19 Januari 2017

RIWAYAT DAN KHASIAT BATU ZAMRUD


Batu Zamrud atau Emerald atau dalam bahasa Belanda disebut Smagrad, dikenal sejak zaman purba. Ada dongeng yang mengatakan bahwa Zamrud itu berasal dari air mata Siti Hawa atau Eva isteri nabi Adam yang diusir dari surga karena bisikan iblis yang menyuruhnya makan buah khuldi hingga mereka harus turun ke Mayapada. Karena penyesalan itulah Hawa mengucurkan air matanya dan butiran-butiran air matanya itu kemudian menjelma menjadi batu Zamrud. Batu Zamrud yang asli warnanya hijau lumut dan digemari orang karena keindahannya yang lembut dan menawan hati.


Pada penggalian kota-kota Purba, seperti Herculanun dan Pompoei di Italia yang terbenam lahar gunung Vesuvius yang meletus pada tahun 79 Masehi, ditemukan cincin dari perhiasan-perhiasan lain yang bertaburkan batu-batu Zamrud. Pada zaman dahulu orang mengenakan batu Zamrud sebagai buah kalung atau diikat pada cincin untuk dapat menolak segala pengaruh jahat dan sebagai penjaga diri bagi gadis-gadis yang masih suci. Apabila batu Zamrud yang sedang dipakai itu jatuh, ini menandakan akan terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.

Ada lagi dongeng mengenai Zamrud ini, yakni tatkala nabi Sulaiman (Raja Salomon) menerima persembahan dari Ratu Sheba berupa sebuah jambangan bunga yang berasal dari batu Zamrud tulen. Nabi Sulaiman telah mengisi jambangan itu dengan air wasiat yang setetes airnya dapat memberi kesembuhan dan memanjangkan umur. Nabi Sulaiman hanya mau memberikan air penghidupan itu kepada orang-orang yang berkelakuan baik. Jambangan Zamrud itu tidak pernah dibukanya, kecuali seseorang membutuhkan setetes air penghidupan itu. Tatkala nabi Sulaiman sakit, air penghidupan itu tidak bisa dipergunakan lagi karena menguap, padahal ia bermaksud untuk meminum beberapa tetes air wasiat itu agar kesehatannya pulih kembali.

Pada sebuah makam seorang raja di Cyprus dibuat singa-singaan dari marmer denga sepasang mata terdiri dari batu-batu Zamrud. Sinar dari mata yang terbuat dari batu Zamrud itu begitu hebatnya. Pengaruhnya menjalar hingga ke laut, membuat ketakutan ikan-ikan di laut dan menjauh dari pantai. Nelayan-nelayan yang merasa dirugikan, mencabut mata Zamrud itu dan menggantikannya dengan batu-batuan yang kurang berharga. Tanpa pengaruh batu Zamrud itu, ikan-ikan kembali berkeliaran dekat pantai, hingga nelayan-nelayan mudah menangkapnya. Dalam catatan orang Italia, mengatakan bahwa Raja Babylonia yang ditaklukkan telah mempersembahkan kepada Raja Mesir, Ptolemy Philipater, batu Zamrud ukuran raksasa sebagai bahan pembuat patung Ratu Mesir. Alamat tidak menyenangkan telah terjadi pada penobatan Raja George III. Sebuah dari batu Zamrud yang menghiasi mahkotanya telah jatuh dan pada masa pemerintahannya, Amerika melepaskan diri dari kolono Inggris.


Melalui batu Zamrud itu, orang dapat melihat sesuatu yang lebih indah dan lembut. Konon Kaisar Nero yang kejam, Nero melihat pertandingan gladiator dengan kacamata terbuat dari batu Zamrud. Diantara barang-barang rampasan yang dibawa oleh Certez ke Eropa dari Peru (Amerika Latin), ada lima benda yang indah yang terbuat dari batu Zamrud. Yang pertama adalah bunga mawar dari batu Zamrud, yang kedua tanduk dari batu Zamrud, yang ketiga ikan dari batu Zamrud yang keempat genta dengan pemukulnya dan kelima cawan dari batu Zamrud. Barang-barang rampasan itu menunjukkan betapa tinggi kesenian pembuat perhiasan batu-batu permata bangsa Peru itu. Cortez tidak mau menyerahkan benda-benda itu kepada Ratu Spanyol, hingga ia akhirnya tidak disukai oleh kalangan Istana. Benda-benda yang berharga mahal dan langka itu kemudian musnah dari tangan pemiliknya, ketika kapalnya karam di pantai Barbary.

Bangsa Aztek yang menjadi penduduk Mexico, banyak mempergunakan batu Zamrud sebagai pemujaan pada dewa-dewa mereka. Penganut-penganut berhala membawa batu-batu Zamrud ke kuil mereka untuk memuja dewa berhala itu. Maka ketika bangsa Spanyol masuk ke Mexico, kumpulan batu-batu Zamrud itu dengan mudah dirampas dari kuil-kuil berhala itu. Dalam kamar harta di Istambul (Constantinopel) tersimpan serban yang dihias dengan tiga butir batu Zamrud yang dahulu dimiliki oleh Sultan Murad. Sejenis batu Zamrud yang indah, menghiasi mahkota Bunda Maria di Cathedral di Toledo, Spanyol. Marsekal June yang memperoleh kedudukan tinggi pada suatu hari mengunjungi Gereja suci itu dan mengagumi mahkota batu Zamrud itu. Ia memutar batu Zamrud itu dan setelah terlepas ia mengantongi batu itu. Tentu saja orang-orang yang hadir tidak berani menegurnya, apalagi melarangnya.


Pada zaman Napoleon Bonaparte ada cerita mengenai batu Zamrud itu. Pigura dan perhiasan dinding yang terbuat dari batu-batu permata. Pelukis Isabey pernah diundang oleh Ratu Josephine yang menjadi permaisuri Napoleon Bonaparte untuk melukis gambarnya. Ketika ditanyakan batu-batu permata apa yang hendak dipakai, maka Josephine dengan berlinang-linang air mata menjawab: “Aku dengar bahwa di negeri Inggris ada seuatu adat, bahwa kalau ada wanita yang terluka hatinya karena cinta, ia mengenakan batu-batu perhiasan yang berwarna hijau. Lukiskanlah aku dalam pakaian yang bertabur dengan batu-batu Zamrud untuk menunjukkan kesedihan hatiku yang tak putus-putusnya, akan tetapi hendaknya diselingi dengan taburan intan-intan sebagai perlambang dari kemurnian asmaraku.”


Jawaban itu baru terpecahkan oleh Isabey ketika kemudian Josephine telah diceraika oleh Napoleon, karena Kaisar Perancis itu hendak menikah lagi dengan puteri Mari Louis dari Austria. Napoleon percaya pada pengaruh batu Zamrud. Ini dapat dibuktikan dengan dijemputnya sebuah cincin batu Zamrud dari makam Charlemagne. Lalu batu Zamrud itu dibawa-bawa oleh Napoleon dalam medan perang Austerlitz dan Wagram. Batu Zamrud itu dihadiahkan pada Ratu Hertense, iparnya permaisuri Louis Napoleon yang dinobatkan menjadi raja di negeri Belanda (1806-1810) karena kala itu Belanda ditaklukkan oleh Perancis. Hertense sebenarnya adalah anak tiri Napoleon sendiri dari permaisuri (yang kemudian diceraikannya) Josephine d Beauharnais. Austerlitz adalah sebuah kota di Cekoslowakia kuno yang pernah diserbu oleh Napoleon secara sukses dan Wagram adalah sebuah desa dekat Wina, ibukota Austria yang juga pernah diduduki oleh Napoleon. Bagi kaisar Perancis yang tersohor ini, cincin Zamrud membawa kemenangan dalam peperangan, akan tetapi bagi Louis Napoleon yang isterinya mendapat hadiah cincin itu tidak memberikan kelanggengan dalam memangku kekuasaan negara.

Irlandia sering disebut sebagai Pulau Zamrud karena pada zaman raja Henry II, Paus Ardian telah mempersembahkan kepada raja Henri II sebuah cincin Zamrud sebagai lambang dari penetapan kekuasaan atas pualu itu. Salah satu intan yang termasyur adalah intan Syah yang disimpan dalam kotak emas dengan paku-paku yang dibuat dari batu-batu dari batu Zamrud dan konon sudah diberkati oleh Rasululloh Nabi Muhammad SAW sehingga kotak itu mempunyai khasia bagi pemiliknya tidak akan tampak oleh orang lain, asalkan mampu memenuhi syarat, yakni jangan bergaul dengan wanita atau menikah. Namun karena Syah Iran pada waktu itu tidak dapat membujang terus maka hilanglah kesaktian kotak bertahtakan Zamrud itu.


Raja dari Pulau Sames, memiliki cincin bermata batu Zamrud yang konon membawa kekayaan dan kemakmuran, sehingga raja Mesir yang menjadi sekutunya merasa cemas akan kekuasaan raja Sames itu. Karena cemasnya, Amasis, raja Mesir yang hidup antara tahun 570 SM, mencari ikhtiar untuk melemahkan kekuatan Sames. Ia menginginkan agar cincin Zamrud itu bisa direbut. Tentu saja harus direbut dengan cara tipu muslihat. Amasis secara licik telah menganjurkan Polycrates mempersembahkan cincin itu kepada Dewa Laut, agar negerinya diberi kemakmuran abadi. Polycrates menurut dan cincin pembawa berkah itu dibuang ke laut.

Seorang nelayan yang berhasil menangkap ikan besar, menjualnya kepada tukang masak istana Mesir. Ternyata di dalam perut ikan itu terdapat cincin Zamrud yang dibuang ke laut itu. Cincin itu lalu diserahkan kepada Amasis. Dengan cincin Zamrud itu, Raja Amasis mempunyai alasan untuk memutuskan hubungan sebagai sekutu dengan pihak raja Sames. Pemutusan hubungan ini berakhir dengan meletusnya perang antara kedua belah pihak. Ternyata raja Sames menyerah dan terbunuh mati, sedangkan tentaranya cerai berai. Namun kerajaan Mesir yang dipimpin Amasis tidak memperoleh kelanggengan karena tak lama kemudian negerinya diduduki oleh Raja Persia. Cincin Zamrud itu ternyata tidak membawa kekekalan baginya.
SEKIAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.