Wilayah Temanggung menyimpan beberapa situs purbakala. Salah satu yang paling terkenal adalah Prasasti dan Candi Gondosuli. Seperti namanya, peninggalan masa lalu ini terletak di Desa Gondosuli, Kecamatan Bulu, sekitar 13 kilometer sebelah barat kota Temanggung. Bagi penelusuran sejarah, peninggalan ini demikian penting karena merekam sebuah peristiwa kenegaraan di kerajaan Mataram Hindu.
Ditulis pada 754 Saka (832 M), Prasasti Gondosuli menjadi bukti kejayaan Dinasti Sanjaya. Dengan huruf Jawa Kuno dan berbahasa Melayu kuno disebut tentang pemerintahan Dang Karayan Pu Palar (Rakai Patapan) yang memiliki kekuasaan luas dan banyak saudara. Prasasti Gondosuli yang dipahat pada batu andesit berukuran panjang 290 cm, lebar 110 cm, dan tinggi 100 cm memuat 14 baris tulisan. Bidang untuk 14 baris tulisan ini berukuran lebar 50 cm dan panjang 117 cm.
Baris pertama berbunyi “Nama syiwa om mahayana, sahin mendagar wa’zt tanta pawerus darma”. Artinya adalah “Bakti kepada desa Siwa, Om Mahayana (orang besar) di semua batas hutan pertapaan, tua dan muda, laki-laki dan perempuan, mendengarkan hasil pekerjaan/perbuatan yang baik”. Intinya adalah penghibahan tanah, dimana tanah itu digunakan untuk bangunan suci atau candi. Serta untuk memperingati pembangunan patung raja (Hyang Haji) di sebuah preseda yang disebut Sang Hyang Wintang. Dari papan nama yang menjelaskan tentang isi Prasasti Gondosuli, diterangkan dalam kurung bahwa bangunan suci Sang Hyang Wintang adalah Candi Gondosuli. Candi ini terletak hanya sekitar 5 meter dari prasasti. Sayang benda purbakal ini bentuknya tidak utuh lagi, hanya berupa reruntuhan batu-batu candi. Menurut beberapa sumber, ahli purbakala dari Australia, Prof. Dr. JG. Casparis memperkirakan bentuk bangunan candi ini tidak beda jauh dengan candi di sekitarnya yang dibangun pada abad tersebut. Candi berasitektur Hindu ini diperkirakan juga dibangun Rakai Patapan raja ke 5 Mataram Hindu, yang merupakan anak sanjaya, raja pertama kerajaan itu.
Di reruntuhan benda cagar budaya itu, terdapat sebuah patung (sapi), beberapa yoni dan puluhan batu yang diperkirakan hanya bagian atas candi. Uniknya, masyarakat setempat percaya bahwa masing-masing batu itu dijaga oleh sosok gaib sebangsa jin. Sehingga ada pantangan di kalangan warga untuk tidak berlaku sembarangan di tempat ini.
Batu-batu berbentuk Yoni yang ada lubang diatasnya juga diyakini memiliki berbagai khasiat. Khasiat tersebut berupa air yang selalu menggenang di dalam lubang-lubang batu mirip lumpang itu. Masyarakat setempat percaya setelah diberi doa, air dari dalam lubang itu berkhasiat menyembuhkan bermacam penyakit. Hal gaib juga dipercaya ada di batu besar yang diatasnya terpahat Prasasti Gondosuli. “Orang sini percaya batu besar ini dihuni banyak emas (angsa emas),” jelas Dawam warga setempat. Kepercayaan tersebut kono muncul setelah seorang paranormal berhasil membuka secara gaib batu itu ddan melihat emas di dalamnya. Sayang sebelum emas-emas itu berhasil diambil, batu keburu menutup.
Terlepas dari cerita-cerita mistis tersebut, pada kenyataannya candi dan prasasti berada satu lokasi dengan pemakaman desa. Dan di pekuburan ini terdapat makam seorang tokoh agama, Kyai Rofi’i yang sangat dikeramatkan oleh penduduk setempat. Karena persoalan makam inilah, upaya peninggalan candi yang pernah akan dilakukan beberapa tahun lalu dihentikan.
@phna2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.