Tongkat komando buatan Desa Tampaksiring sudah tak asing lagi bagi sejumlah pejabat penggemar tongkat. Tatanan tangkainya yang artistik dan proses pembuatannya yang rumit, memiliki nilai lebih dibanding tongkat buatan lainnya. Karenanya, sejumlah pejabat negara tertarik untuk mengoleksinya. Tongkat komando Presiden Soekarno dan sejumlah duplikatnya yang banyak tersebar saat ini, konon dibuat di desa Tampaksiring. Begitu pula dengan tongkat komando presiden Suharto.
Desa Tampaksiring memang dikenal sebagai desa perajin. Beberapa kelompok masyarakat desa memiliki keterampilan membuat benda seni dari bahan yang berbeda.
Desa Tampaksiring memang dikenal sebagai desa perajin. Beberapa kelompok masyarakat desa memiliki keterampilan membuat benda seni dari bahan yang berbeda.
Salah seorang perajin setempat yang kebanjiran order adalah Drs. Dewa Nyoman Alit Ardana yang kini membuka bengkel seni tongkat. Ardana memiliki kisah menarik dalam menekuni pekerjaan sebagai pengukir gading. Sekitar tajim 1983 ia mendapat kepercayaan untuk menyelesaikan penanan dari presiden Suharto. Tongkat tersebut, kata Dewa Ardana terbuat dari gading gajah.
Keberhasilan merampungkan pesanan tokoh ternama tersebut, mebangkitkan keyakinan Dewa Ardana sebagai seniman pengukir gading. Dewa Alir Ardana pun terus berkarya membuat berbagai motif tongkat, handle keris dan gagang pisau. Kini ia membuka bengkel tersendiri jauh dari kampunya di Tampaksiring. Rumah sekaligus tempat kerjanya di tikungan jalan tak pernah sepi dari pengunjung. Dewa Ardana tidak saja membuat tongkat komando tetapi juga tongkat untuk para padanda dan pemangku serta berbagai bentuk gagang pisau dan keris. Benda seni yang dihasilkan tatahannya cukup rumit dan dalam tetapi memiliki nilai seni tinggi. Namun lebih dari itu, ia memiliki kemampuan untuk menyesuaikan bentuk dengan motif ukiran yang akan dibuat, tanpa mengubah lekuk atau bentuk dasar bahan tersebut.
KESAKTIAN
Dalam banyak dokumentasi foto Bung Karno, tidak sedikit yang menampakkan sosok Putra Sang Fajar itu memegang atau mengempit tongkat komando. Dalam hierarki kemiliteran, posisinya sebagai Panglima Tertinggi, tentu saja merupakan hal yang wajar jika ia sering terlihat memegang tongkat komando. Sama seperti yang sering kita lihat, ketika Panglima TNI, Panglima Kodam, Kapolri memegang tongkat komando.
Akan tetapi tidak begitu dari kacamata spiritual yang percaya betul bahwa tongkat komando Bung Karno bukanlah sembarang tongkat. Tongkat komando Bung Karno adalah tongkat sakti yang berisi keris pusaka ampuh. Bahkan kayau yang dibuat sebagai tongkat pun bukan sembarang kayu, melainkan kayu pucang kalak. Pucang adalah jenis kayu sedangkan kalak adalah nama tempat di selatan Ponorogo atau utara Pacitan. Di pegunungan Kalak terdapat tempat persemayaman keramat. Nah, di atas persemayaman itulah tumbuh pohon Pucang.
Ada begitu banyak jenis kayu pucang. Tetapi dipercaya Pucang Kalak memiliki ciri khas. Salah satu cara untuk mengetes keaslian kayu pucang kalak adalah pegang tongkat tadi diatas permukaan air. Jika bayangan di dalam air menyerupai seekor ular yang sedang berenang, maka berarti kayu pucang kalak itu asli. Tetapi jika yang tampak dalam bayangan air adalah bentuk kayu, itu artinya bukan pucang kalak. Pucang biasa saja yang banyak tumbuh di negeri ini.
Begitulah sudut pandang mistis masyarakat spiritual terhadap tongkat komando Bung Karno. Alhasil tidak sedikit yang menghubungkan dengan besarnya pengaruh Soekarno. Tidak sedikit yang menghubungkan dengan kemampuannya menyirap kawan maupun lawan. Tidak sedikit yang menghubungkan dengan kesaktian Soekarno, sehingga lolos dari beberapa kali usaha pembunuhan.
Liberty edisi 2483
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.