16 Agustus 2018

RAHASIA KEKUATAN INTI ILMU HIKMAH


Pada kesempatan kali ini secara singkat saya akan membahas tentang RAHASIA KEKUATAN INTI ILMU HIKMAH. Pembahasan ini sekaligus merupakan jawaban dari pertanyaan beberapa orang Sahabat, yang bertanya seperti ini: “Piranti hikmah dan bacaannya sama, tapi kenapa hasil yang ditimbulkan bisa berbeda-beda antara orang yang satu dan lainnya?”
Penting saya sampaikan bahwa Ilmu Hikmah adalah suatu amalan spiritual yang berupa ayat Al Qur’an, doa-doa tertentu, hizib atau mantra-mantra suci yang berbahasa Arab dan diimbangi dengan laku batin untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan membersihkan jiwa dari berbagai penyakit hati. Yang disebut mantra suci adalah mantra yang isi kandungannya tidak melanggar syariat Islam.

Ilmu Hikmah bisa dipelajari dengan amalan berupa dzikir, tabarruk, menyendiri, membersihkan hati, bersikap bijaksana atau riyadhoh tertentu sesuai ajaran para guru/ulama. Kekuatan dari amalan ini juga bisa dititipkan atau istilahnya diisikan kepada benda-benda tertentu. Inilah yang kemudian dikenal sebagai PIRANTI HIKMAH.
Sebuah benda bisa menjelma menjadi piranti hikmah karena dia sebelumnya telah diisi oleh amalan-amalan sebagaimana disebutkan di atas. Suatu amalan ibarat pedang yang sangat tajam. Efek yang ditimbulkan seperti apa itu tergantung tangan yang memegang dan mengayunkan pedang tersebut. Jika pedang diayunkan oleh orang yang kurus dan lemah, tentu efeknya akan berbeda dibandingkan apabila diayunkan oleh orang yang kekar berotot. Pedang yang diayunkan oleh orang kurus dan lemah, bisa jadi hanya meninggalkan bekas berupa goresan. Tapi sebaliknya, jika diayunkan oleh orang yang bertangan kekar berotot sangat mungkin dapat mematahkan batang pohon.

Perumpamaan kurus-lemah dan kekar-berotot adalah laksana kadar keimanan. Inilah yang menjadi penyebab mengapa sebuah PIRANTI HIKMAH yang diisi dengan amalan yang sama tapi kekuatannya bisa berbeda. Pemegang piranti dengan kadar iman yang “kurus-lemah” pastilah tidak akan dapat merasakan suatu efek kekuatan Ilmu Hikmah yang mumpuni dibandingkan dengan si pemegang piranti dengan kadar iman “kekar berotot”.
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa yang membuat efek berbeda PIRANTI HIKMAH adalah kadar keimanan yang diumpamakan sebagai tangan yang “kurus-lemah” dan tangan yang “kekar-berotot”.

Jika pedang digerakkan dengan tenaga (otot) maka amalan digerakkan oleh keimanan. Semakin besar tenaga yang menggerakkan sebuah pedang, maka akan semakin dahsyat efek yang ditimbulkan.
Jadi ringkasnya, hasil yang ditimbulkan dari sebuah amalan itu berbanding lurus dengan tingkat keimanan pengamalnya.
وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٞ وَرَحۡمَةٞ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ
“Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang BERIMAN.” (Al Isra 82)

Jadi ayat Qur’an (amalan) itu hanya ampuh untuk mereka yang teruji kadar imannya. Semakin kuat kadar keimanan seseorang, maka akan semakin besar efek yang ditimbulkan. Iman dalam hal ini adalah percaya pada kebesaran Allah SWT. Bukan percaya pada amalannya/bendanya.
Inti dari Ilmu Hikmah adalah mendekatkan dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Hingga kita sama sekali tidak merasa punya kehebatan. Karena tiada daya dan upaya yang mampu seorang hamba lakukan kecuali karena adanya Allah semata.

Dalam ilmu hikmah berlaku rumus ini :
يقول الله تعالى : أنا عند ظن عبدي بي
Allah SWT berfirman: “Aku sebagaimana prasangka hambaKu kepadaKu.”
Dengan demikian dapatlah ditegaskan, bahwa apabila Sahabat mengamalkan suatu amalan tertentu dari Ilmu Hikmah akan tetapi hati masih ragu akan kebesaran-Nya, maka dapat dipastikan tiada akan bisa mendapatkan efek apapun dari amalan tersebut.

Oleh: Ustadz Saipudin Ahli Hikmah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.