Lingkungan memang dipandang sangat berpengaruh pada kondisi Bengawan Solo. Rusaknya lingkungan di sekitar sungai ini menyebabkan debit air di sungai ini sulit di kontrol. Saat musim kemarau debitnya sangat minim, tapi giliran musim hujan, air meluap hingga menyebabkan banjir. Namun lepas dari pengaruh faktor lingkungan, beberapa tempat keramat di sekitar sungai ini juga diyakini memiliki pengaruh cukup kuat. Meski secara langsung tidak membantu warga di sekitarnya untuk terhindar dari banjir.
Namun setidaknya keberadaan tempat itu mampu memuculkan fenomena tersendiri yang membuat siapapun berdecak kagum saat melihatnya. Hal itu tak lepas dari keajaiban-keajaiban yang diperlihatkan saat Bengawan Solo mulai murka. Diantara keajaiban itu adalah terbebasnya lokasi di sekitar tempat-tempat tersebut dari genangan air, meski tempat-tempat lain di sekitarnya terendam cukup tinggi.
Ada beberapa tempat yang diyakini sangat mempengaruhi kondisi Bengawan Solo secara gaib, di antaranya adalah komplek makam Ki Ageng Butuh di wilayah Plupuh, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Lalu makam Kyai Mojo di wilayah Semanggi, Solo serta makam Aryo Penangsang atau petilasan Kerajaan Jipang di wilayah Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Khusus untuk makam Ki Ageng Butuh, komplek ini dipandang istimewa karena sosok Ki Ageng Butuh dikenal sebagai penakluk Bengawan Solo.
Dia diceritakan bisa menggerakkan arus sungai ini sesuai dengan keinginannya. Karena itulah, saat desa di tempat makam ini berada terendam banjir, makamnya tetap terbebas, meski ketinggian tanahnya relatif sama. Pun demikian dengan makam Kyai Mojo yang berada di bawah Jembatan Mojo, Semanggi, Solo. Sebagai seorang abdi dalem yang ditugaskan menjaga wilayah Mojo, semasa hidupnya Kyai Mojo nyaris selalu berhubungan dengan Bengawan Solo, sebab keberadaan wilayah ini tepat di sepanjang alur sungai tersebut.
Karena itulah, di ceritakan bahwa Kyai Mojo memiliki kemampuan untuk mengendalikan luapan air Bengawan Solo, sehingga tidak sampai menggenangi desanya. Hanya sayang, makam tokoh yang berada tepat di tepi Bengawan Solo itu nyaris tidak terawat. Semak belukar menutupi seluruh permukaan batu nisannya, hingga nyaris tidak terlihat. Namun demikian, saat banjir melanda, seolah ada energi yang melindungi makam ini, sehingga tidak sampai terendam dan rusak.
Liberty edisi 2368
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.