Sebuah tasbih adalah sebuah kehidupan. Berawal dan berakhir di titik yang sama. Bukan tasbih namanya, jika hanya terdiri dari satu butir. Bukan kehidupan namanya jika hanya satu dimensi. Seperti tasbih yang melingkar, kehidupan pun demikian. Ke mana pun kita pergi dan berlari, tetap masih dalam lingkaran takdir Allah.
DariNya, kehidupan dimulai dan kepadaNya akan berakhir. Innaa lillaahi wainnaa ilaihi raaji’uun. Tasbih identik dengan dzikir, mengingat Allah. Tasbih menjadi tanda kesalehan, kedekatan hamba pada Allah. Namun, Sebenarnya tasbih juga penanda perjuangan dan semangat. Gambaran kehidupan sejati. Juga cinta. Dalam kehidupan di dunia yang sesungguhnya, tasbih adalah wakil jiwa yg selalu bergerak, tidak pernah berhenti, pantang menyerah, tidak mengenal putus asa, untuk meraih yang lebih tinggi, bahwa hidup adalah karunia paling berharga untuk mahkluk yg bernama manusia. Maka, jangan pernah mengharap cinta, bila engkau tidak memiliki keberanian.
Jangan memeluk cinta, bila takut gagal, kecewa, dan sakit hati. Semua itu adalah paket yg akan ditemukan oleh siapapun dalam meraih cinta. Cinta adalah sisi lain yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan. Tasbih adalah keutuhan yang diikat pada sebuah simpul. Hal itu dilakukan agar butiran butiran kecil dapat menyatu, saling bertautan, seimbang, dan bila dilihat tampak indah. Cinta juga akan menjadi indah jika diterima sebagai keutuhan. Mencintai adalah aktivitas berat yang membutuhkan keberanian untuk menerima yang dicintai dengan utuh. Agar cinta juga menjadi abadi dan kuat, dibutuhkan kesediaan dua ujungnya untuk diikat dalam satu simpul yang kokoh. Tanpa ikatan, tanpa simpul, cinta akan terburai menjadi butiran butiran egoisme yang tercerai berai.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.