16 Februari 2016

SISI LAIN KANJENG SUNAN KALIJAGA

Lukisan Kanjeng Sunan Kalijaga

Pada kesempatan kali ini, penulis akan menyajikan sebuah artikel yang mengungkap seorang ulama’ tanah Jawa yang cukup terkenal dan meninggalkan banyak warisan adat kebudayaan di Indonesia khususnya di tanah Jawa yaitu beliau Kanjeng Sunan Kalijaga.  Perlu pembaca ketahui bahwa sumber penulisan artikel ini dari seorang spiritualis sekaligus seorang dosen di salah satu universitas di Indonesia yang penulis rahasiakan identitasnya karena berbagai pertimbangan. Artikel ini dipaparkan oleh beliau berdasarkan komunikasi ghaib dengan khodam ghaib Sunan Kalijaga dan Ki Ageng Raga Sela. 
Seperti visi-misi blog ini yaitu mengungkap berita misteri, maka kami menyajikan apa adanya dari berbagai sumber.   Pembaca dapat menilai sendiri berdasarkan pola pikir pribadi masing-masing.  Dengan kata lain boleh mempercayai maupun tidak, semua tergantung masing-masing individu berdasarkan keluasan ilmu yang diperolehnya. Karena Allah berfirman di dalam Al Qur’an Surat Luqman Ayat 27 yang artinya kurang lebih seperti ini:

“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah.  Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”.

Dari ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ilmu Allah itu sangatlah luas.  Manusia tidak dapat menjangkau semua ilmu dari Allah melalui akal pikirannya karena keterbatasan ilmu pada manusia itu sendiri.  Maka dari itu, kita manusia diperintah untuk selalu belajar dan belajar hingga akhir hayat menjemput kita semua.  Akhir kata penulis ucapkan selamat membaca, semoga bermanfaat…!!

SEBELUM MENJADI WALI ALLAH
Spiritualis ini meminta konfirmasi dengan khodam Sunan Kalijaga terkait tentang kisah beliau sebelum menjadi wali yang ditulis didalam banyak buku yang beredar saat ini.  Berikut petikannya:
Ketika itu saya hidup dibalik tembok keraton tetapi tidak merasa lega hati saya karena selalu menyaksikan keadaan-keadaan yang kurang pas menurut pikiran saya.  Orang tua saya semena-mena tidak memikirkan orang kecil yang hidupnya sengsara, bahkan selalu bikin susah.  Apa sebabnya? Para punggawa kerajaan harus selalu memberikan upeti kepada raja.  Karena itu tumenggung Wilatikta, ya orang tua saya selalu memeras rakyat kecil.  Keadaanya tidak karuan, maka saya pergi dari keraton mengembara tanpa tujuan, menjadi orang tak berguna bagi keluarga.  Di dalam pengembaraan, saya mengalahkan berandal di hutan Lokajaya.  Karena itu saya dijuluki Lokajaya.  Saya terus mencari harta benda yang kemudian saya bagi-bagikan kepada rakyat kecil yang membutuhkan.  Tetapi hati saya belum merasa tentram dengan hidup mengikuti hawa nafsu yang akhirnya mengakibatkan keadaan yang kurang baik. 
Sampai kapan saya harus hidup dengan cara begini? Keadaan yang demikian itu ibarat saya mengenakan pakaian yang dicuci dengan air kotoran, menimbulkan bau tidak sedap.  Itulah perjalanan hidup saya, mengusahakan kebaikan dengan bersedekah tetapi dasar dari saya membantu orang itu dari hasil merampas.  Saya merampas orang-orang kerajaan, para pejabat kerajaan yang semena-mena yang tidak memperhatikan rakyat.  Semua itu menjadi penyebab saya bertemu guru lahir di hutan Lokajaya yaitu beliau Sunan Bonang.  Ketika itu saya melihat seseorang yang pakaiaanya serba bagus gemerlapan, dengan membawa tongkat emas.  Orang itu adalah Sunan Bonang.  Saya merampas tongkat emas itu.  Sunan Bonang terjatuh di tanah karena tongkatnya saya rampas.  Sunan Bonang menangis tersedu-sedu.  Apa yang ditangisi, saya benar-benar heran.  Sunan Bonang menangisi tanaman yang tercabut.

kolang kaling
 
Sunan Bonang menangis tersedu-sedu karena merasa berdosa besar ketika terjatuh sampai mencabut tanaman tanpa sengaja dan tanpa tujuan.  Hati saya seperti tersayat.  Sunan Bonang berkata demikian, kamu mau minta apa? Di depanmu ada harta benda yang sangat banyak.  Ada pohon aren seketika menjadi emas seluruhnya.  Dari pohon hingga daun dan buahnya.  Saya mau mengambil emas itu ttapi saya mendapat malu, emas menjadi pohon aren seketika itu juga.  Setelah itu seperti hilang hati saya.  Hilang hawa nafsu untuk meraup harta benda.  Hati saya terasa sejuk seperti tersiram air ketika mendapat wejangan demikian, kalau kamu selalu mencari kebaikan tetapi dengan dasar tidak baik, sedekah dengan cara yang tidak baik (dari hasil rampasan) itu seperti mengenakan pakaian bagus yang dicuci dengan air kencing.  Saya lantas ingin menjadi siswa Sunan Bonang. 

Sebelum menjadi siswa, saya diuji.  Perintah beliau demikian, kalau kamu ingin menjadi orang baik, tungguilah tongkat ini hingga saya sampai di tempat ini lagi.  Saya lalu memohon kepada Tuhan agar diberi kekuatan untuk menunggui tongkat di pinggir sungai.  Setelah tiga setengah tahun Sunan Bonang datang lagi ke tempat ditancapkannya tongkat itu.  Saya dibangunkan dan diberi nama Kalijaga dengan alasan saya bertapa di pinggir kali menjadi penjaga kali.  Apa arti kejadian itu? itu menggambarkan bahwa Sunan Bonang mengerti batin saya yang seperti halnya mengikuti arus air.  Saya mengikuti rakyat pada jaman itu bagaikan mengikuti arus air (aliran sungai) selalu menuntun rakyat supaya menjadikan suasana sejuk.

menjaga tongkat


ILMU GHAIB (ILMU KEWALIAN) SUNAN KALI JAGA
Dari berbagai cerita diatas yang dapat di ketahui bahwa Kanjeng Sunan Kali Jaga memiliki banyak kelebihan.  Tetapi mengenai kelebihan-kelebihan itu beliau khodam kanjeng sunan tidak berkenan untuk menginformasikannya.  Terkait hal itu, maka spiritualis ini disuruh untuk meminta penjelasan dari Khodam Ki Ageng Raga Sela.  Berikut petikan dialognya:

Ketika itu, termasuk jama Majapahit, Kanjeng Sunan Kali menghadapi kekuatan ilmu jin dan syetan.  Terjadi banyak teluh, santet dan sejenisnya yang membikin sengsara rakyat semua.  Ibarat pagi terjangkit penyakit sore meninggal dunia, malam sakit pagi meninggal dunia.  Banyaknya penyakit menyebabkan para leluhur selalu prihatin, sehingga hampir-hampir banyak orang yang tidak percaya terhadap apa yang menjadi cita-cita para wali Allah dalam menyebarkan agama islam. 
Begitu itulah keadaan rakyat yang menjadikan para wali Allah prihatin.  Kalau terhadap keadaan semacam itu para wali tidak bisa menghadapi dengan baik, maka akan bikin rusak suasana, yakni menjauhnya rakyat banyak dari para wali.  Karena itu Kanjeng Sunan kali berkontemplasi memohon kepada Allah supaya diberi kekuatan sehingga bisa menyelesaikan semua persoalan.  Seketika itu telapak tangan Kanjeng Sunan Kali menyentuh debu terbawa oleh telapak tangan, berkat kekuatan do’a dari Kanjeng Sunan Kalijaga debu bisa tercipta menjadi lempengan bahan pembuat pusaka.  Dari lempengan itu tercipta sebuah pusaka.  Pusaka yang kemudian diberi nama Kyai Carubuk.  Allah memberi kekuatan luar biasa pada pusaka itu sehingga bisa digunakan untuk memberantas penyakit.  Maka hilanglah prahara di tanah Jawa, khususnya di wilayah Demak.  Kanjeng Sunan Kali setelah memberantas prahara kemudian dipercaya oleh rakyat untuk memimpin mereka. 
Rakyat banyak mesti masih berdasarkan kepercayaan agama Hindu-Budha dan yang lainnya senang dan selalu memuja benda-benda berkekuatan ghaib, dan kebetulan Kanjeng Sunan Kalijaga bisa membuat benda berkekuatan ghaib, maka beliau dapat mengumpulkan rakyat banyak sebab mereka percaya kepada beliau.  Setelah prahara hilang tersingkirkan, Kanjeng Sunan Kali mengumpulkan rakyat untuk mengadakan selamatan.  Beliau memberi pengertian kepada rakyat yang percaya kepada sesaji dan sejenisnya.  Ketika itu rakyat berkumpul membawa sesaji.  Oleh Kanjeng Sunan Kalijaga tata cara melakukan sesaji diubah.  Sesaji dibikin setelah itu diberikan kepada orang-orang yang datang untuk dibawa pulang dan dimakan bersama keluarga. 
Setelah rakyat diberi pengertian, selamatan diganti dengan Sodakoh.  Rakyat mengikuti Kanjeng Sunan Kalijaga.  Untuk memantapkan keyakinan, karena kanjeng Sunan Kali melihat rakyat masih percaya benda-benda berkekuatan ghaib, dengan memohon kepada Allah beliau mencipta benda berkekuatan ghaib untuk menarik hati rakyat Kanjeng Sunan Kali memohon dengan melakukan sholat tengah malam.  Ketika beliau melakukan sholat malam ada daun jatuh dihadapannya.  Daun tersebut bertuliskan kalimah Syahadat.  Maka beliau memohon supaya benda itu bisa dilihat banyak orang sebagai benda berkekuatan ghaib.  Atas kehendak Allah daun itu dicipta menjadi suatu bentuk pakaian yang bisa memancing hati rakyat.  Pakaian yang tercipta dari daun itu diberi nama Kutang Onto Kusumo.

Makam Kanjeng Sunan Kalijaga


SEKIAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.