25 April 2018

RITUAL MENGUBUR ARI-ARI BAYI


Ari-ari merupakan sesuatu yang diagungkan dan dihormati dalam masyarakat Ibu. Pasalnya, ari-ari merupakan sumber makanan satu-satunya bagi si kecil selama berada di perut.  Tanpa ari-ari mustahil si kecil dapat bertahan hidup di perut Ibu. Karena fungsinya yang vital ini maka Ibu perlu menghormati benda ini dengan menguburkannya di tempat yang layak pasca si kecil lahir ke dunia.  Dalam masalah penguburan ari-ari ini terdapat berbagai macam cara di setiap daerah menurut para leluhur.  Disini admin akan menuliskan tata cara penguburan ari-ari yang diambil dari sebuah kitab khusus peninggalan ulama' yaitu Haji Abdurrahman bin Abdul Aziz.  Berikut tata caranya:

BAHAN-BAHAN

  • Wadah periuk yang terbuat dari tanah liat atau sering disebut dengan "Kendil".
  • Campuran bunga "Kembang Boreh" yaitu campuran bunga yang warnanya serba putih (mawar putih, melati, kanthil juga ditambah dengan boreh yakni parutan dlingo dan bengle dicampur).
  • Kain Kafan 3 lembar.

"Kitab Mujarrobat Abdurrahman"

CARA MENGUBUR
  • Siapkan wadah periuk atau "Kendil".
  • Cucilah ari-ari menggunakan air sampai bersih.
  • Masukkan kain kafan satu lembar kedalam kendil sebagai alas.
  • Masukkan ari-ari kedalam kendil dan masukkan pula campuran "Kembang Boreh" lalu tutupi dengan kain kafan.
  • Tutuplah kendil tadi dengan kain kafan yang satunya lagi.
  • Buatlah lubang ditanah kemudian kuburkan kendil tadi di dalam tanah.


Sebelum menguburnya bacalah amalan mantra dibawah ini satu kali:
"Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad wa alaa alii sayyidina Muhammad, Asyhadualla ilaa ha illallah wa asyhadu anna muhammadar rasulullah, Bismillahirrahmaanirrahiim, alhamdulillahirobbil 'alaamiin, Arrahmaanirrahim, Maaliki yaumiddin, Iyyakana'budu wa iyya kanasta'in, ihdinassirotolmustakiim, Sirootol ladzii na an'amta alaihim, Ghoiril maghdzuubi 'alaihim, Waladh dhoolliin, Amiiin, Meneng, jabang bayi ojo sugih tangis, ojo sugih bekal, ojo sugih lewa, lan ojo sugih catur, lan ojo wani-wani marang bopo biyung ira, lan ojo wani guru niro lan sedulur ira kabeh, inggih, inggih, nggih".

--Sekian--
Kitab Mujarrobat Abdurrahman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.