Layaknya kehidupan masyarakat pedesaan kondisi guyup, saling
membantu secara sukarela tanpa butuh dikomando lagi. Seperti yang terjadi di salah satu desa di
Kabupaten Kediri. Ketika itu Mariono
hendak menikahkan anaknya. Tetangga
berkumpul di halaman rumahnya membantu segala sesuatu yang dibutuhkan dalam
menyiapkan perhelatan itu, sejak pagi hingga menjelang akad pernikahan.
Setelah acara “Manggulan” satu rangkaian acara yang berupa selamatan dengan disaksikan tetangga ditujukan pada danyang desa, agar acara berjalan lancar dan aman. Tidak lama berselang rombongan mempelai pria, datang dengan diiringi sekitar 30 orang kerabat dekatnya.
Setelah acara “Manggulan” satu rangkaian acara yang berupa selamatan dengan disaksikan tetangga ditujukan pada danyang desa, agar acara berjalan lancar dan aman. Tidak lama berselang rombongan mempelai pria, datang dengan diiringi sekitar 30 orang kerabat dekatnya.
“Rombongan keluarga saya, waktu itu memang diawali agar tidak terlambat
saat akad nikah berlangsung, katanya harus tepat dimulai pukul 05.00 sore,
karena dalam hitungan Jawa jatuhnya hari saat itu akan mendatangkan kebaikan
pada keluarga saya nantinya,” ungkap Sumiran mengawali cerita misteri yang
dialami sebelum menikah sore itu di rumah mertuanya.
DICULIK DI SUNGAI
Menurutnya awal bencana dimulai saat akad nikah kurang satu
jam lagi dilaksanakan. Mendadak perutnya
diserang rasa sakit amat sangat. Rasanya
melilit lambung. Dicoba menahan rasa
itu, namun sia-sia. Mau tidak mau harus
buang hajat. Segera ia meminta izin pada
calon mertuanya dan minta diantar salah satu sepupunya ke kamar mandi. Ternyata kamar mandi sedang dipakai
seseorang.
Karena tidak mampu lagi
menahan, dengan sangat terpaksa buang hajat disungai yang tidak jauh di
belakang rumah. Ketika “nongkrong” di salah
satu batu lempeng yang terdapat di pinggir sungai, sementara Tono yang
mengantarkan duduk menjauh agar tidak terkena imbas bau tak sedap yang
mengiringi buang hajat Sumiran.
Saat asyik menikmati buang hajatnya, tiba-tiba telinganya
terasa ada yang mencubit dari arah belakang.
Spontan kepalanya ditengokkan kearah datangnya pencubit. Namun aneh kepalanya menjadi pusing dan
pandangannya kabur. Setelah itu tidak
tahu apa yang terjadi selanjutnya.
“Perasaannya saat itu tubuh ini ada yang menggendong, tetapi mata ini
ada berat untuk dibuka,” kata lelaki berbadan kekar ini. “Menurut cerita Tono, saat itu bingung
melihat saya tidak berada di batu tempat buang saya buang hajat. Lewat dia saya dikabarkan telah hilang dan
membuat gempar orang sedesa,” imbuhnya.
Akad nikah yang sedianya dilangsungkan, otomatis dibatalkan. Kedua belah pihak keluarga sama-sama
bingung. Berbagai macam upaya dilakukan
untuk menemukannya kembali. Pinggiran
sungai yang banyak ditumbuhi semak belukar, berganti ramainya warga desa
menyisir areal tersebut. Hal ini
dilakukan karena menurut penuturan Jaenuri, tetua desa yang mumpuni dalam
masalah ghaib, mengatakan ia telah diculik peri penguasa sungai tersebut. Dan atas sarannya penduduk desa serentak bahu
membahu mencarinya. Salah satu cara yang
dilakukan saat itu dengan memukul benda-benda apa saja yang menimbulkan bunyi
keras. Agar siluman itu segera
mengembalikannya ke dunia fana’ kembali.
Baca juga: Mengenal Beberapa Praktek Ilmu Sihir
“Dari teropongan Mbah Jaenuri, yang saya dengar lewat cerita
orang-orang saat itu saya dikatakan masih hidup. Tapi tidak ingat apa-apa karena pengaruh
penunggu sungai itu,” ujar lelaki ini, mengungkapkan usaha Jaenuri untuk
menemukannya. “Saya sendiri waktu itu memang
tidak sadar sama sekali. Tapi saat sadar
saya sangat terkejut karena kondisi saya ada disebuah kamar dengan taburan
bunga,” lanjutnya. Kejanggalan yang
ditemui tidak hanya sampai disitu saja.
Lebih lanjut ia diceritakan keadaanya berada di alam ghaib. Diantaranya melihat bunga mawar dengan warna
aneh. Dengan dominan warna merah,
diselingi warna hijau dan kuning. Selain
itu melihat bunga kanthil besarnya melebihi ukuran normal yaitu sebesar buah
pisang. Ketika ia mencoba melongok
keluar kamar melalui jendela, melihat keanehan lainnya. Banyak orang berjalan lalu-lalang di jalanan,
namun tidak ada satupun yang laki-laki, semuanya adalah wanita. “Sungguh, mas tidak ada laki-laki satupun
yang melintas. Semua wanita
cantik-cantik sekali,” tegasnya meyakinkan.
Belum puas ia menikmati pemandangan di luar yang dipenuhi
wanita-wanita cantik, Sumiran dikejutkan suara pintu kamar dibuka. Perlahan dari balik daun pintu muncul sosok
wanita berkulit putih dengan rambut sepunggung berwarna keperakan membawa
nampan berisi makanan. Melihat isi
nampan perutnya mendadak terasa lapar.
Namun selera makannya pudar tatkala wanita cantik itu menatapnya dengan
penuh kelembutan. Setelah menaruh nampan
diatas meja, tidak jauh dari tempatnya berdiri, wanita itu meraih tangannya
lalu diajak duduk diatas kasur. Kemudian
dengan lemah lembut ia disuapi makanan yang dibawa tadi hingga habis tanpa
tersisa.
Diakui Sumiran waktu itu ia
tidak dapat menolak sama sekali apa yang diinginkan lelembut cantik itu. Bagai seekor kerbau dicocok hidungnya, hingga
berhubungan layaknya sepasang suami isteri.
Apabila usai melakukang ia ditinggal pergi begitu saja, kemudian akan
kembali lagi dengan membawa makanan yang lezat.
Ia pun merasakan tidak pernah capek, apalagi setelah memakan hidangan
yang disajikan khusus untuknya. Badan
terasa segar bugar, tidak bisa diingat berapa kali kejadian itu berulang. Yang pasti saat sendiri dikamar tidak pernah
ada niat untuk melangkahkan kaki keluar kamar.
DITOLONG EYANG SURO
Hingga pada suatu ketika saat ia sedang sendiri di kamar,
tanpa diketahui datang dari mana muncul seorang pria tua berjubah putih. “Jenggotnya putih panjang sedada, sambil
membawa tongkat. Semula saya kaget
sekali, soalnya tiba-tiba muncul seorang lelaki,” kata lelaki yang penghidupannya
dikais dari bertani itu. Menurutnya
perasaan terkejut dan takut menjadi hilang ketika orang tua itu mengenalkan
dirinya bernama Eyang Suro dengan ramah.
Bahkan perasaanya mendadak terasa tentram dengan munculnya kakek tua
itu. Selanjutnya menjelaskan padanya
kalau tidak boleh ada ditempat tersebut.
Mendengar penjelasan itu ia menjadi bingung.
Baca juga: Perkawinan Ghaib Untuk Kekayaan
Dalam benaknya berpikir keras antara percaya dan tidak. Sekali lagi kakek berjubah itu mencoba
meyakinkannya disertai gerakan membuka jubah putihnya. Tebaran bau harum berbarengan dengan
tersibaknya jubah membuat menusuk jaringan syarafnya. Lewat jubah itu tampak gambar orang-orang
yang sedang bergerombol di tepi sebuah sungai disertai memukul bermacam-macam
benda, namun tidak terdengar suaranya.
Tidak lama tampilan gambar dikain jubah berganti gambar seorang wanita
berkulit kuning langsat, rambut gelung konde mengenakan kain kebaya. Apa yang dilakukan wanita itu seperti sedang
menangis. Melihat apa yang ada di jubah
membuat ingatannya tersadar kembali.
Namun tidak tahu harus berbuat apa.
Tampaknya kakek itu menangkap apa yang sedang dipikirkan. Ia disarnkan untuk menuruti perintahnya.
“Saran yang disampaikan membuat niat saya kembali ke alam
normal ini semakin besar, maka tanpa ragu lagi saya lakukan apa yang
diomongkan,” ungkapnya. Sesuai perintah
dari kakek berjubah itu, Sumiran menggigit ibu jari tangannya. Dalam waktu sekejap dirasakan tubuhnya
melayang seperti saat asyik “nongkrong” di sungai, kemudian diculik penguasa
sungai tersebut. “Perasaan sih memang
seperti melayang, tapi sangat cepat mata ini tidak bisa dibuka untuk melihat
apa yang sedang saya alami waktu itu, tahu-tahu sudah terlentang di sungai,”
lebih lanjut diungkapkannya. Kemudian
dirasakan baju, celana hingga tubuhnya basah.
Ketika matanya dibuka dilihat sekelilingnya, tampak air mengalir menerpa
tubuhnya. Tidak jauh dilihat sebuah batu
lempeng. Ia jadi teringat dimana kini
berada. Segera berdiri dan naik ke atas
tanah. Akhirnya dia tersadar sepenuhnya
dia sekarang berada di atas sebuah batu lempeng di tepian sungai. Langkah kakinya diarahkan menuju rumah
Mariono calon mertuanya.
Bagai disambar geledek disiang bolong, Mariono yang sedang
termenung di kursi yang ada dibelakang rumah beranjak berdiri menyongsong
datangnya calon suami anaknya.
Dipeluknya tubuh Sumiran erat-erat, sambil mengucap rasa syukur disertai
teriakan memanggil anaknya. Tatik,
dengan tergopoh-gopoh berlari disertai isak tangis dan jeritan ditubruk sang
kekasih hati. Setelah membersihkan badan
keluarga besar Tati, meminta Sumiran menceritakan kemana saja selama menghilang
itu. Semua yang mendengar nampak
“melongo” terasa tidak percaya atas apa yang telah menimpanya. Ia sendiri tidak percaya juga, kalau telah
menghilang selama tiga hari lamanya.
Padahal perasaanya waktu itu hanya satu hari. “Untung ada pertolongan dari Eyang Suro,
andaikata tidak, saya juga tidak tahu apa yang terjadi. Syukur sudah kembali dan bisa menikahi Tatik,
meski terlambat, lebih baik dengan manusia daripada dengan makhluk halus,”
akunya sambil tersenyum penuh arti.
SEKIAN
Memang nya ada ya mas..kli menikah dgn mahluk gaib itu bs membuat kita jadi kaya raya
BalasHapus