Wanita itu manusia biasa, akan tetapi
setiap lelaki yang dijodohkan dengannya selalu melihat wajah wanita itu seperti
kera. Tak pelak, para lelaki tersebut
memutuskan meninggalkannya. Ikuti
kisahnya sebagai berikut…!!
Hari-hari Rina, sebut saja begitu, warga sebuah desa di Kecamatan Srengat,
Blitar, Jawa Timur, kini dinaungi kebahagiaan.
Harapannya memiliki keluarga sendiri akhirnya terwujud juga. Diusia 35 tahun kini, ia telah memiliki
suami, bahkan meski masih kecil.
Keberadaan suami dan anak tersebut, dirasakan Rina sebagai anugerah
terbesar dan istimewa. Perasaan itu,
bukanlah satu sikap yang berlebihan.
Sebab kedua anggota keluarga tersebut, suami dan anak baru berhasil
dimilikinya setelah berulang kali hatinya mengalami kepahitan.
Menurutu penuturan seorang kerabat dekatnya, yang tidak mau disebut
namanya Rina yang lulusan S-1 itu sebelum akhirnya dilamar dan dinikahi SMD,
suaminya kini, lebih dulu harus mengalami lima kali bal dilamar oleh lelaki
berbeda. Yang lebih menyakitkan, kesemua
lelaki itu membatalkan lamaran dengan alasan yang sama, yakni mengaku melihat
wajah Rina seperti wajah kera.
Apa yang dilihat dan dikatakan para lelaki itu, waktu itu terasa cukup
aneh dan menyakitkan hati Rina. Sebab
kenyataannya, meski berkulit agak hitam, wajah Rina tergolong manis. Dan, semua keluaraga maupun rekan-rekannya
juga mengakui hal tersebut. Rina awalnya
tidak tahu, kenapa para lelaki itu bisa mengatakan demikian. Ia pun hanya bisa merasa terhina dan sedih,
setiap kali ada lelaki yang mengatakan demikian. Namun, berkat seorang kyai, akhirnya
tebongkarlah semua kemisteriusan tersebut.
Kyai yang tak disebut namanya itu, menurut Rina, mengatakan jika kondisi
itu akibat guna-guna kiriman seorang lelaki yang pernah ia tolak cintanya.
Lebih lanjut kerabat keluarga Rina itu menuturkan, bahwa tragedi kehidupan
itu bermula dari keinginan Rina meniti karir di Jakarta. Waktu itu, begitu menamatkan kuliah dengan
nilai cukup memuaskan, Rina langsung
merantau ke Ibukota untuk mencari kerja, tentunya setelah mendapat ijin dari kedua
orang tuanya. Ia berangkat sendirian,
hanya berbekal alamat seorang rekannya yang sudah lebih dulu merantau dan
bekerja disana.
Keinginan Rina bekerja di Jakarta, sebenarnya sudah ada sejak lulus SMA,
atas ajakan rekannya itu. Ajakan
tersebut datang setelah Rina gagal untuk kedua kalinya dalam tes CPNS di
lingkungan Pemerintahan Kabupaten Blitar, setamat SMA. Tapi keinginannya terganjal ijin orangtuanya,
lantaran Rina waktu itu hanya berijasah SMA.
Alasan orang tua itualah yang kemudian mendorong Rina untuk kuliah lebih
dulu. Dan begitu berhasil menyandang
gelar sarjana, ia pun meneruskan tekadnya yang tertunda. Orangtuanya pun tak punnya alasan lagi untuk
melarang. Di Jakarta, meski berbekal
ijasah S-1 dan telah dibantu rekannya yang sudah pengalaman hidup disana tak
mudah bagi Rina untuk cepat mendapatkan pekerjaan. Hingga sebulan di Jakarta, ia masih
menganggur. Padahal sudah lebih dari 5
surat lamaran yang telah dimasukkannya ke beberapa perusahaan. Tak satupun dari surat lamaran itu yang
berbuah panggilan kerja. Untungnya, Rina
tak mudah patah arang. Di tengah perbekalan
yang kian menipis, ia terus berjuang menaklukkan kerasnya persaingan Ibukota.
Menolak Cinta Pemuda Banten
Perjuangan Rina yang tak kenal menyerah membuahkan hasil saat ia dua bulan
tinggal disana. Sebuah perusahaan yang
bergerak dibidang export-import, memanggilnya untuk bekerja. Sejak itu pula, pergaulan Rina tidak lagi
sebatas lingkup tempat kost rekan yang ditumpanginya. Teman-temannya pun bertambah banyak. Bukan hanya sesama karyawan di kantornya,
tapi juga karyawan perusahaan lain yang dekat dengan tempatnya bekerja. Tidak juga hanya sesama wanita, tapi juga
lelaki. Hanya saja, figur gadis pendiam
tetap melekat pada diri Rina.
Dari sekian banyak teman barunya ternyata ada satu pemuda asal Banten yang
tertarik dan terus berusaha mendekati Rina.
Pemuda itu pun tak peduli meski Rina sendiri menganggapnya sebatas teman
biasa. Ia terus berusaha mengambil
simpati Rina. Hingga satu hari, pemuda
tersebut mengutarakan isi hatinya kepada Rina.
Ia mengutarakan secara terus terang isi hatinya yang terpendam selama
ini. Tetapi Rina menolak secara halus
ungkapan pemuda itu. Ia mengajak pemuda
itu untuk berkawan biasa saja.
Setelah mendapat jawaban demikian, pemuda tersebut tak pernah lagi menegur
Rina setiap kali bertemu. Jangankan
menegur, memandang saja tidak mau. Namun
oleh Rina, kecuekan itu justru disyukuri.
Pikirnya saat itu, dengan begitu pemuda tersebut tak lagi
mengejar-ngejar dirinya. Hingga
akhirnya, tak lama dari penolakanya dan berubahnya sikap pemuda itu, Rina
merasakan sesuatu yang aneh pada wajahnya.
Setiap malam, wajahnya terasa agak panas. Walau telah dibedaki dengan bedak pendingin
wajah, rasa panas itu tetap ada. Takut
ada kelainan, Rina lantas memeriksakan diri ke dokter spesialis kulit. Tapi, hasilnya…! Pemeriksaan medis
menunjukkan tak ada tanda-tanda penyakit pada kulit wajah wanita ini.
Lega tapi bercampur aneh. Itu yang
dirasakan Rina setelah dokter menyatakan dirinya sehat-sehat sja. Sebab rasa panas pada wajahnya tetap muncul
setiap malam tiba. Bahkan kondisi terasa
makin parah dan menyiksa. Rasa panas
yang semula hanya muncul beberapa menit, selanjutnya semakin lama. Sejauh itu, Rina belum menyadari apa yang
dialaminya memiliki kaitan dengan tindakannya menolak pemuda asal Banten yang
sempat jatuh hati padanya itu. Karena
semakin merasa tersiksa dengan penyakit anehnya itu, Rina kemudian mengajukan
surat pengunduran diri dari perusahaan tempatnya bekerja. Begitu surat pengunduran dirinya disetujui
perusahaan, ia pun langsung pulang kampung ke Blitar.
Dicampakkan banyak lelaki.
Keanehan langsung dirasakan Rina sesampainya di kampung halaman. Rasa panas yang biasanya muncul pada wajah,
tak pernah lagi dirasakan. Atas dasar
itulah ia bermaksud kembali ke Jakarta.
Kalau bukan karena kedua orang tuanya melarang, terutama sang ibu, ia
tentu sudah berangkat lagi. Tak ingin
mengecewakan hati kedua orang yang dihormatinya, Rina mengurungkan niatnya. Sejak saat itu, ia kembali menjadi gadis
pengangguran dan tinggal bersama orang tua di kampung.
Meskipun pernah tinggal di kota metropolitan, saat berada di kampung, Rina
tatap seperti gadis desa pada umumnya.
Bersifat pendiam dan jarang keluar rumah tanpa ada keperluan
penting. Kurangnya bergaul dengan orang
luar itulah yang membuat Rina tak kunjung mendapatkan jodoh hingga usianya
memasuki 30 tahun. Kedua orangtuanya pun
risau atas kondisi putrinya itu. Mereka
lantas mengambil inisiatif untuk mencarikan Rina jodoh. Sebenarnya ada beberapa lelaki, anak dari
kenalan orang tua Rina bersedia menikahi Rina.
Tapi, tak ada dari mereka yang meneruskan kesanggupannya. Sekali datang kerumah keluarga Rina untuk
melihat dari dekat dan berkenalan langsung dengan Rina, mereka menghilang
begitu saja. Kejadian demikian lebih
dari lima kali. Saat itu belum jelas,
apa yang menjadi penyebab atau alasan para lelaki tersebut mengurungkan niat
mempersunting Rina.
“Setiap kali ada orang yang nontoni (melihat dan berkenalan
langsung), selalu langsung pulang,” Tutur salah seorang kerabat Rina yang tak
mau disebutkan namanya. Kenyataan itulah
yang dirasakan begitu pedih oleh kedua orang tua Rina. Sampai suatu hari, ada seorang pemuda lagi
yang bermaksud berkenalan langsung dengan Rina.
Tapi anehnya, ia terlihat seperti terkejut saat bertemu Rina. Dan berikutnya, sama seperti para lelaki
sebelumnya, pemuda itu buru-buru pamit pulang dan membatalkan kesediaanya
mempersunting Rina.
Sejak saat itu, orang tua Rina berusaha mencari tahu penyebab sikap dan
tindakan para pemuda tersebut. Jawaban
pun akhirnya didapat setelah sebulan penuh menyelidiki. Sebagaimana dituturkan kerabat keluarga Rina,
semua itu disebabkan para pemuda tersebut melihat keanehan pada diri Rina. Gadis hitam manis itu, dimata mereka tampak
berwajah buruk bahkan mirip muka seekor kera.
“Pokoknya, dimata para pemuda yang bermaksud menyuntingnya, wajah Rina
tampak seperti muka kera. Karena itulah,
mengapa semua lelaki yang berkenalan dan melihat langsung pada pulang. Padahal dimata orang umum, termasuk
keluarganya, dia tetap tampak cantik dan hitam manis,” Tutur kerabatnya itu.
Jawaban demikian tak pelak membingungkan dan membuat kedua orang tua Rina
beserta kerabatnya, semakin bersedih.
Mereka lantas menanyai Rina, tentang yang pernah dialaminya selama
tinggal dan bekerja di Jakarta.
Untungnya, Rina mau mengaku terus terang jika pernah menolak cinta
seorang pemuda asal Banten. Rina juga
menceritakan, kalau sejak menolak cinta pemuda tersebut dan masih tinggal di
Jakarta, setiap malam wajahnya terasa panas.
Atas dasar pengakuan itu, pihak keluarga langsung meyakini kalau Rina
talah terkena guna-guna. Dna mereka
berani menduga, pelakunya tak lain adalah pemuda asal Banten itu. Mereka pun lantas mendatangi seorang Kyai
untuk meminta bantuan. Ternyata apa yang
mereka yakini tidak salah. Kyai yang
mereka datangi juga menyatakan hal serupa.
Sayang, jenis guna-guna serta pengirimnya, sang kyai tak mau
mengungkapkan.
Beruntung bagi Rina, Kyai itu berhasil menyembuhkannya. Dan tak lama setelah hal “hitam” yang
mengganjal perjodohannya itu dinetralisir, Rina dilamar seorang pemuda dari
sebuah desa di Kecamatan Wonodadi, Blitar.
Yakni SMD yang menjadi suaminya hingga kini.
Pesan Admin:
Dari cerita diatas dapat disimpulkan bahwa kita sebagai manusia harus
selalu waspada terhadap hal-hal yang tidak kita inginkan. Walaupun niat kita baik kepada orang, tapi
belum tentu orang tersebut menerima niatan kita itu. Bagi seorang wanita sangatlah penting selalu
berdoa kepada Tuhan agar selalu dilindungiNya dimanapun berada. Selain itu apabila diperlukan maka admin akan
memberikan sebuah amalan yang bisa dipegang dan diamalkan dalam keseharian
sebagai sarana ikhtiar pemagaran badan dari energi negatif yang tak
terduga. Bagi pembaca yang berminat
silahkan klik di sini DOA KESELAMATAN DIRI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.