun menoleh. Kulihat foto Danu yang tertempel di dinding jatuh ke lantai. Apa yang terjadi?? Aku dan Mbak Nia hanya saling berpandangan....
*****

                Jam sudah menunjukkan pukul 21.00. Aku belum bisa memejamkan mata walaupun sudah berusaha tidur sejak sejam yang lalu. Aku ingin melupakan semua masalah ini dan terlelap tidur. Malam ini rumah terasa sepi, orang tua dan saudara pergi ke rumah nenek. Karena terlalu capek dengan hal tentang Danu dan Diana aku memilih untuk tinggal di rumah. Namun bayangan Danu selalu membayang-bayangi pikiranku.

Tok... Tok... Tok....
Kudengar ada yang mengetuk pintu rumahku. Aku bertanya dalam hati, siapa yang datang malam-malam begini? Mungkinkah Ory? Aku pu bergegas keluar membuka pintu.
“Dddaanuu.....” aku terbata dan menelan ludah melihat sosok Danu berdiri di hadapanku. Benarkah ini Danu atau ......................
“Ren, bisa kita bicara sebentar....? aku ingin mengajakmu ke bangku pinggir jalan. Ada hal yang aku harus omongin sama kamu..... pleaseeeee.... aku harap kamu bisaaaa...... aku akan berlutut sampai kamu mau pergi denganku.....”
Aku bingung, hatku mulai berdetak tak karuan.... antara percaya dan tidak.. antara takut dan penasaran... antara pergi atau tidak...
“Oke, aku ambil jaket dulu sebentar....” aku memutuskan untuk pergi, karena aku ingin mengetahui misteri apa yang ada di antara Danu dan Diana. Aku harus tahu dan semua ini harus jelas! Saat aku mengambil jaket aku mengirimkan sms ke Ory, Pak Bejo dan Mbak Nia tentang pertemuanku dengan Danu ini.
*****

                Kami pun tiba di bangku pinggir jalan, tempat biasa aku bertemu dengan Danu. Kami duduk berdua. Kulihat Danu sangat pucat, wajahnya selalu sendu dan tatapannya kosong seakan menerawang jauh entah kemana, dan senyum tipisnya menghiasai wajah sendunya.
“Disini..... aku kehilangan Diana.....” Danu memulai bicara. “Kecelakaan itu terjadi disini, aku masih ingat itu.....”
“................” aku hanya terdiam mendengarnya. Aku bingung harus berbicara apa.
“Nih....” dia mengeluarkan kotak cincin yang pernah dia berikan padaku kala itu. “Buat kamu saja... aku sudah nggak bisa menyimpannya...”
“Maksudmu gimana....?”
“Aku ingin kamu memilikinya, aku harap kamu mau menerimanya... meskipun kamu bukan Diana tapi aku yakin Diana ada dalam dirimu. Karena itu aku ingin kamu menyimpannya....”
“Tapi aku bukan Diana.... aku...”
“Aku tahu.....” Danu memotong kata-kataku “Aku tahu kamu bukan Diana, tapi aku yakin Diana hidup dalam diri kamu....”
“Danuuuuu.........” aku mendengar suara Mbak Nia, aku menoleh, kulihat Mbak Nia, Ory dan Pak Bejo sudah datang. “Kamuuu... Danuuuu.....” Mabk Nia mendekat dan terlihat kegirangan melihat Danu.

“..........” Danu hanya tersenyum tipis.
“Kamu harus pergi...” Pak Bejo mendekat dan berkata pada Danu “Ini bukan duniamu...”
“Saya tahu... saya hanya ingin menyampaikan ini kepada Karen. Setelah Karen mau menerima cincin ini, saya akan pergi...” kata Danu sambil menyerahkan kotak cincin itu padaku.
Aku melihat Pak Bejo, dia pun mengangguk. Aku pun menerimanya.

“Makasih, Ren... tolong jaga ini dengan baik.... sekarang aku harus pergi... Mbak Nia, aku harus pergi... jaga diri Mbak baik-baik yaa.......”
“Danuuu... Tungguuu.......” Mbak Nia berteriak dan mencoba mengejar Danu yang mulai melangkah pergi, namun Pak Bejo menahannya.

“Ikhlaskan Danu pergi... ini sudah jalannya...”Kata Pak Bejo.
Mbak Nia pun tertunduk lemas... Aku hanya bisa tertegun melihat Danu pergi. Semoga kau tenang disana.....
*****

                Aku beranjak dari pusara Danu. Meninggalkan sebuah doa untuknya agar dia tenang dan bisa ikhlas di tempatnya yang baru. Aku pun beranjak ke pusara disebelahnya. Diana Armelia. Itulah nama yang tertullis disana. Yaa, Diana yang bersemayam di sebelah Danu. Kuletakkan kotak merah yang berisi cincin di dekat papan nama Diana. Kotak yang terdapat noda darah disudut bawahnya itu akan menjadi saksi cinta antara Danu dan Diana. Semoga kalian tenang disana. Amin.
SEKIAN

Oleh :
ADINDA EMMA PUTRI

Klik artikel terkait: Dialog Seputar Kekuatan Paranormal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.