29 Februari 2016

KISAH CINTA DUA DUNIA EPISODE 2




EPISODE 2
Pagi ini langit terlihat cerah berawan. Hari ini aku sengaja datang lebih pagi untuk memastikan sesuatu. Kupandangi sekeliling sekolah untuk mencari keberadaan Danu, si Mr. Misterius, yang bikin aq semalaman tidak bisa memejamkan mata. Tapi sejak aku duduk di depan kelas sampai bel berbunyi tanda pelajaran akan dimulai, tak kunjung ku temui sosok tinggi bernama Danu. Ah sudahlah... mungkin hari ini dia tidak ke sekolah. Aku pun bergegas masuk ke dalam kelas untuk menerima pelajaran pertama hari ini.


              Bosan! Itulah yang aku rasakan saat ini. Pelajaran Sejarah dari Pak Janu, semakin menambah kejenuhan yang aku rasakan saat ini. Ya gimana nggak ngantuk, Pak Janu itu kalau ngasih pelajaran cuma duduk manis di depan meja Guru dan bercerita jaman sejarah pada kala itu. Nggak ada gambar nggak ada film, bisa dikatakan cara mengajarnya sangat kolot. Model guru jaman dulu hehehe....

               Jam pun berdetak sangat lambat, ngantuk pun mulai menggekayuti mataku yang semalaman tidak bisa tertidur karena memikirkan Danu. Ahh... Danu lagi... teringat lagi tentang dia... sorot mata nya sangat berbeda.. Wajahnya yang sendu selalu membayang-bayangi pikiranku... Aroma tubuhnya yang wangi, yang tak biasa, membuatku merasa dia ada disampingku. Hmmm.... kemana dia sebenarnya?

              Kupandangi jam di dinding depan kelas, 15 menit lagi jam istirahat. Yes!! Hatiku berteriak kegirangan. Akhirnya aku bisa terbebas dari pelajaran yang membosankan ini. Tatapanku ku arahkan ke pintu kelas yang terbuka, aku melihat sesosok orang yang tak asing bagiku berjalan melewati depan pintu kelas ku. Dia berhenti di depan kelas dan menengok ke dalam kelas. Pandangannya pun tertuju padaku. Aku? Ya.. dia memandangku sambil tersenyum tipis... Pandanganku pun berhenti di arahnya. Bibirnya bergerak namun tak bersuara

“Aku tunggu kamu di atas....” itulah yang dia katakan padaku.
Aku hanya mengangguk tanda setuju, tak berani bersuara karena takut Pak Janu melihatku sedang tidak memperhatikan beliau bercerita. Setelah itu dia pun pergi meninggalkan kelas. Hatiku kegirangan, akhirnya aku bisa bertemu dengan Danu hari ini. Aku tersenyum simpul sambil mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan apa yang akan aku tanyakan pada dia nanti.
*****
Bel tanda istirahat pu berbunyi. Aku pun bergegas keluar kelas dan menuju ke tangga ke arah atap sekolah. Sampai di atas ku pandangi sekelilingku. Sepi. Tak ada siapa pun disana, hanya ada halaman beton kosong yang luas yang dikelilingi pagar beton. Kemana Danu? Tanyaku dalam hati. Aku pun melangkah maju dan mencoba melihat lebih jauh di sekelilingku.
“Heiii......”
Aku terkejut...!!! Ada tangan dingin yang menyentuh pundakku tiba-tiba. Aku pun menoleh ke belakang. Kulihat Danu sudah berdiri di belakangku sambil tersenyum tipis. Wajahnya masih sendu, sebagian rambutnya menutupi sedikit dahunya, tatapannya terlihat sedikit hangat daripada kemarin. Seragam abu-abunya juga seperti tidak berubah dari yang dia pakai kemarin.
“Karen....” dia memanggilku dengan lembut membuatku terbangun dari lamunanku.
“Danu..! Kamu bikin aku kaget aja sih...?!”
“Kaget yaa....? Hehehe... maaf....”
Kami pun berjalan pelan menuju pagar pembatas atap. Kulihat dari atas atap Ory bermain basket besama teman-teman sekelasnya di lapangan sekolah.
“Tadi kamu ga ikut kelas ya?” tanyaku membuka obrolan.
“Iya.. “ jawabnya singkat
“Kenapa?”
“Lagi males aja....” jawabnya sambil tersenyum simpul.
“Kok males sih? Oh ya kamu kelas berapa sih? Kok aku seperti asing ya sama kamu?”
“Aku kelas 3.. Tahun ini aku akan lulus...” jawabnya sambil memandang jauh langit di depan kami.
“Tapi aku belum pernah liat kamu di sekolah...?”
“Ya mungkin karena kamu kelas 1 jadi kamu ga pernah lihat aku...”
“Ya juga yaa... hehehe... Oh ya, kamu ngajakin aku kesini ada apa?”
“Pengen ketemu kamu....” Dia memandangku dengan tatapan sendunya.
Deg....! Hatiku berhenti berdetak mendengarnya. Aku merasakan pipiku panas. Mungkin saat ini wajahku sudah memerah karena menahan malu ditatapnya seperti itu.
“Kok kamu diem...” tanyanya lagi.
“Kenapa kamu pengen ketemu aku?”
“Simple aja.. karena aku suka melihatmu...”
Deg...! Sekali lagi hatiku berhenti berdetak. Aku tak tahu harus berkata apa lagi. Aku hanya bisa tertunduk malu mendengarnya.
“Kareeeennnnn.........!!!!!!”
Ada suara yang kudengar dari bawah atap yang mengagetkanku. Ory. Kulihat dia melambaikan tangannya padaku. Dia mengisyaratkan untuk memintaku turun dari atap. Aku hanya menganggukkan kepala sambil berkata “sebentar...”.
“Siapa itu?”
Aku menoleh ke arah Danu dan menjawab “Temenku... Ory...”
“Ohh... Ya udah kamu turun dulu aja.. kita ketemu lagi nanti di bangku yang kemarin.”
“Umm... kamu ga turun sekarang?”
“Aku nanti aja... aku masih ingin menikmati segarnya angin disini...”
“Ya udah aku duluan yaa...” Dany hanya mengangguk dan tersenyum tipis khasnya...
*****
         Aku menghampiri Ory yang duduk di depan lapangan. Aku pun duduk disampingnya, memukul lengannya, kebiasaanku yang selalu kulakukan ketika aku bertemu dengannya.
“Ada apaan sih kamu nyariin aku?” tanyaku.
“Kamu ngapain tadi di atap sekolah??”
“Ya ga ngapa-ngapain... emang kenapa?”
“Kenapa? Kamu ga biasanya ke atap?”
“Ya pengen aja sih tadi....”
“Kamu sehat kan?” Ory memegang dahiku seakan sedang memeriksa apakah dahiku terasa panas atau tidak.
“Ihh... apaan sih...?” aku membuang tangannya dari dahiku.
“Aku tadi lihat kamu di atap senyum senyum sendirian. Kayak orang gila....!”
Deg... jantungku berhenti sesaat. Perlu ganti kacamata beneran nih kayaknya Ory! Aku ambil kaca mata Ory dan mengeceknya.
“Kayaknya kamu harus ganti kaca mata deh!”
“Kenapa?” tanyanya bingung.
“Kayaknya pandangan kamu tambah kabur......”
“Enak ajaaa.....” katanya sambil merebut kembali kaca matanya. “Beneran aku tadi lihat kamu kayak orang gila... senyum senyum sendirian di atas atap. Untung aku tadi lihat kamu, makanya aku manggil kamu.” Katanya melanjutkan.
“Nah bener kan pandangan kamu tambah kabur.... orang aku tadi sama temenku kok!”
“Temen? Temen yang mana??” tanyanya semakin penasaran.
“Ada deh.. mau tahu ajaaa......” Aku pun meninggalkan Ory yang masih penasaran.
“Kareennn..... tunggguuuuuuu.....”
*****
                Mendung mulai menggelayut di langit. Gelap. Hujan sepertinya akan turun deras kali ini. Tak seperti biasanya mendung kali ini begitu gelap. Bel tanda pulang pun berbunyi. Aku segera membereskan mejaku dan bergegas pulang. Aku mengambil sepedaku yang selalu setia menemaniku kemana pun aku pergi. Aku mengayuh sepedaku dengan cepat dan bergegas pergi ke tempat yang Danu janjikan pagi ini. Bangku di pinggir jalan. Aku menghentikan kayuhan sepedaku, kulihat Danu sudah menungguku disana. Dia melihatku. Seperti biasa, dia memandangku dengan tatapa sendu dan senyuman tipis di bibirnya. Aku mendekat ke arahnya. Ku parkirakan sepedaku di samping bangku itu. Aku pun duduk di sampingnya. Tak kupedulikan langit mendung dan gelap yang biasa saja menurunkan hujan lebat saat ini. Yang aku tahu, aku hanya ingin bertemu dengan Danu.
“Dah lama nunggu?” tanyaku padanya.
“Ah.. nggak kok...”
Sesaat kami hanya terdiam dan larut dalam pikiran kami masing-masing.
“Dingin yaa....” tanyakku memecah kesunyian.
“Iya... Karen boleh aku ngomong sesuatu sama kamu?”
“Bo... Bolehh....” jawabku terbata, jantungku berdetak tak karuan.
“Aku punya sesuatu buat kamu...” katanya sambil mengambil sesuatu dari balik saku celana abu-abunya. “Aku harap kamu mau menerimanya....”
“.............” aku hanya terdiam
Danu mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah. Membuka kotak itu di depanku. Saat dibuka ternyata isinya sebuah cincin emas. Aku kaget dan bingung, aku hanya memandangnya dengan tatapan bingung.
“Kamu mau kan menerima ini?” katanya seperti bisa membaca apa yang ada dipikiranku.
“Kenapa kamu ngasih cincin ke aku?” tanyaku bingung.
“Aku harap kamu mau menerima ini. Jangan kau tanya apa alasannya. Aku hanya ingin melihat kamu memakainya.”
Aku bingung harus berbuat apa. Aku nggak mungkin menerima itu dari Danu.
“Tolonglah, Karen... terimalah ini.. keinginanku hanya satu, melihat kamu memakai cincin ini. Itu saja.” Danu terduduk dan memohon di hadapanku.
“Tapiii.....”
“Pliissss..........”
“Maaf... tapi aku nggak bisa menerima nya... maafin aku...”
Aku pun mengambil sepedaku dan bergegas pergi meninggalkan Danu yang masih terduduk di depan bangku itu.
***** 
             Mendung masih menyelimuti langit pagi ini, seakan tidak mau beranjak pergi sejak kemarin. Kulangkahkan kakiku memasuki halaman sekolah dengan gontai. Lemas. Itulah yang aku rasakan saat ini. Tidak ada semangat. Semalaman aku tidak bisa tidur, masih ku ingat kejadian kemarin sore soal Danu. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa dia tiba-tiba seperti itu? Semua masih terlihat abu-abu di mataku.
“Reenn.....!!” Seseorang menepukku dari belakang dan membuyarkan lamunanku. Aku menoleh lemas. Kulihat wajah serius itu melihatku dengan pandangan tajam. Kulihat tangannya menbenarkan posisi kaca mata nya yang melorot. Ory. Wajah sahabatku itu terlihat serius menatapku.
“Kenapa sih kamu mandangin aku kayak gitu?”
“Kita perlu ngomong!” Ory menarikku menjauh dari keramaian.
“Ada apaan sih...?” Aku melepaskan genggamannya yang terasa sakit di tanganku.
“Kemarin kamu ketemu siapa di bangku pinggir jalan itu?
“Akuu...... “
“JAWAABB.....!!!!” Ory memukulkan tangannya di dinding samping wajahku.
Aku terkejut. Tak pernah aku melihat Ory seperti ini kepadaku. Apa yang membuatnya semurka ini??
“Kareenn...!!! Aku tanya sekali lagi! Siapa yang kamu temui kemarin sepulang sekolah?”
“Ituuu.... Namanyaa... Danu....” Jawabku terbata-bata.
“Danu? Siapa Danu?”
“Dia... Dia... juga sekolah di SMA yang sama dengan kita... tapi dia kelas 3...”
“Tunggu di sini! Jangan kemana-mana!”
*****
       Setengah jam berlalu dan aku pun masih menunggu Ory di tempat yang sama. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa dia semarah itu padaku? Apa salahku?
“Karen, ayo ikut aku!” Ory pun datang tiba-tiba dan langsung menarik tanganku pergi. Aku hanya bisa mengikutinya tanpa kuasa menolaknya. Ory membawaku ke ruangan Tata Usaha. Disana aku melihat Pak Bejo sedang menunggu kami di mejanya. Kulihat meja itu penu dengan tumpukan buku. Kulirik salah satu buku yang ada di atas meja, tertulis buku Alumni SMA tahun lalu. Aku bertanya-tanya dalam hati untuk apa mereka membuka buku alumni ini?
“Duduk!” kata Ory sambil memberikan kursi padaku.
Aku pun hanya bisa mengikuti kemauan Ory tanpa bisa menolaknya.
“Kamu bilang, kamu kemarin ketemu sama siswa di sekolah ini yang namanya Danu?” Tanya Pak Bejo.
“Ii.. Iya pak....” Jawabku ketakutan.
“Kapan kamu mulai bertemu dengannya?”
“Kemarin saya bertemu dia di bangku pinggir jalan dan sebelumnya saya juga bertemu dia di sekolah.”
“Di bangku pinggir jalan?” Tanyanya kaget.
“Iya pak... ada apa yaa...?”
“Sebentar....”
Pak Bejo membuka sebuah buku alumni tahun 2014. Dia membuka sebuah halaman dan menunjukkan sebuah foto padaku. Foto yang tak asing lagi bagiku, Danu. Tapi kenapa fotonya ada di alumni tahun 2014? Bukankah dia bilang padaku dia masih di bangku kelas 3 dan akan lulus tahun ini?
“Ini orangnya kan...?” tanya Pak Bejo lagi.
“Iyaa....” jawabku datar.
“Kamu yakin...?” Tatapan pak Bejo membuatku merasa takut dan merinding.
“Yakin....” Bibirku bergetar saat menjawabnya.
Pak Bejo dan Ory saling berpandangan. Mereka sama-sama memandangku dengan pandangan yang serius. Aku bertanya-tanya dalam hati apa yang sebenarnya terjadi?
Bersambung…!!

      Oleh: Emma Putri






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.