17 April 2018

PROSESI PENARIKAN PUSAKA DARI ALAM GAIB


Waktu menunjukan menjelang jam 12 tengah malam saat aku tiba ditempat tujuanku. Udara terasa sangat dingin, walaupun kerah baju kurapatkan tetap terasa mengigit sampai ketulang-tulang. Berdasarkan petunjuk yang kuterima, malam itu aku harus berada di Pancuran Tujuh Sukabumi tepat jam 12 tengah malam, untuk menerima benda pusaka dari alam gaib. Situasi Pancuran Tujuh Sukabumi telah berubah jauh dibandingkan 20 tahun yang lalu., saat ini telah menjadi kebun penduduk, pohon-pohon tumbuh setinggi kepala dimana-mana.

Malam menjelang turunnya pusaka
Malam itu terasa sangat menyeramkan, sinar dari bintang2 dilangit tidak cukup terang untuk bisa melihat dengan jelas, Aku duduk bersila dengan takzimnya diantara pepohonan, rimbun daun yang bergerak tertiup angin terlihat seakan memunculkan bayangan mahluk menyeramkan dipenglihatanku. Ku-baca ayat perlindungan untuk melindungiku dari mahluk jahat maupun binatang buas, ular, kalajengking, dll. Samar-samar kulihat adikku sedang mengambil tempat sekitar 10 meter didepanku, dan disebelah kananku, Yanto sedang berusaha untuk duduk, tapi posisinya tidak memungkinkan untuk duduk karena rapatnya pepohonan. Waktu bergerak terus mendekati jam 12 tengah malam tepat. Tiba2 suara-suara jangkrik dan seruing mendadak berhenti, dan bulu kudukku merinding bangun, tercium bau yang harum tapi aneh, kucoba untuk konsentrasi membuka penglihatan gaibku, pasti pusaka gaib itu sudah datang. Terlihat sinar terang melesat datang dari arah timur dan kemudian berputar-putar diatas kepalaku, kubuka mataku dan melihat keatas, ternyata pusaka yang kutunggu telah datang dan sedang melayang diatas kepalaku, berbentuk kepala tombak.

Tombak itu berputar-putar dan kemudian menghujam dadaku
Setelah berputar-putar selama beberapa saat, tombak pendek itu kemudian melayang turun dan mendadak menghujam kearahku. Hatiku tercekat, rasanya aku ingin berteriak dan meloncat menghindar tapi tak kuasa bergerak karena tombak menukik tajam kearahku secepat kilat, Aku pasrah kepada Allah SWT apapun yang akan terjadi...… Tombak kulihat menembus diriku dan menghujam ketanah dibelakangku…Dengan berdebar-debar, kuraba dadaku yang tertembus tombak, ternyata tidak ada darah mengucur, dan tidak ada rasa sakit tertembus tombak. Menurut perasaanku, tombak menghujam tanah tepat dibelakangku sejarak satu jengkal, kuraba kebelakang untuk memastikan keberadaan tombak, kuraba sekali, tidak ada benda apapun, dua kali, tidak ada apa-apa hanya tanah, rumput, pada yang ketiga kalinya, tanganku menyentuh benda yang ternyata adalah tombak itu. Sebetulnya aku tidak perlu kaget karena saat tombak menukik dan menghujam kearah diriku tombak tersebut masih dialam peralihan, dari alam gaib kealam nyata, sehingga tidak akan mungkin melukaiku (masih belum mewujud nyata). Tombak baru mewujud beberapa saat kemudian. Kuambil tombak yang ternyata telah mewujud itu dan kulihat sangat indahnya. Saat sedang mengagumi keindahan tombak, tiba-tiba terdengar suara krontang yang keras di belakangku, suara benda jatuh di-aspal 100 meter dari tempatku bersila, sebelumnya, terlihat ada sinar melesat keluar dari tubuh Yanto, keluar dari kepalanya melayang menuju kearah timur dan ternyata mewujud jadi pedang panjang bermata dua yang aneh, dan jatuh diaspal dekat mobil diparkir. Kami semua dengan cepat berlari kearah jatuhnya pedang, karena bilamana tidak segera disentuh, pedang akan masuk kembali kealam gaib.

Tombak berpamor wayang kulit yang indah
Lampu mobil dinyalakan dan tombak yang kudapat kuteliti. Tombak berpamor khusus dengan gambar wayang kulit dipamornya membuat ku geleng-geleng kepala karena indahnya dan karena seakan-akan baru saja keluar dari tungku pembuatan. Kulihat Yanto juga sedang meneliti pedang yang didapatnya dan mengagumi bentuknya yang gagah, dimana panjangnya lebih kurang Semeter lebih. Lho mana Budi ? Dapat enggak yaa dia ? Demikian hati kecilku bertanya. Setelah menyimpan tombakku, maka aku segera menuju ketempat Budi tadi kulihat bersila, ternyata Budi sedang berusaha mencari Kujang-nya (Keris Pasundan), yang menghujam masuk ke rimbunan semak-semak 3 meter didepannya. Setelah satu jam lebih tidak ketemu juga akhirnya kami memutuskan untuk mencarinya besok pagi saja saat terang tanah dan pulang ketempat kami bermalam di Sukabumi…….

Panorama pegunungan di pagi hari ternyata sangat indah
Pagi-pagi sekali setelah sarapan pagi ala kadarnya, maka kami pergi lagi ke Pancuran Tujuh, dan suasananya telah berubah total pada saat terang. Rimbunan pepohonan hijau terlihat indah sekali dengan latar belakang puncak Gunung Gede kebiruan, diarea terlihat tanaman jagung, cabai, dan pohon bunga-bunga yang indah menghampar berwarna warni. Sejenak kami mengagumi keindahan ciptaan Allah SWT. Puas menikmati keindahan alam, kamipun teringat akan benda pusaka yang belum ditemukan, setelah mencari-cari bersama beberapa saat, kujang pusaka langsung ditemukan menghujam dikerimbunan pohon tomat. Kamipun kembali ketempat bermalam untuk meneliti pusaka-pusaka yang kami dapat, sambil mengagumi keindahannya, dan membayangkan cara membuatnya yang sangat rumit. Kupanjatkan do'a syukur kehadirat Allah SWT atas pemberian-Nya yang menakjubkan.
H. Muhammad Bambang Irawan,
Pengasuh Majelis Terapi Nur Syifa'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.