17 Desember 2017

NIAT KETIKA BELAJAR ILMU


Ngaji kitab: TA’LIMUL MUTA’ALIM 3
"NIAT KETIKA BELAJAR ILMU"

PENTINGNYA NIAT BELAJAR
Wajib berniat belajar pada masa-masa menuntut ilmu, karena niat merupakan sesuatu yang fundamental dalam segala hal, sabda Nabi SAW:
“Sesungguhnya sahnya segala amal itu tergantung pada niat.”  
Sabdanya lagi:
“Banyak sekali amal-amal perbuatan dunia menjadi amal perbuatan akherat disebabkan niat yang baik.  Dan juga banyak sekali amal perbuatan akhirat menjadi amal perbuatan dunia disebabkan niat yang buruk.”

NIAT YANG BAIK DAN NIAT YANG BURUK
Didalam menuntut ilmu sebaiknya seorang pelajar berniat mencari ridho Allah SWT.  Mengharap kebahagiaan akherat, menghilangkan kebodohan dari dirinya sendiri dan dari segenap orang-orang bodoh, menghidupkan agama dan melestarikan islam, karena sesungguhnya kelestarian islam hanya dapat dipertahankan dalam ilmu dan perilaku zuhud serta takwa tidaklah sah dengan kebodohan.  Syech Al Imam Al Ajal Burhanudin, pengarang kitab Al Hidayah telah mendedangkan Syair gubahan seorang ulama’:

-“Sungguh merupakan kehancuran yang besar seorang yang alim yang tak peduli.  Dan lebih parah lagi dari itu, seorang yang bodoh yang beribadah tanpa aturan.”
-“Keduanya merupakan fitnah yang besar dialam semesta bagi orang-orang yang menjadikan keduanya sebagai pedoman.”

Dengan menuntut ilmu ia juga harus berniat syukur kepada Allah SWT atas kenikmatan akal dan kesehatan badan.  Jangan sampai ia berniat untuk mencapai pengaruh agar orang-orang disekitarnya berpaling kepadanya, mencari kedudukan dimata penguasa serta yang lain.  Muhammad bin Hasan berkata: “Andai saja semua manusia itu menjadikan hamba sahayaku, niscaya akan kumerdekakan semuanya dan aku akan melepaskan semua hak waris wala’ dari mereka.”

KELEZATAN ILMU
Barang siapa yang telah mengecap kelezatan ilmu dan pengamalannya, maka makin kecil-lah rasa sukanya di dalam hal-hal yang dimiliki manusia.  Syech Al Imam Al Ajal Al Ustadz Qomarudin Hammad bin Ibrahim bin Ismail Ash Shaffar Al Anshari telah mendendangkan untuk kita sebuah syair yang di diktekan oleh Imam Abu Hanifah:

-“Barang siapa mencari ilmu untuk tujuan akhirat, maka beruntunglah ia dengan keutamaan dari petunjuk Allah.”
-“Sungguh amat merugi orang yang mencari ilmu hanya untuk mendapatkan keuntungan dari hamba Allah (manusia).”

Namun apabila seseorang mencari kedudukan untuk dapat menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran, menegakkan kebenaran dan mengagungkan agama bukan untuk kepentingan hawa nafsunya, maka hal itu diperbolehkan sebatas kedudukan dimana ia sudah dapat menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran.  Setiap pencari ilmu hendaknya memikirkan hal tersebut.  Ia sudah menuntut ilmu dengan sebuah perjuangan yang berat.  Jangan sampai ia memalingkannya pada tujuan duniawi yang hina, sedikit dan binasa.  Sebuah syair mengatakan:

-“Dunia itu sedikit dari yang sedikit dan seorang yang tenggelam di dalamnya lebih hina dari orang hina.”
-“Dunia dengan sihirnya membutakan dan menulikan orang, sehingga mereka bingung tanpa pegangan.”

SIKAP DALAM BERILMU
Ahli ilmu sebaiknya tidak merendahkan (menghinakan) dirinya dengan mengharapkan sesuatu yang tidak semestinya dan menghindari hal-hal yang dapat menghinakan ilmu dan ahli ilmu.  Dan ahli ilmu haruslah bersikap rendah hati, yaitu sikap antara sombong dan rendah diri serta bersikap Iffah, yaitu menjaga diri dari perbuatan rendah dan dosa.  Semua itu dapat dikaji dalam kitab akhlak.
Syech Al Imam Al Ajal Ruknul Islam yang terkenal sebagai satrawan terpilih mendendangkan syair gubahannya sendiri:
-“Rendah hati adalah sikap orang yang bertakwa dan kelak ia akan mendapat derajat yang tinggi.”
-“Sungguh mengherankan orang yang tak tahu apakah ia orang yang berbahagia atau celaka.”
-“Atau bagaimana usia atau jiwanya diakhiri apakah akan terpuruk dalam derajat hina atau akan mencapai derajat luhur.”
-“Kesombongan adalah sifat yang hanya menjadi milik Tuhan kita.  Maka jauhilah dan hindarilah.”
Abu Hanifah pernah berucap kepada sahabat-sahabatnya: “Besarkanlah surban-surban kalian dan lebarkanlah lengan-lengan baju kalian.”  Ungkapan ini dikemukakan agar supaya ilmu dan ahli ilmu tidak dipandang remeh.

WASIAT KHUSUS
Setiap penuntut ilmu sebaiknya mendapatkan kitab wasiat yang ditulis oleh Imam Abu Hanifah untuk Yusuf bin Khalid As Simti ketika hendak pulang kepada keluarganya.  Dan buku ini akan ditemukan bagi orang yang mencarinya.  Guru kami Syech Al Imam Burhanul Aimmah Ali bin Abu Bakar (Semoga Allah mensucikan jiwanya) juga menyuruh kami menulis kitab tersebut saat kami akan pulang ke negeri kami, kamipun menulisnya.  Tidak boleh tidak bagi guru dan pemberi fatwa mesti mengambil pedoman dari buku tersebut dalam melayani umat.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.