7 Maret 2016

BELAJAR ILMU IKHLAS DARI IBLIS SAKTI


Sajian ini merupakan sebuah rangkuman dari seorang ulama’ terkemuka dizamannya yaitu Imam Ghazali yang sampai saat ini kitab-kitabnya menjadi rujukan berbagai ulama’ diseluruh penjuru dunia.  Marilah admin mengajak pembaca pecinta blog PHNA ini untuk belajar mencari ilmu ikhlas.  Ilmu ikhlas tidaklah mudah, tetapi harus melalui tahapan, pembelajaran dan pengalaman.  Untuk itu, nikmatilah sajian kali ini, semoga dapat menambah khasanah ilmu ikhlas yang pembaca miliki, dan akhirnya admin sampaikan selamat membaca…!!


BELAJAR ILMU IKHLAS DARI IBLIS SAKTI
Yang dimaksud dengan ikhlas adalah mengerjakan amal perbuatan atau ibadah semata-mata hanya untuk mengharapkan keridhoan Allah atau mengEsakan dan mengkhususkan Allah.  Sebagai tujuan dalam berbuat taat kepadaNya.  Ikhlas merupakan ruh dari segala amal dan ibadah.  Amal perbuatan atau ibadah yang tidak didasari dengan niat yang ikhlas, maka amal ibadah itu tidak diterima oleh Allah.  Kunci ikhlas itu ada di dalam hati orang yang melakukan perbuatan tersebut, maka sah atau tidaknya amal perbuatan itu tergantung ikhlas atau tidaknya hati pelakunya.  

Jika di dalam melakukan amal perbuatan itu hatinya bertujuan untuk mendapatkan pujian dari manusia, maka hal itu berarti tidak ikhlas karena Allah dan akibatnya amal ibadah yang dilakukannya itu tidak diterima disisi Allah, sebagaiman sabda Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, beliau bersabda:
“Allah tidak menerima, amal melainkan yang didasari ikhlas dan karena mencari keridhoaanNya.”
Allah benar-benar memerintahkan kepada semua hamba-hambaNya untuk memasang niat yang ikhlas dalam setiap ibadah kita, dan janganlah kita campuri niat kita dengan hal lain yang nantinya akan merusak pahala amal ibadah kita.
Allah berfirman dalam surat Al Bayyinah ayat 5 sebagai berikut:
“Dan tiada diperintah mereka, melainkan supaya mereka beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan agama kepadaNya lagi bersikap lurus.”
Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa ada seorang salafus saleh yang berkata kepada dirinya sendiri: “Hai jiwa..! ikhlaslah maka engkau selamat!”  Setiap kesenangan dunia yang digemari oleh manusia, akan mengurangi kemurnian suatu amal ibadah.  Setiap kesenangan manusia kepada dunia itu berbeda-beda dan bertingkat-tingkat.  Amal ibadah yang dibarengi dengan motif kesenangan dunia, sedikit sekali memberi manfaat kepada kita.  Oleh karena itulah ada yang mengatakan:
“Barang siapa yang umurnya (walaupun sesaat saja) selamat dari tujuan-tujuan yang lain, yaitu umurnya tersebut diisi dengan keikhlasan semata-mata karena Allah, maka dia akan selamat.  Itu semua dikarenakan oleh sulitnya membersihkan jiwa dari niat yang murni karena Allah.”
Sifat ikhlas dapat dikatakan sebagai pembersih hati dari segala macam niat dan tujuan yang bukan karena Allah.  Sehingga mendekatkan diri kepada Allah menjadi bersih dan murni serta tidak terkotori dengan riya’ dan sum’ah.  


Baca juga: Perkawinan Ghaib

Jika demikian maka tidak akan tercermin kecuali hanya Allah tujuan segalanya dan hanya terfokus pada kehidupan akhirat, tanpa tergores di hatinya tujuan hidup dan kesenangan dunia.  Orang yang cinta kepada Allah dan kampung akhirat akan tercermin dalam setiap langkah dan gerak-geriknya dengan warna ikhlas.  Sedangkan orang yang cintanya terhadap dunia dan gemerlapnya harta, maka dalam gerak-geriknya dan perbuatannya tidak mencerminkan keikhlasan.  Mempertahankan keikhlasan itu berarti harus mengalahkan kesenangan-kesenangan dunia dan hawa nafsu, mengosongkan hati dari semua itu dan memasangnya dengan tulus ikhlas mengharap ridho Allah.  Sebab banyak orang yang melakukan ibadah dia ia menyangka bahwa ibadahnya itu diterima oleh Allah, padahal ibadanya itu sia-sia, tidak berguna karena tidak waspada dan tidak memperhatikan terhadap hal-hal yang dapat merusak niatnya.


Ada sebuah kisah yang menceritakan bahwa ada salah seorang yang sebelumnya shalat dengan santai dan asal-asalanm, tetapi ketika ada salah satu ustadnya berdiri shalat di belakangnya, maka ia membagus-baguskan shalatnya.  Dari situ dapatlah diambil kesimpulan bahwa kecondongan hatinya terpaut kepada si ustad.  Inilah contoh ketidak ikhlasan yang pelik, dimana sedikit sekali orang yang mendapatkan taufiq dan hidayah dari Allah.  Dan orang-orang yang lalai seperti itu akan mendapatkan amal kebaikannya yang ia lakukan itu berubah menjadi keburukan dan kejelekan pada hari kiamat nanti.  Sebagaimana firman Allah dalam surat Az Zumar ayat 47 dan 48 sebagai berikut:
“….Dan (pada hari kiamat) teranglah bagi mereka dari pada Allah azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan.  Dan teranglah bagi mereka kejahatan apa-apa yang telah mereka usahakan…”
Demikianlah balasan bagi mereka pada hari kiamat nanti, dan dalam firman Allah yang lain, surat Al Kahfi ayat 103 s/d 104 yaitu:
“Katakanlah: Maukah kami kabarkan kepadamu tentang orang-orang yang amat merugi perbuatannya? yaitu orang-orang yang telah sesat perbuatannya waktu hidup didunia, sedangkan mereka mengira telah mengerjakan perbuatan yang baik…”


Sebuah Kisah
Dahulu ada seorang dari Bani Israil yang rajin beribadah..  Ia beribadah kepada Allah dalam kurun waktu yang cukup lama.  Kemudian datanglah orang-orang kepadanya.  Mereka berkata: “Di daerah ini ada suatu kaum yang bukan menyembah Allah, tetapi mereka menyembah pohon.”  Kemudian ia marah mendengar hal itu, lalu ia mengambil kampaknya dan pergi untuk menebang pohon itu.  Kemudian iblis menghalangi niatnya.  Iblis mengubah tubuh dan wajahnya menjadi orang tua renta yang tak berdaya.  Ia berkata: “Hendak pergi kemana engkau?”  Orang alim itu menjawab: “Aku hendak menebang pohon ini!”, Iblis berkata: “Hai orang alim, aku tidak akan membiarkanmu untuk menebang pohon ini!”



Setelah lama berdialog dengan iblis, dan iblis itu telah nyata berusaha untuk menghalang-halangi niatnya, maka orang alim itu membanting iblis itu dan menduduki dadanya.  Iblis berkata: “Lepaskanlah aku supaya aku dapat menjelaskan maksud dari perkataanku!”  Orang alim itu kemudian berdiri meninggalkannya dan berkatalah iblis kepadanya: “Hai orang alim! Sesungguhnya Allah menggugurkan kewajiban ini darimu dan mewajibkan hal ini atas dirimu bahwa engkau tidak akan menyembahnya.  Apakah engkau tidak mengetahui bahwa Allah mempunyai Nabi dan Rasul yang akan melaksanakan tugas ini?, andaikata Allah menghendaki, niscaya Dia mengutus Nabi dan Rasul kepada penduduk bumi dan menyuruh mereka untuk menebangnya.”


Kemudian orang alim itu berkata: “Pohon ini harus ditebang.”  Mendengar perkataan itu, iblis menyerangnya dan orang alim itu mengalahkan dan membantingnya serta menduduki dadanya, maka iblis tidak dapat bergerak.  Lalu iblis itu berkata kepadanya: “Maukah engkau mendapatkan sesuatu yang dapat memutuskan aku dengan engkau?”.  Orang alim itu menjawab: “Apa?”.  Iblis menjawab: “Lepaskanlah dulu aku, supaya aku dapat mengatakan kepadamu!”.  Orang alim itu kemudian melepaskannya.

Iblis berkata: “Engkau seorang fakir miskin yang tidak mempunyai apa-apa.  Engkau juga sering meminta-minta kepada orang-orang untuk kelangsungan hidupmu!”.  Ia menjawab: “Ya!”.  Kemudian iblis menlanjutkan bicaranya: “Tinggalkan kebiasaanmu yang jelek dan memalukan itu, aku akan memberimu setiap malam sebanyak dua dinar untuk kebutuhanmu dan kamu tidak perlu lagi meminta-minta!  Hal itu lebih bermanfaat untukmu dan kaum muslimin yang lain dari pada kamu menebang pohon ini.  Penebangan pohon ini tidaklah berguna bagimu dan bagi kaum muslimin yang lain.”

Kemudian orang alim itu merenungkan semua perkataan iblis tadi dan berkata dalam hatinya: “Benar juga orang tua itu, Aku ini bukan seorang Nabi maupun Rasul yang wajib menebang pohon ini, Allah tidak memerintahkan aku untuk menebang pohon ini, berarti aku tidak berdosa jika aku tidak menebangnya.  Janji-janji itu lebih bermanfaat bagiku dan saudara-saudaraku sesama mukmin.  Kemudian ia meminta kepada orang tua (iblis) itu untuk berjanji dan bersumpah bahwa akan menepati janji-janjinya."



Ia kembali ke tempat ibadahnya dan beribadah sebagaimana biasa.  Setelah pagi datang maka benarlah perkataan orang tua (iblis) itu.  Ternyata di dekatnya terdapat uang dua dinar, maka iapun mengambilnya.  Dan begitu pula pada keesokan harinya.  Akan tetapi pada hari yang ketiga ia tidak mendapatkan apapun.  Begitu pula pada hari keempat, kelima dan seterusnya ia tidak mendapatkan uang dinar.  Maka ia pun menjadi marah dan mengambil kampaknya lalu pergi untuk menebang pohon itu. Kemudian iblispun menyambutnya dengan menyerupai orang tua yang tidak berdaya, persis seperti pada pertama kali.  Iblispun menyapa: “Mau kemana engkau, wahai orang alim?”  Ia menjawab: “Aku hendak menebang pohon sialan itu.”  Lalu iblis berkata: “Engkau tidak akan mampu untuk menebang pohon itu lagi, percayalah! lebih baik engkau urungkan niatmu itu!”

Orang alim itupun berusaha untuk melawan iblis itu dan berusaha untuk membantingnya seperti yang telah dilakukannya dahulu.  Iblis itu berkata: “Mustahil engkau dapat mengalahkan aku!”  Kemudian iblis melawannya dan berhasil membantingnya dan menduduki dadanya seraya berkata: “Berhentilah engkau menebang pohon ini atau aku akan membunuhmu!”  Orang alim itu kelihatannya tidak punya tenaga untuk mengalahkan iblis.  Tidak seperti yang dilakukannya pada saat pertama kali ia melawannya, serasa tenaganya besar dan tubuhnya menjadi kuat, akan tetapi sekarang tenaganya lemah dan tidak berdaya.

Orang alim itu berkata kepada iblis: “Hai engkau telah mengalahkan aku sekarang.  Lepaskanlah aku dan beritahukanlah kepadaku mengapa engkau dapat kukalahkan pada waktu yang lalu tetapi sekarang malah engkau dapat mengalahkanku!”  Iblis pun berkata: “Itu karena pada saat yang pertama engkau marah karena Allah dan berniat demi kehidupan akhirat, tetapi sekarang engkau marah bukan karena Allah dan kehidupan akhirat, tetapi engkau marah karena kepentingan dunia yaitu karena aku tidak memberimu uang dua dinar.  Adapun yang pertama Allah membantumu sehingga aku kalah dan tidak berdaya, sedangkan yang kedua kalinya Allah tidak membantumu, maka aku dapat mengalahkanmu dengan mudah.

SEKIAN 

Oleh:
Al Imam Abu Hamid Al Ghazali (Imam Ghazali)


Artikel terkait silahkan klik: Kisah Tragis 4 Pecinta Alam di Lembah Angker

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.