Sajian ini merupakan sebuah rangkuman
dari seorang ulama’ terkemuka dizamannya yaitu Imam Ghazali yang sampai saat
ini kitab-kitabnya menjadi rujukan berbagai ulama’ diseluruh penjuru
dunia. Marilah admin mengajak pembaca
pecinta blog PHNA ini untuk belajar mencari ilmu ikhlas. Ilmu ikhlas tidaklah mudah, tetapi harus
melalui tahapan, pembelajaran dan pengalaman.
Untuk itu, nikmatilah sajian kali ini, semoga dapat menambah khasanah
ilmu ikhlas yang pembaca miliki, dan akhirnya admin sampaikan selamat
membaca…!!
BELAJAR ILMU IKHLAS DARI IBLIS SAKTI
Yang dimaksud dengan ikhlas adalah mengerjakan amal
perbuatan atau ibadah semata-mata hanya untuk mengharapkan keridhoan Allah atau
mengEsakan dan mengkhususkan Allah.
Sebagai tujuan dalam berbuat taat kepadaNya. Ikhlas merupakan ruh dari segala amal dan
ibadah. Amal perbuatan atau ibadah yang
tidak didasari dengan niat yang ikhlas, maka amal ibadah itu tidak diterima
oleh Allah. Kunci ikhlas itu ada di
dalam hati orang yang melakukan perbuatan tersebut, maka sah atau tidaknya amal
perbuatan itu tergantung ikhlas atau tidaknya hati pelakunya.
Jika di dalam melakukan amal perbuatan itu
hatinya bertujuan untuk mendapatkan pujian dari manusia, maka hal itu berarti
tidak ikhlas karena Allah dan akibatnya amal ibadah yang dilakukannya itu tidak
diterima disisi Allah, sebagaiman sabda Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh
Ibnu Majah, beliau bersabda:
“Allah tidak menerima, amal melainkan yang didasari
ikhlas dan karena mencari keridhoaanNya.”
Allah benar-benar memerintahkan kepada semua
hamba-hambaNya untuk memasang niat yang ikhlas dalam setiap ibadah kita, dan
janganlah kita campuri niat kita dengan hal lain yang nantinya akan merusak
pahala amal ibadah kita.
Allah berfirman dalam surat Al Bayyinah ayat 5 sebagai
berikut:
“Dan tiada diperintah mereka, melainkan supaya mereka
beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan agama kepadaNya lagi bersikap
lurus.”
Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa ada seorang
salafus saleh yang berkata kepada dirinya sendiri: “Hai jiwa..! ikhlaslah maka
engkau selamat!” Setiap kesenangan dunia
yang digemari oleh manusia, akan mengurangi kemurnian suatu amal ibadah. Setiap kesenangan manusia kepada dunia itu
berbeda-beda dan bertingkat-tingkat.
Amal ibadah yang dibarengi dengan motif kesenangan dunia, sedikit sekali
memberi manfaat kepada kita. Oleh karena
itulah ada yang mengatakan:
“Barang siapa yang umurnya (walaupun sesaat saja)
selamat dari tujuan-tujuan yang lain, yaitu umurnya tersebut diisi dengan
keikhlasan semata-mata karena Allah, maka dia akan selamat. Itu semua dikarenakan oleh sulitnya
membersihkan jiwa dari niat yang murni karena Allah.”
Sifat ikhlas dapat dikatakan sebagai pembersih hati
dari segala macam niat dan tujuan yang bukan karena Allah. Sehingga mendekatkan diri kepada Allah
menjadi bersih dan murni serta tidak terkotori dengan riya’ dan sum’ah.
Jika demikian maka tidak akan tercermin
kecuali hanya Allah tujuan segalanya dan hanya terfokus pada kehidupan akhirat,
tanpa tergores di hatinya tujuan hidup dan kesenangan dunia. Orang yang cinta kepada Allah dan kampung
akhirat akan tercermin dalam setiap langkah dan gerak-geriknya dengan warna
ikhlas. Sedangkan orang yang cintanya
terhadap dunia dan gemerlapnya harta, maka dalam gerak-geriknya dan
perbuatannya tidak mencerminkan keikhlasan.
Mempertahankan keikhlasan itu berarti harus mengalahkan
kesenangan-kesenangan dunia dan hawa nafsu, mengosongkan hati dari semua itu
dan memasangnya dengan tulus ikhlas mengharap ridho Allah. Sebab banyak orang yang melakukan ibadah dia ia
menyangka bahwa ibadahnya itu diterima oleh Allah, padahal ibadanya itu
sia-sia, tidak berguna karena tidak waspada dan tidak memperhatikan terhadap
hal-hal yang dapat merusak niatnya.
Ada sebuah kisah yang menceritakan bahwa ada salah
seorang yang sebelumnya shalat dengan santai dan asal-asalanm, tetapi ketika
ada salah satu ustadnya berdiri shalat di belakangnya, maka ia
membagus-baguskan shalatnya. Dari situ
dapatlah diambil kesimpulan bahwa kecondongan hatinya terpaut kepada si
ustad. Inilah contoh ketidak ikhlasan
yang pelik, dimana sedikit sekali orang yang mendapatkan taufiq dan hidayah
dari Allah. Dan orang-orang yang lalai
seperti itu akan mendapatkan amal kebaikannya yang ia lakukan itu berubah
menjadi keburukan dan kejelekan pada hari kiamat nanti. Sebagaimana firman Allah dalam surat Az Zumar
ayat 47 dan 48 sebagai berikut:
“….Dan (pada hari kiamat) teranglah bagi mereka dari
pada Allah azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan. Dan teranglah bagi mereka kejahatan apa-apa
yang telah mereka usahakan…”
Demikianlah balasan bagi mereka pada hari kiamat nanti,
dan dalam firman Allah yang lain, surat Al Kahfi ayat 103 s/d 104 yaitu:
“Katakanlah: Maukah kami kabarkan kepadamu tentang
orang-orang yang amat merugi perbuatannya? yaitu orang-orang yang telah sesat
perbuatannya waktu hidup didunia, sedangkan mereka mengira telah mengerjakan
perbuatan yang baik…”
Sebuah Kisah
Dahulu ada seorang dari Bani Israil yang rajin
beribadah.. Ia beribadah kepada Allah
dalam kurun waktu yang cukup lama.
Kemudian datanglah orang-orang kepadanya. Mereka berkata: “Di daerah ini ada suatu kaum
yang bukan menyembah Allah, tetapi mereka menyembah pohon.” Kemudian ia marah mendengar hal itu, lalu ia
mengambil kampaknya dan pergi untuk menebang pohon itu. Kemudian iblis menghalangi niatnya. Iblis mengubah tubuh dan wajahnya menjadi
orang tua renta yang tak berdaya. Ia
berkata: “Hendak pergi kemana engkau?”
Orang alim itu menjawab: “Aku hendak menebang pohon ini!”, Iblis
berkata: “Hai orang alim, aku tidak akan membiarkanmu untuk menebang pohon
ini!”
Setelah lama berdialog dengan iblis, dan iblis itu
telah nyata berusaha untuk menghalang-halangi niatnya, maka orang alim itu
membanting iblis itu dan menduduki dadanya.
Iblis berkata: “Lepaskanlah aku supaya aku dapat menjelaskan maksud dari
perkataanku!” Orang alim itu kemudian
berdiri meninggalkannya dan berkatalah iblis kepadanya: “Hai orang alim!
Sesungguhnya Allah menggugurkan kewajiban ini darimu dan mewajibkan hal ini
atas dirimu bahwa engkau tidak akan menyembahnya. Apakah engkau tidak mengetahui bahwa Allah
mempunyai Nabi dan Rasul yang akan melaksanakan tugas ini?, andaikata Allah
menghendaki, niscaya Dia mengutus Nabi dan Rasul kepada penduduk bumi dan menyuruh
mereka untuk menebangnya.”
Kemudian orang alim itu berkata: “Pohon ini harus
ditebang.” Mendengar perkataan itu,
iblis menyerangnya dan orang alim itu mengalahkan dan membantingnya serta
menduduki dadanya, maka iblis tidak dapat bergerak. Lalu iblis itu berkata kepadanya: “Maukah engkau
mendapatkan sesuatu yang dapat memutuskan aku dengan engkau?”. Orang alim itu menjawab: “Apa?”. Iblis menjawab: “Lepaskanlah dulu aku, supaya
aku dapat mengatakan kepadamu!”. Orang
alim itu kemudian melepaskannya.
Iblis berkata: “Engkau seorang fakir miskin yang tidak
mempunyai apa-apa. Engkau juga sering
meminta-minta kepada orang-orang untuk kelangsungan hidupmu!”. Ia menjawab: “Ya!”. Kemudian iblis menlanjutkan bicaranya:
“Tinggalkan kebiasaanmu yang jelek dan memalukan itu, aku akan memberimu setiap
malam sebanyak dua dinar untuk kebutuhanmu dan kamu tidak perlu lagi
meminta-minta! Hal itu lebih bermanfaat
untukmu dan kaum muslimin yang lain dari pada kamu menebang pohon ini. Penebangan pohon ini tidaklah berguna bagimu
dan bagi kaum muslimin yang lain.”
Kemudian orang alim itu merenungkan semua perkataan
iblis tadi dan berkata dalam hatinya: “Benar juga orang tua itu, Aku ini bukan seorang Nabi maupun Rasul yang wajib
menebang pohon ini, Allah tidak memerintahkan aku untuk menebang pohon ini,
berarti aku tidak berdosa jika aku tidak menebangnya. Janji-janji itu lebih bermanfaat bagiku dan
saudara-saudaraku sesama mukmin.
Kemudian ia meminta kepada orang tua (iblis) itu untuk berjanji dan
bersumpah bahwa akan menepati janji-janjinya."
Ia kembali ke tempat ibadahnya dan beribadah
sebagaimana biasa. Setelah pagi datang
maka benarlah perkataan orang tua (iblis) itu.
Ternyata di dekatnya terdapat uang dua dinar, maka iapun
mengambilnya. Dan begitu pula pada
keesokan harinya. Akan tetapi pada hari
yang ketiga ia tidak mendapatkan apapun.
Begitu pula pada hari keempat, kelima dan seterusnya ia tidak
mendapatkan uang dinar. Maka ia pun
menjadi marah dan mengambil kampaknya lalu pergi untuk menebang pohon itu. Kemudian iblispun menyambutnya dengan menyerupai orang
tua yang tidak berdaya, persis seperti pada pertama kali. Iblispun menyapa: “Mau kemana engkau, wahai
orang alim?” Ia menjawab: “Aku hendak
menebang pohon sialan itu.” Lalu iblis
berkata: “Engkau tidak akan mampu untuk menebang pohon itu lagi, percayalah!
lebih baik engkau urungkan niatmu itu!”
Orang alim itupun berusaha untuk melawan iblis itu dan
berusaha untuk membantingnya seperti yang telah dilakukannya dahulu. Iblis itu berkata: “Mustahil engkau dapat
mengalahkan aku!” Kemudian iblis
melawannya dan berhasil membantingnya dan menduduki dadanya seraya berkata:
“Berhentilah engkau menebang pohon ini atau aku akan membunuhmu!” Orang alim itu kelihatannya tidak punya
tenaga untuk mengalahkan iblis. Tidak
seperti yang dilakukannya pada saat pertama kali ia melawannya, serasa
tenaganya besar dan tubuhnya menjadi kuat, akan tetapi sekarang tenaganya lemah
dan tidak berdaya.
Orang alim itu berkata kepada iblis: “Hai engkau telah
mengalahkan aku sekarang. Lepaskanlah
aku dan beritahukanlah kepadaku mengapa engkau dapat kukalahkan pada waktu yang
lalu tetapi sekarang malah engkau dapat mengalahkanku!” Iblis pun berkata: “Itu karena pada saat yang
pertama engkau marah karena Allah dan berniat demi kehidupan akhirat, tetapi
sekarang engkau marah bukan karena Allah dan kehidupan akhirat, tetapi engkau
marah karena kepentingan dunia yaitu karena aku tidak memberimu uang dua
dinar. Adapun yang pertama Allah
membantumu sehingga aku kalah dan tidak berdaya, sedangkan yang kedua kalinya
Allah tidak membantumu, maka aku dapat mengalahkanmu dengan mudah.
SEKIAN
Oleh:
Al Imam Abu Hamid Al Ghazali (Imam
Ghazali)
Artikel terkait silahkan klik: Kisah Tragis 4 Pecinta Alam di Lembah Angker
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.