26 Februari 2017

MENGENAL MUKJIZAT


Mukjizat adalah peristiwa yang terjadi di luar hukum biasa (Khoriq li al ‘adah). Sedangkan yang dimaksud dengan hukum biasa adalah hukum akal atau yang lazim disebut logika. Dengan kata lain, mukjizat merupakan peristiwa yang terjadi diluar (melampaui) hukum sebab musabab (kausalitas). Mukjizat merupakan perbuatan Allah yang terejawantahkan dalam perbuatan atau perilaku seseorang Nabi atau Rasul sebagai bukti bahwa beliau benar-benar seorang utusan Allah yang diutus kepada umat manusia untuk menunjukkan jalan hidup yang benar dan lurus serta tidak bersembah sujud selain kepada Allah.



Diantara para Nabi dan Rasul yang banyak jumlahnya, lima orang diantaranya sangat terkenal dengan mukjiat-mukjizatnya yang sering disebut dengan Ulul Azmi. Mereka adalah:
-Nabi Nuh as. dengan mukjizat selamat dari air bah yang melanda kaumnya.
-Nabi Ibrahim as. dengan mukjizat kebal dari api yang membakarnya.
-Nabi Musa as dengan mukjizat tongkatnya bisa membelah laut Merah menjadi jalan untuk dilalui bersama para pengikutnya menghindari pengejaran tentara Firaun.
-Nabi Isa as. dengan mukjizat dapat berbicara sewaktu masih dalam buaian.
-Nabi Muhammad saw. dengan mukjizat dapat menyaksikan alam Malakut sewatku Isra’ dan Mi’raj.


Mukjizat-mukjizat tersebut diatas adalah sebagian kecil dari berbagai mukjizat yang dikaruniakan Allah SWT. kepada para Nabi dan RasulNya. Ada yang termaktub di dalam kitab Suci Al Qur’an dan banyak pula yang disebut dalam hadits-hadits yang dituturkan oleh para sahabat Nabi saw. yang menyaksikan dan mengalaminya sendiri. Kaum muslimin sedunia khususnya para ulama’ Ahus shirah Nabawiyah sependapat bahwa mukjizat nabi Muhammad saw. yang terpenting dan terbesar adalah Al Qur’an Al Karim. Mengapa disebut juga sebagai mukjizat? Ada beberapa alasan dapat dikemukakan.

Menjual Kitab Ilmu Gaib: KLIK DI SINI

Pertama: 
Mukjizat-mukjizat yang dikaruniakan Allah SWT kepada para nabi dan rasul selain Al Qur’an yang diwahyukan Allah kepada Nabi terahir, Muhammad saw. bersifat temporer, cepat lenyap manakala sudah tak diperlukan lagi dan peristiwa kejadiannya hanya tinggal sebagai sejarah. Lain halnya dengan Al Qur’an Al Karim. Keberadaanya ditengah kehidupan umat manusia beriman tetap kekal dan lestari hingga saat Allah menghendaki lain. Mengenai itu Allah berfirman:

Kamilah yang menurunkan Adz Dzkira (Al Qur’an) dan Kamilah yang memeliharanya (menjaganya). (QS. Al Hirjr: 9)

Al Qur’an mukjizat abadi yang tak lekang dihempas waktu dan tak lapuk ditelah masa, karena Allah SWT sendiri yang menjaga kelestariaannya.


Kedua: 
Selain sebagai hidayah dan nur (petunjuk yang terang) yang diwahyukan Allah SWT kepada nabi terahir Muhammad saw., Al Qur’an juga merupakan Kalamullah yang kebenarannya tak dapat disangkal atau dipungkiri oleh siapapun yang berakal sehat, bahkan tak dapat ditiru ketinggian mutu sastranya dan susunan kalimatnya oleh pakar bahasa Arab manapun, baik ia orang Arab ataupun bukan. Itu merupakan kenyataan yang terjadi sejak Al Qur’an diturunkan lima belas abad silam hingga zaman kita dewasa ini.

Download Gratis: KLIK DI SINI

Sebagai mukjizat, Al Qur’an jelas merupakan bukti kenabian Muhammad saw. yang tak dapat disangkal. Beliau menyampaikan Kalamullah itu kepada para pengikut dan umatnya dengan percaya diri dan mantap karena beliau benar-benar yakin tak ada manusia yang akan sanggup menyangkal dan memalsukannya. Mengenai kebenaran Al Qur’an itu, Allah SWT dengan tegas berfirman:

“Dan jika kalian (hai orang-orang kafir) meragukan apa yang telah Kami turunkan kepada hambaKu (Nabi Muhammad saw), maka (cobalah) kalian datangkan satu surat (saja) yang seperti (Al Qur’an) itu dan ajaklah (kerahkanlah) para penolong kalian selain Allah. 
(QS. Al Baqarah: 23)

Demikian pula mukjizat-mukjizat beliau yang lain tidak satupun yang dapat ditandingi atau ditiru oleh siapapun. Terjadinya berbagai mukjizat selain Al Qur’an tidaklah berarti seorang nabi dan rasul diharuskan memenuhi apa saja yang dituntut oleh para pengikut atau umatnya. Tegasnya para nabi dan rasul diutus bukan untuk memerkan mukjizat dan tidak pula untuk memproduksi mukjizat.

Al Husaini Al Hamid (Penerjemah). 2004. 
“Peristiwa Gaib, Barakat dan Mukjizat Kenabian Muhammad”. Bandung: Pustaka Hidayah

@PHNA, 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.