EPISODE 2
Pagi ini langit
terlihat cerah berawan. Hari ini aku sengaja datang lebih pagi untuk memastikan
sesuatu. Kupandangi sekeliling sekolah untuk mencari keberadaan Danu, si Mr.
Misterius, yang bikin aq semalaman tidak bisa memejamkan mata. Tapi sejak aku
duduk di depan kelas sampai bel berbunyi tanda pelajaran akan dimulai, tak
kunjung ku temui sosok tinggi bernama Danu. Ah sudahlah... mungkin hari ini dia
tidak ke sekolah. Aku pun bergegas masuk ke dalam kelas untuk menerima
pelajaran pertama hari ini.
Bosan! Itulah yang aku rasakan
saat ini. Pelajaran Sejarah dari Pak Janu, semakin menambah kejenuhan yang aku
rasakan saat ini. Ya gimana nggak ngantuk, Pak Janu itu kalau ngasih pelajaran
cuma duduk manis di depan meja Guru dan bercerita jaman sejarah pada kala itu.
Nggak ada gambar nggak ada film, bisa dikatakan cara mengajarnya sangat kolot.
Model guru jaman dulu hehehe....
Jam pun berdetak sangat lambat,
ngantuk pun mulai menggekayuti mataku yang semalaman tidak bisa tertidur karena
memikirkan Danu. Ahh... Danu lagi... teringat lagi tentang dia... sorot mata
nya sangat berbeda.. Wajahnya yang sendu selalu membayang-bayangi pikiranku...
Aroma tubuhnya yang wangi, yang tak biasa, membuatku merasa dia ada
disampingku. Hmmm.... kemana dia sebenarnya?
Kupandangi jam di dinding depan
kelas, 15 menit lagi jam istirahat. Yes!! Hatiku berteriak kegirangan. Akhirnya
aku bisa terbebas dari pelajaran yang membosankan ini. Tatapanku ku arahkan ke
pintu kelas yang terbuka, aku melihat sesosok orang yang tak asing bagiku
berjalan melewati depan pintu kelas ku. Dia berhenti di depan kelas dan
menengok ke dalam kelas. Pandangannya pun tertuju padaku. Aku? Ya.. dia
memandangku sambil tersenyum tipis... Pandanganku pun berhenti di arahnya.
Bibirnya bergerak namun tak bersuara
“Aku
tunggu kamu di atas....” itulah yang dia katakan padaku.
Aku
hanya mengangguk tanda setuju, tak berani bersuara karena takut Pak Janu
melihatku sedang tidak memperhatikan beliau bercerita. Setelah itu dia pun
pergi meninggalkan kelas. Hatiku kegirangan, akhirnya aku bisa bertemu dengan
Danu hari ini. Aku tersenyum simpul sambil mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan
apa yang akan aku tanyakan pada dia nanti.
*****
Bel
tanda istirahat pu berbunyi. Aku pun bergegas keluar kelas dan menuju ke tangga
ke arah atap sekolah. Sampai di atas ku pandangi sekelilingku. Sepi. Tak ada
siapa pun disana, hanya ada halaman beton kosong yang luas yang dikelilingi
pagar beton. Kemana Danu? Tanyaku dalam hati. Aku pun melangkah maju dan
mencoba melihat lebih jauh di sekelilingku.
“Heiii......”
Aku
terkejut...!!! Ada tangan dingin yang menyentuh pundakku tiba-tiba. Aku pun
menoleh ke belakang. Kulihat Danu sudah berdiri di belakangku sambil tersenyum
tipis. Wajahnya masih sendu, sebagian rambutnya menutupi sedikit dahunya,
tatapannya terlihat sedikit hangat daripada kemarin. Seragam abu-abunya juga
seperti tidak berubah dari yang dia pakai kemarin.
“Karen....”
dia memanggilku dengan lembut membuatku terbangun dari lamunanku.
“Danu..!
Kamu bikin aku kaget aja sih...?!”
“Kaget
yaa....? Hehehe... maaf....”
Kami
pun berjalan pelan menuju pagar pembatas atap. Kulihat dari atas atap Ory
bermain basket besama teman-teman sekelasnya di lapangan sekolah.
“Tadi kamu ga ikut
kelas ya?” tanyaku membuka obrolan.
“Iya.. “ jawabnya
singkat
“Kenapa?”
“Lagi males
aja....” jawabnya sambil tersenyum simpul.
“Kok males sih? Oh
ya kamu kelas berapa sih? Kok aku seperti asing ya sama kamu?”
“Aku kelas 3..
Tahun ini aku akan lulus...” jawabnya sambil memandang jauh langit di depan
kami.
“Tapi aku belum
pernah liat kamu di sekolah...?”
“Ya mungkin karena
kamu kelas 1 jadi kamu ga pernah lihat aku...”
“Ya juga yaa...
hehehe... Oh ya, kamu ngajakin aku kesini ada apa?”
“Pengen ketemu
kamu....” Dia memandangku dengan tatapan sendunya.
Deg....! Hatiku
berhenti berdetak mendengarnya. Aku merasakan pipiku panas. Mungkin saat ini
wajahku sudah memerah karena menahan malu ditatapnya seperti itu.
“Kok kamu diem...”
tanyanya lagi.
“Kenapa kamu pengen
ketemu aku?”
“Simple aja..
karena aku suka melihatmu...”
Deg...! Sekali lagi
hatiku berhenti berdetak. Aku tak tahu harus berkata apa lagi. Aku hanya bisa
tertunduk malu mendengarnya.
“Kareeeennnnn.........!!!!!!”
Ada
suara yang kudengar dari bawah atap yang mengagetkanku. Ory. Kulihat dia
melambaikan tangannya padaku. Dia mengisyaratkan untuk memintaku turun dari
atap. Aku hanya menganggukkan kepala sambil berkata “sebentar...”.
“Siapa
itu?”
Aku
menoleh ke arah Danu dan menjawab “Temenku... Ory...”
“Ohh...
Ya udah kamu turun dulu aja.. kita ketemu lagi nanti di bangku yang kemarin.”
“Umm...
kamu ga turun sekarang?”
“Aku
nanti aja... aku masih ingin menikmati segarnya angin disini...”
“Ya
udah aku duluan yaa...” Dany hanya mengangguk dan tersenyum tipis khasnya...
*****
Aku menghampiri Ory yang duduk
di depan lapangan. Aku pun duduk disampingnya, memukul lengannya, kebiasaanku
yang selalu kulakukan ketika aku bertemu dengannya.
“Ada
apaan sih kamu nyariin aku?” tanyaku.
“Kamu
ngapain tadi di atap sekolah??”
“Ya
ga ngapa-ngapain... emang kenapa?”
“Kenapa?
Kamu ga biasanya ke atap?”
“Ya
pengen aja sih tadi....”
“Kamu
sehat kan?” Ory memegang dahiku seakan sedang memeriksa apakah dahiku terasa
panas atau tidak.
“Ihh...
apaan sih...?” aku membuang tangannya dari dahiku.
“Aku
tadi lihat kamu di atap senyum senyum sendirian. Kayak orang gila....!”
Deg...
jantungku berhenti sesaat. Perlu ganti kacamata beneran nih kayaknya Ory! Aku
ambil kaca mata Ory dan mengeceknya.
“Kayaknya
kamu harus ganti kaca mata deh!”
“Kenapa?”
tanyanya bingung.
“Kayaknya
pandangan kamu tambah kabur......”
“Enak
ajaaa.....” katanya sambil merebut kembali kaca matanya. “Beneran aku tadi
lihat kamu kayak orang gila... senyum senyum sendirian di atas atap. Untung aku
tadi lihat kamu, makanya aku manggil kamu.” Katanya melanjutkan.
“Nah
bener kan pandangan kamu tambah kabur.... orang aku tadi sama temenku kok!”
“Temen?
Temen yang mana??” tanyanya semakin penasaran.
“Ada
deh.. mau tahu ajaaa......” Aku pun meninggalkan Ory yang masih penasaran.
“Kareennn.....
tunggguuuuuuu.....”
*****
Mendung mulai menggelayut di
langit. Gelap. Hujan sepertinya akan turun deras kali ini. Tak seperti biasanya
mendung kali ini begitu gelap. Bel tanda pulang pun berbunyi. Aku segera
membereskan mejaku dan bergegas pulang. Aku mengambil sepedaku yang selalu
setia menemaniku kemana pun aku pergi. Aku mengayuh sepedaku dengan cepat dan
bergegas pergi ke tempat yang Danu janjikan pagi ini. Bangku di pinggir jalan. Aku
menghentikan kayuhan sepedaku, kulihat Danu sudah menungguku disana. Dia
melihatku. Seperti biasa, dia memandangku dengan tatapa sendu dan senyuman
tipis di bibirnya. Aku mendekat ke arahnya. Ku parkirakan sepedaku di samping
bangku itu. Aku pun duduk di sampingnya. Tak kupedulikan langit mendung dan
gelap yang biasa saja menurunkan hujan lebat saat ini. Yang aku tahu, aku hanya
ingin bertemu dengan Danu.
“Dah
lama nunggu?” tanyaku padanya.
“Ah..
nggak kok...”
Sesaat
kami hanya terdiam dan larut dalam pikiran kami masing-masing.
“Dingin
yaa....” tanyakku memecah kesunyian.
“Iya...
Karen boleh aku ngomong sesuatu sama kamu?”
“Bo...
Bolehh....” jawabku terbata, jantungku berdetak tak karuan.
“Aku
punya sesuatu buat kamu...” katanya sambil mengambil sesuatu dari balik saku
celana abu-abunya. “Aku harap kamu mau menerimanya....”
“.............”
aku hanya terdiam
Danu
mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah. Membuka kotak itu di depanku. Saat
dibuka ternyata isinya sebuah cincin emas. Aku kaget dan bingung, aku hanya
memandangnya dengan tatapan bingung.
“Kamu
mau kan menerima ini?” katanya seperti bisa membaca apa yang ada dipikiranku.
“Kenapa
kamu ngasih cincin ke aku?” tanyaku bingung.
“Aku
harap kamu mau menerima ini. Jangan kau tanya apa alasannya. Aku hanya ingin
melihat kamu memakainya.”
Aku
bingung harus berbuat apa. Aku nggak mungkin menerima itu dari Danu.
“Tolonglah,
Karen... terimalah ini.. keinginanku hanya satu, melihat kamu memakai cincin
ini. Itu saja.” Danu terduduk dan memohon di hadapanku.
“Tapiii.....”
“Pliissss..........”
“Maaf...
tapi aku nggak bisa menerima nya... maafin aku...”
Aku
pun mengambil sepedaku dan bergegas pergi meninggalkan Danu yang masih terduduk
di depan bangku itu.
*****
Mendung masih menyelimuti langit
pagi ini, seakan tidak mau beranjak pergi sejak kemarin. Kulangkahkan kakiku
memasuki halaman sekolah dengan gontai. Lemas. Itulah yang aku rasakan saat
ini. Tidak ada semangat. Semalaman aku tidak bisa tidur, masih ku ingat
kejadian kemarin sore soal Danu. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa dia
tiba-tiba seperti itu? Semua masih terlihat abu-abu di mataku.
“Reenn.....!!”
Seseorang menepukku dari belakang dan membuyarkan lamunanku. Aku menoleh lemas.
Kulihat wajah serius itu melihatku dengan pandangan tajam. Kulihat tangannya
menbenarkan posisi kaca mata nya yang melorot. Ory. Wajah sahabatku itu
terlihat serius menatapku.
“Kenapa
sih kamu mandangin aku kayak gitu?”
“Kita
perlu ngomong!” Ory menarikku menjauh dari keramaian.
“Ada
apaan sih...?” Aku melepaskan genggamannya yang terasa sakit di tanganku.
“Kemarin
kamu ketemu siapa di bangku pinggir jalan itu?
“Akuu......
“
“JAWAABB.....!!!!”
Ory memukulkan tangannya di dinding samping wajahku.
Aku
terkejut. Tak pernah aku melihat Ory seperti ini kepadaku. Apa yang membuatnya
semurka ini??
“Kareenn...!!!
Aku tanya sekali lagi! Siapa yang kamu temui kemarin sepulang sekolah?”
“Ituuu....
Namanyaa... Danu....” Jawabku terbata-bata.
“Danu?
Siapa Danu?”
“Dia...
Dia... juga sekolah di SMA yang sama dengan kita... tapi dia kelas 3...”
“Tunggu
di sini! Jangan kemana-mana!”
*****
Setengah jam berlalu dan aku pun
masih menunggu Ory di tempat yang sama. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa dia
semarah itu padaku? Apa salahku?
“Karen,
ayo ikut aku!” Ory pun datang tiba-tiba dan langsung menarik tanganku pergi.
Aku hanya bisa mengikutinya tanpa kuasa menolaknya. Ory membawaku ke ruangan
Tata Usaha. Disana aku melihat Pak Bejo sedang menunggu kami di mejanya.
Kulihat meja itu penu dengan tumpukan buku. Kulirik salah satu buku yang ada di
atas meja, tertulis buku Alumni SMA tahun lalu. Aku bertanya-tanya dalam hati
untuk apa mereka membuka buku alumni ini?
“Duduk!”
kata Ory sambil memberikan kursi padaku.
Aku
pun hanya bisa mengikuti kemauan Ory tanpa bisa menolaknya.
“Kamu
bilang, kamu kemarin ketemu sama siswa di sekolah ini yang namanya Danu?” Tanya
Pak Bejo.
“Ii..
Iya pak....” Jawabku ketakutan.
“Kapan
kamu mulai bertemu dengannya?”
“Kemarin
saya bertemu dia di bangku pinggir jalan dan sebelumnya saya juga bertemu dia
di sekolah.”
“Di
bangku pinggir jalan?” Tanyanya kaget.
“Iya
pak... ada apa yaa...?”
“Sebentar....”
Pak
Bejo membuka sebuah buku alumni tahun 2014. Dia membuka sebuah halaman dan
menunjukkan sebuah foto padaku. Foto yang tak asing lagi bagiku, Danu. Tapi
kenapa fotonya ada di alumni tahun 2014? Bukankah dia bilang padaku dia masih
di bangku kelas 3 dan akan lulus tahun ini?
“Ini
orangnya kan...?” tanya Pak Bejo lagi.
“Iyaa....”
jawabku datar.
“Kamu
yakin...?” Tatapan pak Bejo membuatku merasa takut dan merinding.
“Yakin....”
Bibirku bergetar saat menjawabnya.
Pak Bejo dan Ory saling berpandangan. Mereka sama-sama
memandangku dengan pandangan yang serius. Aku bertanya-tanya dalam hati apa yang
sebenarnya terjadi?
Bersambung…!!
Oleh: Emma Putri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.