Pemandangan seperti itu terjadi setiap malam Jumat
Pahing di salah satu desa di Jawa Timur.
Tepatnya di punden Mbah Tempel.
Orang-orang itu adalah para pedagang.
Mereka antri untuk meminta berkah pelarisan usahanya. Memang ada suatu keyakinan, Mbah Tempel
bersedia membantu usaha siapa saja yang mau ritual secara rutin setiap malam
Jum’at Pahing di pundennya. Minah,
seorang pedagang asal Jombang mengaku telah mendapatkan berkah itu setelah tiga
kali ritual. Dan sekarang, ia sudah
berhasil memiliki stan permanen di sebuah pasar.
Baca Juga: Ilmu Ghaib Meredakan Badai Laut
Begitu pula rekan-rekannya sesama pedagang,
banyak juga yang berhasil. “Yang membuat
saya gembira, mereka bisa rukun dan tak ada rasa saling menjatuhkan,” ujarnya. Maraknya perburuan penglarisan di punden Mbah
Tempel dibenarkan juru kunci punden tersebut.
Menurut sang juru kunci, peminat lebih dulu harus melakukan ritual di
punden dengan sesaji yang sudah ditentukan antara lain:
-Kemenyan
-Rokok Kretek
-Kembang Telon (bunga tiga warna)
-Lebih afdhol ditambah segelas kopi
Semua seseaji lalu ditaruh di tempat yang tersedia di
dalam bangunan punden, dialasi dengan pelepah pisang. Selanjutnya, peminat bisa mulai ritual dengan
membaca mantra atau doa sesuai keinginan masing-masing. “Kalau memang peziarah itu beruntung , maka
hari itu juga akan mendapatkan berkah dari Mbah Tempel. Biasanya ditandai dengan pemberian sesuatu.”
Terang sang juru kunci.
Ingkar selamatan, berkah dicabut
Bagi pedagang yang permohonannya dikabulkan, diharuskan
mengadakan syukuran di lokasi punden dengan mengundang warga desa. Kalau tidak dilakukan, menurut juru kunci
maka peziarah itu akan didatangi Mbah Tempel, baik melalui mimpi maupun
penampakan. Sosok Mbah Tempel sendiri,
katanya bisa dikenali dari penampilannya.
Yakni sosok lelaki yang selalu mengenakan pakaian hitam-hitam. “Kedatangan Mbah Tempel biasanya untuk
menagih janji peziarah sebelum berhasil,” jelas juru kunci yang masih terlihat
muda dari usianya.
Acara syukuran itu, biasanya dilakukan pada malam
Jum’at Pahing, bersamaan dengan datangnya para peziarah yang lain. Sesaji yang dihidangkan harus terdiri dari:
-Nasi Tumpeng
-Ayam Panggang
-Bubur Merah
-Sayur-sayuran
-Bunga tiga warna
-Kemenyan
Satu hal yang juga penting diperhatikan apa yang
disajikan dalam acara syukuran tidak boleh dihabiskan. Harus disisakan untuk diberikan kepada Mbah
Tempel. “Dulu pernah ada seseorang yang
berhasil dan mengadakan tumpengan, namun sayang tumpeng yang disediakan cukup
banyak itu langsung ludes tak tersisa.
Akibatnya, orang tersebut langsung kesurupan,” tandasnya. Sementara untuk menjaga agar Mbah Tempel
tetap memberikan berkahnya, pedagang itu harus menyisihkan sebagian rejekinya
untuk diberikan kepada orang yang membutuhkan.
“Kalau tidak dilakukan, biasanya keadaan pedagang tersebut akan kembali
seperti sebelum melakukan ritual di punden ini,” tutur sang juru kunci.
Baju Hitam Pembawa Petaka
Datang ke pundeng Mbah Tempel tidaklah terlalu
sulit. Sebab sebagian besar jalan yang
menuju kesana sudah beraspal mulus.
Hanya beberapa meter mendekati lokasi yang masih berupa jalan
makadam. Hanya saja perlu diingat,
jangan sekali-kali mengenakan pakaian berwarna hitam jika kesana. Sebab menurut warga setempat maupun juru
kunci, pakaian warna hitam merupakan pantangan di punden itu. Siapa berani melanggarnya akan mendapat
musibah.
Hukuman akibat melanggar pantangan itu, pernah menimpa
seorang peziarah bernama Tomo asal Sidoarjo Jawa Timur. Waktu itu, ia yang baru pertama datang
kesana, memakai baju warna hitam.
Bukannya ia berniat menantang, tetapi selain menjadi warna baju
kesukaanya ia juga belum tahu adanya larangan tersebut.
Akibatnya baru saja memulai ritual, mendadak
tubuhnya kejang hingga berguling-guling di tanah. Mulutnya merancau tak karuan. Ia baru sembuh setelah juru kunci turun
tangan. Juru kunci itu segera melakukan
kontak ghaib dengan Mbah Tempel. Dari
kontak itulah diketahui jika Mbah Tempel marah karena Tomo memakai pakaian
hitam. “Setelah orang itu meminta maaf,
tubuh Tono pulih seperti sedia kala.
Seketika itu pula, ia langsung mengganti pakaiaanya dengan meminjam dari
salah satu seorang warga,” Ujar Giman, seorang warga yang menyaksikan peristiwa
tersebut.
Misterius Tetapi Sakti
Nama Mbah Tempel, sebenarnya bukan nama asli sosok
ghaib penghuni punden tersebut. Hal
tersebut diakui sendiri oleh warga juru kunci setempat. Pemberian nama itu semata merujuk pada bentuk
punden, yakni sebuah batu kecil berwarna hitam.
Sedang tentang nama asli Mbah Tempel tak ada yang tahu. “Yang saya tahu dari cerita turun-temurun
yang berada di punden tersebut adalah Mbah Tempel. Dari mana asalnya, saya juga tidak tahu. Tapi menurut cerita orang tua dulu, Mbah
Tempel datang ke tempat teresebut untuk menghindari serangan musuh yang saat
itu ingin menggempur majapahit,” Ujar Soleh warga setempat.
Sementara menurut juru kunci, Mbah Tempel datang di
daerah itu sekitar tahun 1890. Waktu itu
Mbah Tempel yang mengenakan pakaian berwarna hitam denga rambut terurai
terlihat sedang duduk diatas sebuah batu hitam.
Lokasi batu yang kala itu masih berupa hutan belantara, agaknya membuat
Mbah Tempel nyaman hingga memutuskan menetap disitu. Karena kesulitan mendapatkan ari, Mbah Tempel
lalu melakukan semedi, meminta peutunjuk kepada Tuhan. Apalagi waktu itu, warga desa disekitar
lokasi juga kesulitan mendapatkan air.
Dalam semedi itulah, Mbah Tempel lalu merasakan batu besar yang
didudukinya bergetar hebat. Spontan ia
melompat turun untuk melihat yang terjadi.
Ternyata, dari bawah batu tersebut keluar air. Kian lama air yang mengucur semakin deras,
hingga membuat batu besar itu terbelah.
Baca Juga: Misteri Ghaib Angin
Setelah batu itu terbelah, Mbah Tempel mendapati sebuah
mata air yang bentuknya seukuran sumur.
Sebagai wujud syukur karena permohonannya terkabul, Mbah Tempel langsung
meminum air itu dan dipakai membasuh wajah. Saat itulah terjadi satu keajaiban luar
biasa. Wajah Mbah Tempel menjadi tampak
lebih muda dari sebelumnya. “Sehingga
tidak ada seorangpun yang dapat mengenali Mbah Tempel.” ujarnya.
Semenjak itu, Mbah Tempel sering membantu
masyarakat. Ia akhirnya meninggal pada
tahun 1914. Sebelum meninggal, Mbah
Tempel sempat berjanji pada warga desa untuk selalu menolong masyarakat apabila
ada yang membutuhkan. Janji itulah yang
sekarang menjadi dasar pedagang untuk meminta berkah pelarisan di
pundennya. “Tak ada yang tahu pasti
dimana makam Mbah Tempel. Hanya saja
penduduk desa sering melihat kemunculannya di sekitar punden pada malam-malam
tertentu,” ujar juru kunci.
Punden Mbah Tempel tidak hanya terkenal sebagai sumber
berkah pelarisan. Tapi juga gudang pusaka
beryoni tinggi. Menurut Giman
pusaka-pusaka itu antara lain:
-Batu akik
-Keris Nogososro
-Tongkat Emas
-Dan beberapa jenis pusaka lainnya.
Keris |
akik |
Hanya saja sampai sekarang belum ada yang dapat
mengambilnya, karena pusaka-pusaka itu dijaga siluman harimau putih. “Harimau putih itu biasanya muncul pada malam
Jum’at Pahing, bertepatan dengan acara ritual yang diadakan peziarah yang
dianggap akan berbuat aneh-aneh. Tapi
tidak semua orang bisa melihat sosoknya.
SEKIAN
Perhatian…!!
Sebuah kisah misteri di dalam
kehidupan sudah pasti ada. Jangan
menilai sisi negatifnya tapi ambillah sisi positifnya sebagai wawasan untuk
lebih mendekatkan diri kepada Sang Illahi Robbi. Nilailah diri sendiri, jangan menilai orang
lain. Semua orang di dunia ini adalah
sama. Yaitu sama-sama belajar untuk
menjadi yang terbaik untuk menuju jalan spiritual hakiki Ketuhanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.