Pada awalnya, sumber itu digunakan oleh salah seorang Pangeran dari Majapahit untuk bertapa. Kemudian, pangeran ini muksa. Perkembangan selanjutnya, tempat itu banyak dikunjungi pelaku spiritual untuk bertapa. Jika direstui, maka pelaku yang bertapa akan lenyap. Artinya, ia menjalankan ritual dialam gaib selama beberapa tahun. Jika sukses, ia akan kembali. Namun, salah seorang spiritualis wanita yang bertapa disitu, hingga kini belum juga kembali.
Bagi kalangan spiritulis Trenggalek, Tulung agung serta kota – kota sekitarnya. Nama pertapaan Sorengrono yang terletak dilereng gunung Tapan sudah tak asing lagi. Tempat yang secara administrative masuk Desa Kerjo, Kecamatan Karangan- Trenggalek- Jatim, pada hari – hari tertentu ramai dikunjungi oleh pelaku spiritual. Khususunya dibulan Suro. Menurut penjaga sumber Tapan, Bunyamin(39), kedatangan para pelaku spiritualis di tempat ini bukannya tanpa alasan. Mereka sebisa mungkin melakukan kontak batin dengan Pangeran Sorengrono yang muksa di tempat ini bertapa.
Menurutnya, dari sekian banyak pelaku spiritualis hanya segelintir orang saja yang di terima untuk berkomunikasi dengan Pangeran Sorengrono. Karena Sorengrono tidak mengijinkan sembarang orang untuk memasuki wilayah kekuasaannya. “ Kalau laku tapanya diijinkan oleh pangeran Sorengrono, biasanya yang bersangkutan muksa di batu sandaran itu. Tapi jika pangeran tak mengijinkan, walau berhari – hari bertapa disitu, ya tetap saja bersandar di batu itu,” ungkap Bunyamin.
Lebih jauh kata Bunyamin. Beberapa tahun yang lalu, pernah ada orang dari Ponorogo melakukan kontak batin dengan Pangeran Sorengrono. Dengan diantar oleh mantan penjaga sumber Tapan,almarhum Mbah Kemis. Orang tersebut duduk di batu tersebut. Beruntung, ia mendapat ijin Pangeran Sorengrono untuk menemuinya.
Tepat tengah malam, orang asal kota reog tersebut memulai laku tapa. Baru beberapa saat bermeditasi, orang itu tiba – tiba lenyap ketika bersandar di batu sandaran. Kemudian mbah Kemis meninggalkan orang ini. Lima tahun kemudian, mbah Kemis bermimpi didatangi orang asal Ponorogo itu. Di dalam mimpinya, mbah Kemis di minta untuk menjemputnya di batu sandaran tempatnya bertapa.
Esok malamnya, mbah Kemis langsung menuju kesana Ternyata benar. Baru beberapa saat mbah Kemis menunggu di dekat batu sandaran, tiba – tiba orang yang pernah diantarnya lima tahun silam muncul dari balik batu. Menurut pelaku tapa seperti yang diceritakan mbah Kemis kepada Bunyamin. Orang asal Ponorogo itu diperkenankan bertapa oleh Pangeran Sorengrono di sumber air yang terletak di dalam tanah. “ Saya sendiri juga heran Mas, jaman sekarang kok masih ada yang mampu bertapa selama lima tahun. Apalagi tapanya musna, “kata Bunyamin keheranan.
Bahkan menurutnya, kejadian seperti ini sudah sering kali terjadi di Pertapaan yang terletak ditengah hutan heterogen wilayah Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Kediri ini. Hanya pada umumnya para pelaku tapa akan muncul setelah empat pupuh hari. Bahkan kurang dari itu.
Kejadian hilangnya pelaku tapa di sumber Tapan, memang tidak menherankan penduduk setempat. Namun, ada kejadian yang hingga kini masih misteri bagi masyarakat setempat. Yakni kejadian hilangnya spiritualis wanita asal Tulung agung. “Ketika itu penjaga pertapaan masih dipegang oleh Mbah Yatimun, “ ujar Bunyamin.
Peristiwa itu terjadi beberapa tahun yang lalu. Setelah orang asal Ponorogo berhasil menyelesaikan laku tapanya. Kemudian datanglah seorang wanita yang mengaku berasal dari Tulung agung. Kepada mbah Yatimun wanita itu mengutarakan niatnya. Ia pun diantar ke pertapaan Sorengrono.
Malam hari, mbah Yatimun mengantar wanita yang mengaku masih gadis ini. Sesampainya di gunung Tapan, wanita tersebut langsung melakukan meditasi. Selang beberapa saat kemudian, lenyaplah wanita itu seperti para pelaku tapa lain yang diijinkan Pangeran Sorengrono bertapa di situ.
Karena sudah mendapat ijin yang baurekso. Malam itu juga mbah Yatimun meninggalkan tempat itu. Anehnya, hingga kiniwanita berumur sekitar tigapuluhan tahun itu belum juga kembali atau mengakhiri laku tapanya. “ Padahal kalau dihitung – hitung hingga kini sudah belasan tahun lamanya, lanjut Bunyamin.
Apa yang dikatakan oleh Bunyamin tentang banyaknya orang lenyap dan muncul lagi ditempat itu. Dibenarkan oleh Mijud(35), penjaga sumber Tapan. Menurut lelaki yang digaji oleh pihak perhutani ini, orang yang datang ke tempat ini memang berniat melakukan tapa. Mereka yang datang tidak hanya pelaku spiritualis dari Trenggalek dan kota –kota sekitarnya saja. Karena tak sedikit mereka datang dari Tuban, Babat serta Lamongan.”Meski begitu, untuk bertapa harus memperoleh ijin dari Pangeran Sorengrono. Mereka memang berniat menjalankan laku tapa.
Tapi karena tidak mendapatkan ijin dari Pangeran Sorengrono. Akhirnya rombongan itu hanya sekedar melakukan meditasi sebentar atau sekedar ngalap berkah. “ Kalau cuma sekedar meditasi untuk ngalap berkah saja, banyak yang datang ke sini. Bahkan manta Gubernur Jatim, Basofi Sudirman juga pernah datang kesini. Tapi hanya sekedar ngalap berkah. Tidak melakukan tapa, “ungkap Mijud pada Wahana Mistis di lokasi.
Sumber Mensucikan Diri
Keberadaan Sumber Tapan sebagai bekas tempat pertapaan Pangeran Sorengrono. Tidak hanya dikenal oleh orang – orang yang hidup di era sekarang. Pertapaan itu, ternyata sudah dikenal kalangan spiritualis sejak jaman Jepang. “ Dulu tempat ini sulit dijangkau mas, lanjut Mijud. Melihat banyaknya pelaku spiritual yang datang kesini. Kemudian pada tahun 70-an pihak perhutani membuatkan jalan dan mengalirkan air sumber kebawah. Selain itu, juga dibuatkan bak pemandian yang cukup luas. “ Ini dimaksudkan untuk menghindari berjubelnya para pelaku spiritual dibulan Suro, sambungnya.
Sebab, sebelum tahun70-an, para orang linuwih yang datang ke tempat ini harus antri berjubel hanya untuk sekedar mensucikan diri di sumber tersebut. Tapi kini,setelah ada kolam penampungan. Para pelaku spiritualis tidak lagi berebut untuk mandi di sumber Tapan. “ Kalau waktu Suro, pemandian itu penuh dengan pelaku spiritualis Mas. Padahal untuk mandi di sumber itu bisa kapan saja,”jelasnya.
Selain bertapa serta mensucikan diri di sumber Tapan. Banyak pula orang linuwih yang sengaja ingin mendapatkan berbagai pusaka milik Pangeran Sorengrono. Seperti penuturan Bunyamin. Umurnya, mereka yang tidak mendapatkan restu bertapa oleh Pangeran Sorengrono. Mereka akan berinisiatif mengambil salah satu pusaka yang dimiliki oleh Pangeran Sorengrono. Walau begitu, tak banyak orang yang diberi pusaka oleh sang Pangeran.
Dan menurut pengakuan Bunyamin, ia pernah diberi pusaka oleh Pangeran Sorengrono. “Keris Jangkung. Saya tidak minta malah diberi, Mas. Pusaka itu hanya sebesar dan sepanjang jari tangan orang dewasa. Sampai sekarang masih saya simpan,”katanya.
Siapa Pangeran Sorengrono
Menurut Bunyamin sebagaimana cerita penjaga pertapaan terdahulu sebelum dirinya. Pangeran Sorengrono sebenarnya adalah adalah putra raja Majapahit dari istri selir. Tidak jelas putra raja siapa serta dari istri selir yang mana.
Yang pasti, ketika Majapahit hendak mengangkat beberapa orang pangeran sebagai senopati. Waktu itu, Pangeran Sorengrono belum mempunyai kemampuan yang berarti. Karena itu kemudian sang ibu memerintahkan kepadanya agar meninggalkan Majapahit untuk mencari ilmu kadigdayan setinggi mungkin. Pikir sang ibu ketika itu, agar putranya tak dipermalukan dalam tes adu kesaktian dengan para Pangeran yang lainnya.
Sebagai seorang putra yang patuh terhadap sang ibu. Pangeran Sorenrono pergi meninggalkan Majapahit untuk mencari bekal ilmu sebanyak – banyaknya. Tapi selama dalam pengembaraannya, ia tidak menemukan seorangpun yang dianggap mampu menjadi gurunya.
Karena itu kemudian ia memutuskan untuk menuju sebuah gunung yang masuk dalam wilayah Trenggalek. Sesampainya diperut gunung , ia menemukan sebuah sumber air. Merasa cocok, kemudian ia melakukan tapa agar diberikan kesaktian oleh dewata. Laku yang dijalankan yakni laku tapa kungkum.
Tapi entah kenapa, ia kemudian tak pernah lagi kembali ke Majapahit. Kalaupun ia mati, tak ada tanda – tanda kematiannya. Hingga pada suatu hari beberapa orang utusan dari Majapahit mencari dirinya. Tapi utusan ini hanya menemukan bekas – bekas barang yang dibawa oleh Pangeran Sorengrono disekitar sumber air tersebut.
Karena itu kemudian Pangeran Sorengrono dinyatakan musna dalam melakukan tapa kungkum. “Tempat bertapanya, di batu pipih itu. Dulu batu pipih ini separonya terendam air. Cuma demi keselamatan , kemudian oleh perhutani ditutup dengan semen serta dibuatkan cungkup. Kalau sumber utamanya yang di sebelah kiri itu, “jelas Bunyamin.
Wahana Mistis No.50/III
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.