Sayid Sabiq dalam bukunya “Al Aqidul Islamiyah” mengemukakan, bahwa Jin itu banyak sekali penggolongannya, ini dilihat dari segi keyakinan para Jin itu. Maka diantara mereka itu ada yang teguh keyakinan dan pendiriannya, baik perangainya, dan baik kelakuannya. Tetapi diantara mereka bahkan ada yang sebaliknya. Maka diantara mereka juga ada yang bodoh, lalai dan lemah akal pikirannya.
Mereka juga ada yang berikam, dan ada pula yang kafir. Tetapi kebanyakan golongan Jin adalah kafir. Mereka ada yang sedikit sekali kebaikannya, ada pula yang sempurna kebaikannya sebagaimana corak para manusia. Dan golongan merekapun ada yang saleh, taat dan menyimpang.
Mereka juga ada yang berikam, dan ada pula yang kafir. Tetapi kebanyakan golongan Jin adalah kafir. Mereka ada yang sedikit sekali kebaikannya, ada pula yang sempurna kebaikannya sebagaimana corak para manusia. Dan golongan merekapun ada yang saleh, taat dan menyimpang.
Dalam masalah golongan Jin tersebut, Allah telah menceritakan dalam Al Qur’an diantaranya sebagaimana Firman Allah:
“Dan sesungguhnya diantara kami ada orang-orang yang saleh dan diantara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda.” (QS. 72 Al Jin: 11).
“Dan sesungguhnya diantara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpangkan dari kebenaran. Barang siapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api bagi neraka Jahannam.” (QS. 72 Al Jin: 14-15).
Jadi diantara golongan Jin itu ada yang mukmin dan muslim, serta ada yang kafir. Yang muslim itulah yang benar-benar taat dan mencari kebenara, mencari petunjuk dan beramal kebaikan. Sedangkan yang kafir adalah menyimpang dari kebenaran dan menganiaya dirinya sendiri dimana mereka diyantakan sebagai bahan bakar neraka Jahanam.
Jin itu mempunyai sifat-sifat dan keadaan seperti sifat dan keadaan manusia, karena mereka adalah makhluk yang bernyawa. Maka mereka juga mengalami sehat, dapat sakit dan mati. Mereka juga makan dan minum, tidur dan jaga. Mereka juga kawin dan berketurunan, bertempat tinggal. Mereka juga mempunyai keyakina dan beragama, mereka juga belajar dan menuntut ilmu, mau mendengarkan bacaan Al Qur’an, toleransi dan mau balas jasa, berkasih sayang dan berduka cita. Mereka dapat terbang di angkasa, dan dapat berubah bentuk rupanya seperti manusia, binatang ternak dan binatang yang lainnya, berubah bentuk seperti ular, anjing, kala unta, lembu, kambing, kuda dan yang lain. Dan juga dapat berubah bentuk seperti rupa burung.
Jadi Jin itu mempunyai sifat bertasyakkul yakni berubah bentuk rupanya. Dan pada waktu orang Quraisy akan melakukan perang Badar, ada jin yang jahat menampakkan diri seperti rupa Suraqah bin Malik bin Ja’tsam. Hal ini telah digambarkan dalam oleh Al Qur’an dalam surat Al Anfal ayat 48 yang berbunyi:
“Dan ketika syetan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: “Tidak ada seorang manusiapun yang dapat menang terhadap kamu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu.” Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat berhadapan, syetan itu balik ke belakang seraya berkata: “Sesungguhnya saya berlepas diri dari pada kamu, sesungguhnya saya dapat melihat apa yang sekalian tidak dapat melihat……”.
Syaikh Badruddin bin Abdullah Asy syibli mengemukakan: “Ada seorang Jin yang nampak seperti orang tua dari daerah Najed. Dia datang memasuki gedung permusyawaratan, dimana orang-orang Quraisy waktu itu sedang mengadakan sidang membicarakan masalah Muhammad. Jin itu memberikan beberapa pertimbangan, agar mereka dapat memikirkan bersama, yaitu: Apakah Muhammad itu dibunuh, atau dipenjarakan saja, atau dibuang dan diusir dari Mekah. Demikian sebagaimana disebutkan dalam bukunya Gharaib Wa ‘Ajaibul Jin.
Selanjutnya disebutkan pula adanya suatu hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Nasai yang termuat dalam buku “Al Yaum Wal Lailah” yang bersumber dari Abu Sa’id Al Khudri:
“Bahwasanya di Madinah ada sekelompok jin yang masuk Islam. Oleh karena itu bila kamu melihat binatang melata, maka berilah peringatan bintang itu tiga kali. Dan apabila kamu berkeyakinan bahwa binatang itu benar-benar bukan Jin, maka bunuhlah.”
Seorang ulama ahli analisa bernama Qadli Abu Ya’la berpendapat, bahwa Jin itu tidak dapat merubah dirinya dari satu bentuk ke bentuk. Misalnya dari satu bentuk anjing menjadi rupa manusia. Yang mungkin terdaji adalah Allah mengajarkan beberapa kalimat dan amalan yang apabila diamalkan oleh Jin, maka Allah akan merubah bentuk Jin itu dari satu bentuk ke bentuk yang lain.
Berkenaan dengan masalah tersebut, Abu Bakar bin Abi Dunya dalam buku “Makaidus Syaitan” meriwayatkan suatu atsar yang berpangkal dari Yasir bin Amer:
“Kami menyebut-nyebut memedi atau genderuwo di sisi sahabat Umar r.a. maka Al Faruq berkata: Sesungguhnya seseoran itu tidak mampu merubah diri dari satu bentuk yang diciptakan Allah padanya, tapi dari para Jin ada yang ahli sihir sebagaimana tukang sihir dari kalangan kamu sendiri. Dan apabila kamu melihat genderuwo, maka beradzanlah kamu.” Sebab dengan bacaan adzan itu Jin yang jahat dan syetan-syetan akan lari sampai mreka itu tidak mendengar suara adzan.
Jin juga menggoda orang shalat, sebagaimana warta Mujahid:
“Ada sosok syetan yang selalu menggangguku ketika aku sedang melakukan shalat, yaitu dengan menampakkan diri seperti Ibnu Abbas. Kata Mujahid, akupun lalu ingat dengan ucapan sahabat Ibnu Abbas itu sendiri. Syetan itu ternyata masih berani menggangguku. Kemudian kutusuklah ia dan jatuh. Pada waktu itu ia memakai jubah kemudian menghilang dan akupun tidak melihatnya.”
Al Athby pernah menjelaskan bahwa Ibnu Zubair pada suatu waktu melihat seorang lelaki yang pendek sekali, tingginya hanya dua jengkal tampak sedang mengendarai kendaraannya. Beliau lalu bertanya: “Siapakah kamu itu?” jawab lelaki: “Saya adalah Izib.” Ujar Ibnu Zubair: “Izib itu apa?” Izib adalah seorang laki-laki dari jin. Demikian jawab lelaki itu. Dengan cepat Ibnu Zubair memukul Jin itu dengan cambuk, sehingga ia lari tunggang langgang.
Dari penjelasan di atas dapat dimengerti bahwa apabila ada orang yang mengatakan bahwa malaikat dan jin itu dapat berubah-ubah, maksudnya adalah bahwa malaikat ataupun jin itu mampu berbuat sesuatu yang menyebabkan manusia yang ia kehendaki mengkhayal seakan-akan melaikat atau jin itu berubah dari bentuknya yang asli.
Telah kami jelaskan bahwa menurut madzab Mu’tazilah, jin itu berjasad halu. Sehingga karena mereka termasuk makhluk halus, maka tidak dapat kita lihat. Menurut madzab ini juga, Allah mungkin menjadikan jasad Jin itu kasar pada masa para nabi terdahulu. Tetapi sekarang tidak mungkin demikian itu. Allah juga mungkin memberikan kekuatan yang luar biasa kepada mereka pada zaman para nabi dahulu.
Salah satu ulama’ madzab Mu’tazilah pernah menguatkan pendapat diatas dengan mengemukakan alasan, bahwa yang demikian itu ditunjuki oleh firman Allah yang menisahkan nabi Sulaiman bin Dawud a.s.
Umar, M. Ali Chasan. 1987. Menyingkap Jin Dalam Ilustrasi Al Qur’an dan Al Hadits. Pekalongan: CV. Bahagia.
@phna2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.