25 Januari 2019

BELAJAR ILMU IKHLAS DARI SEORANG BANSER

Namanya Misriyanto, seorang Banser di satu PAC Ansor Kabupaten Situbondo Jawa Timur. Kulitnya hitam dan badannya kekar, ramah sekali menyapa dengan senyuman pada jamaah ketika dia melaksanakan tugas Pamdal Pengajian. Pekerjaan Misriyanto adalah seorang pengupas kelapa, pekerjaan yang cukup menyita energi dan waktu dengan penghasilan yang sangat kecil untuk ukuran angka-angka ekonomi dan kebutuhan pasar. Jika 1 butir kelapa jasanya dihargai Rp 500.- maka Misriyanto harus mengupas 100 butir kelapa untuk mendapatkan pendapatan Rp 50.000.-

Misriyanto adalah pribadi yang keras dalam berprinsip dan pantang belok, apalagi kalo sudah menyangkut harga diri. Kalian akan mendapatkan pelajaran yang luar biasa dari Banser ini. Begini ceritanya:

Misriyanto adalah seorang Banser yang sangat rajin giat Pamdal (ngepam) untuk banyak acara yang melibatkan masyarakat di daerah Tapal Kuda pantura Jatim, Situbondo dan Bondowoso. Baik kegiatan pengajian maupun kegiatan sosial yang lain, perannya adalah sebagai Balantas (urusi traffic dan arus kendaraan), sama seperti ketika aku ketemu di sebuah pengajian akbar di Situbondo.

Tahun 2017 adalah satu waktu yang tidak akan bisa dilupakan oleh Misriyanto dan Satkoryon tempat Misriyanto berkhidmah.

Saat itu istri Misriyanto sedang hamil tua dan pada saat yang sama selalu ikut Misriyanto kemanapun dia ngepam. Misriyanto yang biasanya giat bareng naik satu kendaraan, otomatis harus naik motor tuanya karena istrinya "ngeyel" untuk ikut. Alasannya apa? Dia ingin jelang kelahiran anaknya ngalap barokah Kyai sebanyak-banyaknya supaya anaknya sehat dan pintar.

Satu hal yang tidak bisa dicegah, jarak 100 km, Situbondo - Bondowoso PP juga dihajar dengan boncengan motor dan perut hamil tua.

Satu saat beberapa kawan Misriyanto mengingatkan agar dia bisa mencegah istrinya ikut karena alasan keselamatan dan kesehatan. Tapi apa jawaban yang diterima sungguh membuat kawannya diam tak mampu berkata-kata.

"Saya ini orang ndak punya, dan kondisi hamil tua ini harus dijaga supaya anak saya kelak sehat. Maka istri saya minta supaya makin rajin ngalap barokah para Kyai supaya semua lancar dan tidak terjadi apapun, ya saya turuti istri saya karena alasannya sangat masuk akal"

Kawannya diam bukan karena tidak bisa menjawab, tapi karena mereka paham dengan watak dan keras hatinya Misriyanto.

Karena tidak bisa dipaksa akhirnya kawan mundur dan membiarkan Misriyanto dan istrinya dengan nasehat: Oke Mis, yang penting jaga diri dan kesehatan karena jarak yang ditempuh kadang sangat jauh, orang gak hamil aja capek perjalanan naik motor apalagi kondisi hamil.

Satu malam usai pengajian, Banser yang ngepam secara rombongan pulang ke Mako dan ada peristiwa yang mengagetkan. Di satu ruas jalan ada motor Misriyanto terparkir dekat warung yang sudah tutup dan disitu terlihat istri Misriyanto sedang elus kepala Misriyanto yang terlelap kelelahan.

Rupanya mereka sepakat istirahat ketika capek, Misriyanto meningkatkan kerjanya jelang kelahiran sang buah hati. Kupas kelapa ditingkatkan untuk tambahan tabungan dan otomatis fisiknya jadi terkuras dan ketika malamnya dia harus ngepam berdiri 4-5 jam sambil atur jamaah dan lalu lintas. Bayangkanlah Sahabatku...

Aku membayangkan ini selalu berakhir pada rasa malu yang mendalam, hidupku terlalu banyak terlewat tanpa bersyukur.

Kasatkoryon dan Pengurus PAC Banyuputih memanggil Misriyanto ke Mako dan minta Misriyanto jangan ajak istrinya, toh barokah akan tersalur dengan iman yang teguh dan tidak perlu harus ikut ngepam. Tujuannya supaya Misriyanto bisa ikut rombongan dan tidak kelelahan naik motor.

Apa jawaban Misriyanto?

"Saya meyakini dan dengan ikhlas melakukan ini semua, saya yakin sekali apa yang kami berdua lakukan ini benar dan pasti mendapatkan ridho dari Allah SWT untuk kesehatan dan keselamatan anak saya. Saya Nahdliyin yang hanya ingin mendapatkan barokah dari Kyai secara langsung buat istri dan anak saya, dan saya sampai sekarang sehat, istri sehat dan kandungan juga sehat. Jadi tolong Sahabat sekalian pahami ini"

Tentu saja Pengurus PAC meminta sekali lagi supaya Misriyanto mempertimbangkan lagi, tapi jawaban yang diterima oleh Pengurus cukup untuk mengakhiri perdebatan di mako.

Misriyanto menutup debat sebelum pamit dengan jawaban ini: "Jika yang saya lakukan ini salah, dan kelak ketika anak saya lahir ada hal-hal yang tidak diinginkan maka pada detik itu saya akan berhenti dan keluar dari Banser NU"

Semua terdiam, dan melepas Misriyanto untuk ngepam lagi dengan cara yang sama yaitu naik motor memboncengkan istrinya yang perutnya makin membesar karena dekat hari kelahiran.

Singkat cerita, Misriyanto dan istrinya mendapatkan kebahagian luar biasa karena buah hati lahir dengan selamat tanpa kurang satu apapun dan juga sehat.

Keteguhan hati Misriyanto dan imannya yang luar biasa dijabah Allah ta'ala dengan memberikan kesehatan bagi keluarga kecil mereka. Misriyanto tetap bekerja dengan semangat dan tetap aktif ngepam seperti sedia kala. Cerita ini aku sampaikan pada Ketum Gus Yaqut saat kita di Surabaya pulang dari Blitar dan Gus yaqut sampaikan ingin bertemu Misriyanto.

Satu kesempatan pertemuanku dengan Misriyanto kusampaikan keinginan Ketum tersebut dan jawaban Misriyanto membuatku berucap dalam hati "orang ini emang gila"

"Ampun Ndan Jo, saya hanya pasukan dan jelas sangat bahagia dan tersanjung atas undangan Ketum namun bukan saya menolak undangan tapi nanti satu saat Ketum akan ke PAC Banyuputih dan biarkan beliau menyaksikan Banser disini luar biasa semua seperti Banser di daerah lain"

​Sekali lagi saya merasa sangat beruntung bisa berkhidmah di organisasi ini, Gerakan Pemuda Ansor.

https://qitmr.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.