19 Februari 2019

MENGENAL TINGKATAN ILMU SPIRITUAL ALIRAN ILMU HIKMAH

Kisah terlahirnya Ilmu Hikmah (ilmu supranatural dalam versi Islam), bermula dari para ahli sufi yang mengarahkan pemahaman hakikatnya ke arah sifat tauhidiyyah/ketuhanan. Dari kecerdasan dan keluasan ilmu yang mereka miliki dalam pemahaman makna robbani atau suatu pemahaman tentang penghayatan keagungan dan kebesaran Allah s.w.t sehingga dalam menapaki jalan hidup para sufi tersebut Allah s.w.t menganugerahkan derajat mustjabah atau khoriqul karomah yang mengandung pengertian sebagai orang yang mempunyai karomah.

Dalam arti luas, khoriqul karomah adalah sebangsa ilmu yang bersifat, “Apapun ucapan yang keluar dari mulutnya semua akan menjadi kenyataan”. Dan ini disebut juga dengan istilah “tahqiqus sifat wal af’alulloh” (menguasai dalam hal ilmu Allah). Lewat beberapa nukilan ilmu Hikmah, Imam Al-Būnī dalam kitabnya, Manba’ Usul Hikmah menerangkan:
“Untuk bisa mencapai ilmu supranatural secara benar dan bisa dibuktikan akan hasilnya seorang ritualis harus bisa memahami segala isi ilmu yang terkandung di dalamnya baik berupa tata cara puasa, berzikir dan pendalamannya”.

Nah, diantara pendalaman ilmu supranatural yang harus diketahui adalah sebagai berikut :

1. Mudawamah al-Zikr/Istiqomah Dalam Berzikir.
Dalam pembedaran ini seorang ritualis dituntut untuk selalu menjaga wiridannya secara istiqomah di setiap malam harinya. Sebab untuk bisa merasakan manfaat ilmu yang sedang dijalaninya, seorang ritualis harus bisa memilah peraturan apa yang harus dipilih dalam hal berzikir. Inilah tingkatan zikir menurut hokum para Ahli Hikmah :
a. Zikir Umum 
(maksimal 2 jam dalam satu dudukan). Tahapan ini membutuhkan waktu 4 tahun untuk bisa merasakan manfaatnya ilmu. Dengan pembahagian :
b. Zikir Khusus 
(maksimal 5 jam dalam satu dudukan). Tahapan ini membutuhkan waktu 2, 5 tahun untuk bisa merasakan manfaatnya ilmu.
c. Zikir Khususul Khusus 
(maksimal 7 atau 9 jam dalam satu dudukan). Tahapan ini membutuhkan waktu 41 hari untuk bisa merasakan manfaatnya ilmu.

2. Tarkunnafsi/Meninggalkan Adat Kebiasaan.
Mengulas arti tarkunnafsi menurut Imam Al-Buuni adalah : “Merubah segala kebiasaan hidup kita dengan jalan meniru kebiasaan para Ahlillah dengan kata lain mengendalikan nafsu badan lewat berbagai aktifitas tirakat seperti menahan lapar dengan cara berpuasa dan menjauhi tidur, menahan mulut dari banyaknya bicara yang kurang bermanfaat dan lain sebagainya”.

3. Sidq al-Qalbi/Kejujuran Hati.
Sebagai seorang supranaturalis ilmu Al-Hikmah, kejujuran dan kebersihan hati adalah kunci utama dalam hal penataan ilmu yang sedang dijalaninya. Mereka harus menjaga rasa dan pikirannya dari sifat berandai-andai, ingin di puji, sombong dan lain-lain. Sebab bagaimana pun kuatnya batin seorang supranaturalis, apabila sifat tadi telah bersarang dan tidak secepatnya dibuang, maka lambat laun ilmu yang sudah menyatu dengan tubuhnya akan sirna dengan sendirinya. 

Seperti halnya di zaman sekarang, ilmu supranatural banyak dicari kerana berbagai faktor dan tujuan. Namun untuk memperdalam ilmu ini belum tentu semua berhasil meraihnya. Bagi seorang yang ingin memperdalam ilmu Al-Hikmah, maka kesabaran dan kedisplinan harus selalu terjaga. Sebab banyaknya kegagalan biasanya dari faktor setengah-setengah dalam menjalani suatu ilmu. Diantara yang menjadi penyebab kegagalan lainnya adalah kerana kurangnya bimbingan dari guru yang mumpuni atau belajar tanpa guru. Nah, untuk bahan pertimbangan para pencita ilmu supranatural, Misteri akan membedarkan 3 tingkatan perjalanan ilmu supranatural, dimulai dari tingkat terendah. Inilah tahapannya :

1. Tingkat Rendah : Syak/Khayalan.
Lewat pengulasan para Ahli Hikmah, Syak/Khayalan, sangatlah mengganggu dalam perjalanan seorang supranaturalis, mereka akan mudah dirasuki oleh bangsa jin hitam yang menyesatkan pola pikir kita. Sedangkan menurut para ahli sufi, syak atau khayalan diertikan sebagai suatu kebohongan batin. Lantas apa sesungguhnya definisi dari erti syak/khayalan tersebut? Inilah erti sesungguhnya : “Banyaknya berandai-andai atau suka berkhayal ke suatu tujuan tanpa di dasari semangat lahiriah." Seperti contoh, selalu mengelamun menjadi orang sakti, punya kelebihan yang menonjol, bisa menarik pusaka dan sebagainya. 

Dan dalam kenyataannya mereka hanya berharap-harap tanpa disertai dengan usaha keras. Pendapat lain, kurangnya bimbingan dari seorang guru yang mumpuni sehingga ketidak teraturan dalam penangkapan ilmu supranatural dan tidak menjadikannya luas dalam berfikir. Sifat seperti ini menurut para ahli hikmah dan ilmu sufi wajib dijauhkan dari diri seorang spiritualis. Mengapa? Kerana erti supranatural secara hakikatnya adalah mendalami dan menghayati salah satu Af’alulloh lewat rasa ruhaniah (menarik dan memasukkan batin kita lewat jalan amalan dan bantuan makhluk lain alam). Dari pedoman erti supranatural tadi sudah jelas sekali bahawa penyelarasan antara lahiriah dan batiniah harus seimbang hingga mewujudkan suatu ilmu bisa tercapai tanpa adanya campur tangan dari makhluk alam lain. 

Dengan erti lain jangan sampai golongan jin hitam merasuki otak kita lewat tipu daya sehingga kita bisa tersesat sampai keluar dari jalur syariat Islam. Naudzu billahi minzalik. Sebagai pemahaman saja, banyak para spiritualis yang salah kaprah dalam hal memahami dunia supranatural. Mereka kurang memahami tentang erti keyakinan dan makna tauhid secara mendalam dari labilnya sebuah kenyakinan. Mereka beranggapan bahawa sebuah isyaroh/mimpi bertemu para sesepuh ghoib, mereka mengklaimnya sebagai suatu amanat. Seperti banyaknya orang yang mengaku-ngaku sebagai suaminya Ibu Ratu Laut Kidul, kerana dalam mimpinya Ibu Ratu Laut Kidul sendiri yang menyampaikan kata bahasa seperti itu. Atau orang tersebut bermimpi diamanati sebagai pewaris harta karun di suatu tempat yang ditunjuk, misalnya, sehingga mereka merasa bangga mendapat sanjungan seperti itu. Mimpi/isyaroh seperti ini jangan sekali-kali dijadikan pegangan hidup bahkan harus dijauhi dari khayalan pikiran kita.

Dari kitab Tafsir Qowi dijelaskan, selain para nabi dan waliyullah kamil, arti mimpi apapun bentuknya adalah ziadatuttaqwa (jalan untuk selalu menambah erti ketaqwaan) kecuali kalau bermimpi bertemu para ahlillah, para nabi, para sahabat dan para malaikat semua wajib disyukuri dan dipatuhi apapun ucapannya kerana mimpi seperti ini benar adanya. Menurut Imam Ibnu Muqotil, bangsa syaitan akan terus menyesatkan anak cucu Nabi Adam a.s. Satu diantaranya lewat sebuah mimpi. Syaitan akan menyerupai siapa pun yang sedang digandrunginya baik menyerupai dedengkot orang sakti, linuwih dan lain-lain. Syaitan akan terus merayu dengan tutur bahasa yang sedemikian halus dengan suatu imaginasi, baik berupa harta kekayaan atau harta karun dan sebagainya, sehingga orang itu akan menjadi terlena dan takabur. Akan tetapi perlu diingat bahawa syaitan tidak mampu menyerupai orang yang menjadi kekasih Allah s.w.t.

2. Tingkat Menengah : Ẓan/Antara Nyata Dan Tidak.
Dalam pembedaran Al-Hikmah tingkatan seperti ini sudah bisa dibilang supranaturalis. Ciri orang yang sudah mencapai tingkat ini adalah :
-Selalu mengistiqomahkan wiridan lebih dari 2 jam setiap wiridannya dan sudah melampaui beberapa tahun lamanya.
-Masih punya guru spiritual zahir, sehingga apapun kekurangan dalam suatu ilmu bisa cepat teratasi kerana adanya pengarahan dari Sang Guru tadi.
-Mengenal lebih dari 30% tentang seluk beluk adat istiadat bangsa ghoib sehingga dalam hidupnya banyak diberi/mampu menarik berbagai pusaka dari alam lain.

Cara tingkatan seperti ini menurut para Ahli Hikmah belum dikatakan mumpuni sebab dalam kehidupannya masih ada sifat kadzib (bohong) yaitu masih dirasuki isyaroh/mimpi yang kurang baik dari para jin hitam yang menyesatkan. Kunci utama dalam tingkatan ini harus selalu dekat dengan bimbingan Sang Guru mumpuni sehingga apapun perintang dalam menjalankan suatu ilmu bisa dinetralisir dengan keluasan ilmunya.

3. Tingkat Tertinggi : Tahqiq/Benar Adanya.
Dalam keterangan kitab Mamba’ Usul Hikmah, tingkat tahqiq tergolong mumpuni dalam hal menguasai ilmu supranatural. Konon orang seperti ini telah diakui kebenaran ilmu dan keikhlasan hatinya. Dalam keterangan ilmu Hikmah lainnya, orang yang sudah mencapai tingkat tahqiq, 60% telah menguasai 3 lapisan dunia lain seperti alam Jin Thurobi dan Alam Barry. Sedangkan menurut Ilmu Tasawuf, Tahqiq di sini terbahagi menjadi 2 bagian yaitu :
(1) Tahqiq Bil Asma’ / Diterimanya Sebuah Amalan.
Secara makna tafsir, orang yang sudah mengistiqomahkan salah satu ayat/amalan hingga bertahun-tahun lamanya. Dan amalan ini sampai mendarah daging ke tubuh orang dimaksud, sehingga Allah s.w.t menerimanya dengan suatu hidayah. Kerana ayat ini semua doa dan keinginannya akan dikabulkan.
(2) Tahqiq Bis Sifat / Diterimanya Sebuah Keyakinan.
Orang yang sudah bertahun-tahun lamanya menjauhkan nafsu badan dengan jalan puasa lepas (tidak makan dan minum) atau menjauhi mata dari rasa ngantuk/tidur seperti ngarayana (berkelana) ke berbagai daerah dengan jalan kaki tanpa sedikit pun mata ini dipejamkan/ditidurkan. Dari riyadhoh seperti ini Allah s.w.t memberikan hidayah dengan perantaraan jin muslim sehingga para waliyullah selalu memberikan apapun yang dia minta, baik dari segi ilmu supranatural maupun isyarah yang nyata dan benar.

Demikian pemaparan singkat yang dapat penulis uraikan. Semoga dengan pemaparan ini akan ada hikmah yang bisa dipetik untuk suatu kemashlahatan kita, baik dalam pengenalan ilmu supranatural maupun manfaat lainnya.

KH Yaakub Kurman
Guru Besar Perguruan Silat Gerak Reflek Macan Putih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.