Lukisan Kanjeng Sunan Kalijaga |
Pada kesempatan kali ini, penulis akan menyajikan
sebuah artikel yang mengungkap seorang ulama’ tanah Jawa yang cukup terkenal
dan meninggalkan banyak warisan adat kebudayaan di Indonesia khususnya di tanah
Jawa yaitu beliau Kanjeng Sunan Kalijaga.
Perlu pembaca ketahui bahwa sumber penulisan artikel ini dari seorang
spiritualis sekaligus seorang dosen di salah satu universitas di Indonesia yang
penulis rahasiakan identitasnya karena berbagai pertimbangan. Artikel ini
dipaparkan oleh beliau berdasarkan komunikasi ghaib dengan khodam ghaib Sunan
Kalijaga dan Ki Ageng Raga Sela.
Seperti visi-misi blog ini yaitu mengungkap berita
misteri, maka kami menyajikan apa adanya dari berbagai sumber. Pembaca dapat menilai sendiri berdasarkan
pola pikir pribadi masing-masing. Dengan
kata lain boleh mempercayai maupun tidak, semua tergantung masing-masing
individu berdasarkan keluasan ilmu yang diperolehnya. Karena Allah berfirman di
dalam Al Qur’an Surat Luqman Ayat 27 yang artinya kurang lebih seperti ini:
“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut
(menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya,
niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.”.
Dari ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ilmu
Allah itu sangatlah luas. Manusia tidak
dapat menjangkau semua ilmu dari Allah melalui akal pikirannya karena
keterbatasan ilmu pada manusia itu sendiri.
Maka dari itu, kita manusia diperintah untuk selalu belajar dan belajar
hingga akhir hayat menjemput kita semua.
Akhir kata penulis ucapkan selamat membaca, semoga bermanfaat…!!
SEBELUM MENJADI WALI ALLAH
Spiritualis ini meminta konfirmasi dengan khodam Sunan
Kalijaga terkait tentang kisah beliau sebelum menjadi wali yang ditulis didalam
banyak buku yang beredar saat ini.
Berikut petikannya:
Ketika itu saya hidup dibalik tembok keraton tetapi
tidak merasa lega hati saya karena selalu menyaksikan keadaan-keadaan yang
kurang pas menurut pikiran saya. Orang
tua saya semena-mena tidak memikirkan orang kecil yang hidupnya sengsara,
bahkan selalu bikin susah. Apa sebabnya?
Para punggawa kerajaan harus selalu memberikan upeti kepada raja. Karena itu tumenggung Wilatikta, ya orang tua
saya selalu memeras rakyat kecil.
Keadaanya tidak karuan, maka saya pergi dari keraton mengembara tanpa
tujuan, menjadi orang tak berguna bagi keluarga. Di dalam pengembaraan, saya mengalahkan
berandal di hutan Lokajaya. Karena itu
saya dijuluki Lokajaya. Saya terus
mencari harta benda yang kemudian saya bagi-bagikan kepada rakyat kecil yang
membutuhkan. Tetapi hati saya belum
merasa tentram dengan hidup mengikuti hawa nafsu yang akhirnya mengakibatkan
keadaan yang kurang baik.
Sampai kapan saya harus hidup dengan cara begini?
Keadaan yang demikian itu ibarat saya mengenakan pakaian yang dicuci dengan air
kotoran, menimbulkan bau tidak sedap.
Itulah perjalanan hidup saya, mengusahakan kebaikan dengan bersedekah
tetapi dasar dari saya membantu orang itu dari hasil merampas. Saya merampas orang-orang kerajaan, para
pejabat kerajaan yang semena-mena yang tidak memperhatikan rakyat. Semua itu menjadi penyebab saya bertemu guru
lahir di hutan Lokajaya yaitu beliau Sunan Bonang. Ketika itu saya melihat seseorang yang
pakaiaanya serba bagus gemerlapan, dengan membawa tongkat emas. Orang itu adalah Sunan Bonang. Saya merampas tongkat emas itu. Sunan Bonang terjatuh di tanah karena tongkatnya
saya rampas. Sunan Bonang menangis
tersedu-sedu. Apa yang ditangisi, saya
benar-benar heran. Sunan Bonang
menangisi tanaman yang tercabut.
kolang kaling |
Sunan Bonang menangis tersedu-sedu karena merasa
berdosa besar ketika terjatuh sampai mencabut tanaman tanpa sengaja dan tanpa
tujuan. Hati saya seperti tersayat. Sunan Bonang berkata demikian, kamu mau minta
apa? Di depanmu ada harta benda yang sangat banyak. Ada pohon aren seketika menjadi emas
seluruhnya. Dari pohon hingga daun dan
buahnya. Saya mau mengambil emas itu
ttapi saya mendapat malu, emas menjadi pohon aren seketika itu juga. Setelah itu seperti hilang hati saya. Hilang hawa nafsu untuk meraup harta benda. Hati saya terasa sejuk seperti tersiram air
ketika mendapat wejangan demikian, kalau kamu selalu mencari kebaikan tetapi
dengan dasar tidak baik, sedekah dengan cara yang tidak baik (dari hasil
rampasan) itu seperti mengenakan pakaian bagus yang dicuci dengan air
kencing. Saya lantas ingin menjadi siswa
Sunan Bonang.
Sebelum menjadi siswa, saya diuji. Perintah beliau demikian, kalau kamu ingin
menjadi orang baik, tungguilah tongkat ini hingga saya sampai di tempat ini
lagi. Saya lalu memohon kepada Tuhan agar
diberi kekuatan untuk menunggui tongkat di pinggir sungai. Setelah tiga setengah tahun Sunan Bonang
datang lagi ke tempat ditancapkannya tongkat itu. Saya dibangunkan dan diberi nama Kalijaga dengan
alasan saya bertapa di pinggir kali menjadi penjaga kali. Apa arti kejadian itu? itu menggambarkan
bahwa Sunan Bonang mengerti batin saya yang seperti halnya mengikuti arus
air. Saya mengikuti rakyat pada jaman
itu bagaikan mengikuti arus air (aliran sungai) selalu menuntun rakyat supaya
menjadikan suasana sejuk.
menjaga tongkat |
ILMU GHAIB (ILMU KEWALIAN) SUNAN KALI JAGA
Dari berbagai cerita diatas yang dapat di ketahui bahwa
Kanjeng Sunan Kali Jaga memiliki banyak kelebihan. Tetapi mengenai kelebihan-kelebihan itu
beliau khodam kanjeng sunan tidak berkenan untuk menginformasikannya. Terkait hal itu, maka spiritualis ini disuruh
untuk meminta penjelasan dari Khodam Ki Ageng Raga Sela. Berikut petikan dialognya:
Ketika itu, termasuk jama Majapahit, Kanjeng Sunan Kali
menghadapi kekuatan ilmu jin dan syetan.
Terjadi banyak teluh, santet dan sejenisnya yang membikin sengsara
rakyat semua. Ibarat pagi terjangkit
penyakit sore meninggal dunia, malam sakit pagi meninggal dunia. Banyaknya penyakit menyebabkan para leluhur
selalu prihatin, sehingga hampir-hampir banyak orang yang tidak percaya
terhadap apa yang menjadi cita-cita para wali Allah dalam menyebarkan agama
islam.
Begitu itulah keadaan rakyat yang menjadikan para wali
Allah prihatin. Kalau terhadap keadaan
semacam itu para wali tidak bisa menghadapi dengan baik, maka akan bikin rusak
suasana, yakni menjauhnya rakyat banyak dari para wali. Karena itu Kanjeng Sunan kali berkontemplasi
memohon kepada Allah supaya diberi kekuatan sehingga bisa menyelesaikan semua
persoalan. Seketika itu telapak tangan
Kanjeng Sunan Kali menyentuh debu terbawa oleh telapak tangan, berkat kekuatan
do’a dari Kanjeng Sunan Kalijaga debu bisa tercipta menjadi lempengan bahan
pembuat pusaka. Dari lempengan itu
tercipta sebuah pusaka. Pusaka yang
kemudian diberi nama Kyai Carubuk. Allah
memberi kekuatan luar biasa pada pusaka itu sehingga bisa digunakan untuk
memberantas penyakit. Maka hilanglah
prahara di tanah Jawa, khususnya di wilayah Demak. Kanjeng Sunan Kali setelah memberantas
prahara kemudian dipercaya oleh rakyat untuk memimpin mereka.
Rakyat banyak mesti masih berdasarkan kepercayaan agama
Hindu-Budha dan yang lainnya senang dan selalu memuja benda-benda berkekuatan
ghaib, dan kebetulan Kanjeng Sunan Kalijaga bisa membuat benda berkekuatan
ghaib, maka beliau dapat mengumpulkan rakyat banyak sebab mereka percaya kepada
beliau. Setelah prahara hilang
tersingkirkan, Kanjeng Sunan Kali mengumpulkan rakyat untuk mengadakan
selamatan. Beliau memberi pengertian
kepada rakyat yang percaya kepada sesaji dan sejenisnya. Ketika itu rakyat berkumpul membawa
sesaji. Oleh Kanjeng Sunan Kalijaga tata
cara melakukan sesaji diubah. Sesaji
dibikin setelah itu diberikan kepada orang-orang yang datang untuk dibawa
pulang dan dimakan bersama keluarga.
Setelah rakyat diberi pengertian, selamatan diganti
dengan Sodakoh. Rakyat mengikuti Kanjeng
Sunan Kalijaga. Untuk memantapkan
keyakinan, karena kanjeng Sunan Kali melihat rakyat masih percaya benda-benda
berkekuatan ghaib, dengan memohon kepada Allah beliau mencipta benda
berkekuatan ghaib untuk menarik hati rakyat Kanjeng Sunan Kali memohon dengan
melakukan sholat tengah malam. Ketika
beliau melakukan sholat malam ada daun jatuh dihadapannya. Daun tersebut bertuliskan kalimah
Syahadat. Maka beliau memohon supaya
benda itu bisa dilihat banyak orang sebagai benda berkekuatan ghaib. Atas kehendak Allah daun itu dicipta menjadi
suatu bentuk pakaian yang bisa memancing hati rakyat. Pakaian yang tercipta dari daun itu diberi
nama Kutang Onto Kusumo.
Makam Kanjeng Sunan Kalijaga |
SEKIAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.