Nama Asli Gusdur
Kebanyakan orang hanya mengetahui bahwa nama Gus Dur adalah
Abdurrahman Wahid. Kata “Gus” dalam
bahasa orang-orang Jombang berarti “Kak” sebagaimana kata “Cak” (misalnya Cak
Nur (Prof. Nurcholish Madjid, Ph.D), Cak Imin (Drs. A. Muhaimin Iskandar,
M.Si), dan Cak Nun (Emha Ainun Nadjib).
Panggilan “Gus” ini juga digunakan untuk menyebut atau memanggil anak
Kiai di Jawa Timur pada umumnya. Kata “Dur”
adalah kependekan dari “Abdurrahman”.
Sementara kata “Wahid” yang ada dibelakang “Abdurrahman” adalah nama
ayah Gus Dur, yaitu Abdul Wahid yang dikenal sebagai KH. A. Wahid Hasyim.
Padahal nama Gus Dur sebenarnya adalah Abdurrahman
ad-Dakhil. Nama ini mengingatkan kita
kepada Abdurrahman I (Abdurrahman bin Muawiyah bin Hisyam bin Abdul
Malik). Raja dari Dinasti Umayah yang
berkuasa pada 756 – 788 M ini berhasil menaklukkan Andalusia (sekarang Spanyol)
sehingga mendapat gelar “ad-Dakhil” (sang Penakluk). Tampaknya, Wahid Hasyim ingin agar anaknya
kelak menjadi “Seorang Penakluk” sebagaimana Abdurrahman ad-Dakhil. Ternyata, harapan itu terbukti dengan adanya
Gus Dur yang berhasil menjadi tokoh fenomenal.
Tidak Naik Kelas
Gus Dur melanjutkan pendidikan SMP di Yogyakarta tepatnya di
Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP) Gowongan. Sang ayah menitipkan Gus Dur di rumah Kiai
Junaidi, salah satu tokoh Muhammadiyah. Pada sore hari, Gus Dur mengaji di
Pesantren Krapyak yang saat itu diasuh oleh KH. Ali Maksum, Kiai yang kelak
menjadi partner Gus Dur di NU (menjadi Rais Am). Ketika di SMEP, Gus Dur akrab dengan salah
satu gurunya yang bernama Bu Rupiah, guru yang banyak meminjami buku-buku asing
kepada Gus Dur. Gus Dur juga sekelah
dengan artis Rima Melati (beranama asli Marjolien Tambajong atau Lientje
Tambajong). Namun tahukah anda? Gus Dur
ternyata menyelesaikan SMEPnya selama 4 tahun.
Presiden RI ke 4 ini ternyata mengulang dua kali di kelas dua. Hobinya membaca buku yang “keterlaluan”
menyebabkan pelajaran sekolahnya terbengkelai.
Jadi, kalau kita selalu naik kelas berarti kita lebih pintar dari Gus
Dur. Gus Dur aja yang nggak naik kelas
bisa jadi presiden kok!!…heeee…xixixi…wkwkwk…
Gus Dur menghalalkan ikan curian
Antara tahun 1957 s/d 1959 Gus Dur belajar di Pesantren
Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah. Saat
itu pesantren ini diasuh oleh KH. Chudlari.
Meskipun berasal dari pesantren besar (Tebuireng), Gus Dur bisa bergaul
akarab dengan santri-santri yang lain.
Pada suatu malam, Gus Dur bersama beberapa santri merencanakan mencuri
ikan yang ada di kolom tengah kompleks pesantren. Gus Dur tidak mau ikut turun ke kolam, dia
hanya berdiri di dekat kolah untuk mengawasi jika Kiai lewat.
Tepat tengah malam, aksi inipun dimulai. Beberapa ekor ikan telah berhasil ditangkap,
alalu dikumpulkan di dekat tempat Gus Dur berdiri. Kira-kira pukul 01.00 dini hari terdengar
suara sandal yang mulai mendekat.
Teman-teman Gus Dur yang tadi nyemplung di kolam segera keluar dan lari
tunggang langgang. Sementara Gus Dur
tetap tenang di tempatnya berdiri.
Ternyata, suara itu berasal dari sandal milik Kiai Chudlari yang
kebetulan lewat akan shalat malam di masjid.
Melihat Gus Dur berdiri di samping kolam, Kiai Chudlari
segera menghampiri Gus Dur. Kata Kiai
Chudlari, “Ada apa Dur?”, “Ini Kiai, tadi ada banyak pencuri yang mau ambil
ikan disini, lalu saya datang ke sini, dan mereka pada lari. Ini ikan-ikan yang mau mereka curi,” Gus Dur
menjawab dengan tenang sambil memegang ikan-ikan yang telah dimasukkan dalam
plastik. “Ya udah, ambil saja ikan-ikan
itu. Terima kasih telah menyelamatkan
ikan-ikan saya,” kata Kiai Chudlari. “Ya…Kiai,
sama-sama,” jawab Gus Dur dengan hormat.
Ikan-ikan itu oleh Gus Dur dibawa ke gotha’an (kamar), lalu dimasak
bersama-sama di dapur. Teman-teman yang
tadi bersama denga Gus Dur langsung marah-marah. Mereka merasa dikhianati. Gus Dur pun berusaha membela diri dengan
mengatakan, “Alaah… kamu juga mau makan aja.
Ikan ini tadinya haram, tapi karena aku tetap di samping kolam, akhirnya
menjadi halal, Kiai yang memberikannya…Heeee….!!
Nonton Dulu Baru Kuliah
Gus Dur dan Gus Mus adalah dua sahabat yang sangat akrab
sejak kuliah di Kairo. Keduanya tinggal
di asrama mahasiswa yang sama. Bahkan,
seminggu sebelum meninggal, Gus Dur bersikeras mengunjungi Gus Mus untuk
membicarakan teman-temannya yang sudah meninggal. Konon, keduanya juga selalu bersama-sama saat
berangkat kuliah ke Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir. Suatu ketika, Gus Mus naik bus bersama Gus
Dur. Gus Mus saat itu merasa sangat
mengantuk karena habis begadang bersama teman-teman. Gus Mus berpesan kepada Gus Dur, “Nanti kalau
udah sampai kampus, bangunkan aku ya…!!”
“Ya,..!!” begitu jawab Gus Dur. Beberapa menit kemudian bis terhenti di
halte. Gus Mus pun dibangunkan oleh Gus
Dur. Tanpa menoleh kanan-kiri, Gus Mus
segera keluar dari bis mengikuti Gus Dur.
Namun, Gus Mus sangat kaget dan berkata, “loh…mana kampusnya?” dengan
enteng Gus Dur menjawab, “Udahlah…!! nonton dulu… kuliah gampanng, lagian bisa
baca sendiri. Film ini terakhir lho
diputar di Kairo…!”
Gus Mus pun hanya mengikuti saja ajakan Gus Dur, sahabat
karibnya yang sangat menyukai film perancis ini.
BERSAMBUNG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.