19 Maret 2016

GENDERUWO PENJAGA PUSAKA WATU TUMPANG

WATU TUMPANG
Gara-gara amarah Lembusuro, Gunung Kelud meletus hebat.  Dan salah satu isi perut gunung itu jatuh di Desa Madesan.  Selain sering digunakan ritual, batu itu diyakini masih menyimpang benda pusaka berupa keris dan tombak.  Sayangnya cukup sulit untuk mengambilnya sebab dijaga sosok genderuwo yang sulit ditaklukkan.


Watu Tumpang, begitu warga Desa Madesah, Blitar, Jawa Timur kerap menyebutnya.  Menurut keterangan beberapa warga yang ditemui, batu bertumpuk itu berasal dari perut Gunung Kelud yang meletus hebat, ratusan tahun silam.  Bahkan mereka sepakat kalau batu itu erat kaitannya dengan penguasa ghaib gunung api aktif tersebut, yakni Lembusuro.  Diceritakan kala itu Lembusuro mengamuk dan ingin membasmi semua keturunan Galuh Condrokirono dengan menenggelamkan tubuhnya di kawah Gunung Kelud.  Tak ayal, isi perut Kelud yang berupa material panas itu pun tersembur keluar.  Letusan dahsyat pun terjadi hingga mencapai radius sekitar 153 Km.  Tiga kota di kaki gunung Kelud itu porak-poranda.  Tercatat 9000 rumah hancur dan tak kurang dari 6000 jiwa tewas.

WATU TUMPANG
Akibat letusan di tahun 1919 dan 1951 itu, muncul ungkapan yang menggambarkan keadaan tiga kota tersebut saat bencana terjadi.  Yakni Kediri dadi kali (jadi sungai), Blitar dadi latar (jadi halaman) dan Tulungagung dadi kedung (menjadi telaga).  Hingga sekarang mitologi tersebut masih menjadi legenda turun-temurun.  “Itu cerita yang selalu kami dengar dari para sesepuh desa terdahulu.  Hingga tak usah heran kalau sejak dulu lokasi watu Tumpang itu angker.  Sebab Lembusuro mengutus salah satu lelembut jenis bernama genderuwo untuk menjaganya sampai sekarang,” ungkap Mbah Sugio sesepuh desa setempat.

Artikel Terkait:

SUARA JARANAN
Dari keangkeran itu, sejak dulu tak seorang pun warga setempat berani berada di tempat tersebut.  Bahkan melintasinya pun taka da yang berani.  Selain mereka percaya kalau tempat itu berpenunggu, suasana sekitar watu Tumpang pun terkesan nyeleneh dan tak bersahabat.  “Dari dulu taka da yang berani bermain atau sekedar lewat di lokasi Watu Tumpang.  Sebab tempat tersebut memang dikenal angker dan sering mengeluarkan suara aneh,” jelas Mbah Sugio.  Menurut Mbah Sugi, sapaan akrabnya, suara aneh itu berupa alunan gamelan cukup rancak yang mengiringi kesenian jaranan.  Anehnya tak seorang pun yang tahu pasti, dari mana asal suara music tradisional itu mengalun.  “Hingga sekarang saya masih sering mendengarnya, jangan heran kalau alunan music tradisional dan suara sinden yang membawakan lagu itu sudah amat saya kenal,” terang pria berperawakan gempal yang jaga kakek 4 cucu ini.
Sugio
Selain itu, watu Tumpang juga dipercaya menyimpan berbagai macam benda pusaka.  Namun untuk mengambil benda berharga di tempat tersebut, tidak semudah membalikkan telapak tangan.  Sebab penunggu tempat itu setiap saat bisa marah bila merasa terganggu oleh ulah manusia yang mencoba mengusik ketenangannya.  Keterangn Mbah Sugi tersebut dibenarkan oleh seorang pelaku yang tak mau disebutkan namanya.  Sayang, saat didesak tentang cara mendapatkan benda pusaka tersebut, ia pun mengelak dan mengaku tak tahu pasti.  Bahkan ia mengaku pernah menolak pemberian lelembut penunggu watu Tumpang tersebut.

“Saya tidak pernah mengambil atau lelaku di tempat itu, mas..!! Memang saya pernah didatangi oleh lelembut penunggu tempat tersebut yang berwujud genderuwo dengan tubuh yang tinggi besar dan berbulu kasar.  Kedatangannya saat itu memang menawarkan kekayaan.  Namun saya menolaknya, sebab saya tak mau diperbudak oleh makhluk ghaib.  Saya pun tidak tahu mengapa makhluk halus itu memilih diri saya,” tandas lelaki muda ini.  “Selain menawarkan kekayaan, genderuwo ini juga ingin menitipkan benda pusaka berupa batu seperti intan dengan warna yang amat terang.  Untuk ini pun saya menolaknya sebab saya tak sanggup merawatnya kalau harus setiap hari tertentu memberi makan dengan ritual tertentu,” imbuhnya.

KERIS DAN TOMBAK
Sementara Koesnan salah satu orang ngerti berasal dari Dusun Cimping, Siraman, Blitar, juga mengatakan, Watu Tumpang yang sering menjadi buah bibir masyarakat setempat memang dihuni makhluk halus yang sering melakukan pertunjukan jaranan.  Bahkan Koesnan mengaku pernah bertemu dengan penghuni tempat tersebut.  “Watu Tumpang itu memang dihuni genderuwo.  Sosok lelembut itu memang bertugas menjaga watu tersebut agar tidak diganggu oleh manusia yang tak bertanggung jawab.  Selain itu juga ada bangsa siluman lainnya, yang mempunyai hobi menggelar pertunjukan jaranan,” terang pemuda yang tak mau disebut paranormal ini.


Koesnan
Pria lajang ini juga mengatakan Watu Tumpang tersebut, tidak hanya dihuni oleh bangsa lelembut saja.  Tetapi juga diperindah dengan keberadaan beberapa benda pusaka seperti Tombak Padmayoni yang diyakini milik salah satu pembesar Kerajaan Kadiri.  “Saat ini genderuwo tersebut juga menjaga Tombak Padmayoni serta keris Mbah Totok yang biasa digunakan para dukun untuk mempertajam ilmu perdukunannya.  “Yang jelas tidak mudah untuk dapat mengambil keris dan tombak pusaka itu, mas…!!  Sebab yang bertugas menjaga benda tersebut memang terkenal sulit ditaklukkan,” imbuh Koesnan yang mengaku pernah lelaku di tempat tersebut.
SEKIAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.