11 Februari 2016

ILMU SANTET (TENUNG) PENGHANCUR DAGANGAN DAN ORGAN TUBUH


Tenung, santet, teluh serta guna-guna merupakan serangkaian ilmu yang mempunyai kesamaan jenis dan fungsinya.  Kejahatan dengan menggunakan ilmu ini seakan tidak pernah tersentuh oleh tangan hukum, karena hukum memang membutuhkan fakta dan bukti-bukti yang kongkrit, sehingga bisa diterima oleh akal pikiran.  Oleh karena itulah, ilmu tenung, santet, serta guna-guna sering menjadi jalan alternatif untuk melampiaskan rasa sakit hati, dendam, ataupun sekedar menguji keampuhan dari ilmu hitam itu sendiri.  Sehubungan dengan ilmu-ilmu tersebut, Penulis berhasil melacak sebuah kejadian yang cukup menyedihkan akibat dari kekejaman ilmu tenung.  Berikut kisah selengkapnya yang berhasil dihimpun.
Aku merupakan anak bungsu dari lima bersaudara yang hidup disebuah perkampungan yang cukup asri dan penuh dengan kedamaian.  Kehidupan sehari-hari kami adalah bertani, dan terkadang menrima upah mencangkul di sawah orang lain.  Sebagai anak laki-laki aku dan yang lainnya sekarang ini merupakan tumpuan bagi keluarga.  Ayah yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga sekaligus tempat kami berlindung telah lama dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.  Sementara, kakak perempuanku yang satu-satunya, berjualan pecel dan lonthong agar dapat menghidupi anak-anaknya.  Yang cukup menyenangkan rasa hati kakakku ini, setiap jualan yang digelar selalu habis terjual. 

Pembeli bukan saja dari warga sekitar, tapi telah sampai ke kampung sebelah, sehingga tidak jarang pembelinya pun harus rela untuk antri.  Hasil dari berjualan pecel dan lontong selain untuk biaya hidup, sebagian lagi disisihkan untuk biaya pembangunan rumah kami yang terbengkelai.  Rumah yang dulunya terbuat dari kayu, kini telah berubah menjadi rumah yang permanen serta layak huni.  Namun kebahagiaan ini tidaklah berjalan lama.  Tanpa kami sangka sedikitpun, rupanya diam-diam ada orang yang kurang senang dengan kebahagiaan kakaku ini.  Benda-benda yang beraura jahat, kerap kali ditanam di sekitar tempat kakakku berjualan.  Akibat pengaruh benda-benda tersebut sambal dan lontong yang baru saja di masak tiba-tiba saja berubah menjadi basi dan berlendir.  

Terang saja kejadian ini mengundang keluhan dan umpatan dari para pembeli.  “Pik, kok rasa sambalnya agak basi dan lontongnya pun berlendir, apa sambal dan lontongnya sisa yang kemarin? “Tanya sebagian pembeli kepada Unik Upik, kakakku.  Tentu saja kakakku berusaha menampik, sebab dia memang baru menyiapkan semua bahan dagangannya itu.  Namun, pembelaan ini percuma saja, sebab nyatanya sambal dan lontong yang dibuatnya pagi tadi memang talah basi dan berlendir.  Karena begitu seringnya kejadian semacam ini dialami kakakku, maka tidak jarang dia mendapat umpatan dari mulut pembeli.  Kakakku merasa takut pelanggan menjadi kecewa, sehingga dagangannya tidak laku lagi.  Melihat kenyataan tersebut, aku sebagai adik, menyarankan agar kakakku melihatkan kejadian yang tidak masuk akal itu kepada orang pintar.  Kakakku memang mau menuruti saranku ini.  Bahkan kemudian aku sendiri yang mengantarnya ke rumah orang pintar yang dimaksud.

Ringkas cerita, setelah memenuhi segala persyaratan yang dimintanya, maka orang pintar tersebut langsung mendeteksi tempat kakak berjualan.  Alangkah terkejutnya kami mendengar hasil terawangan orang pintar yang satu ini.  “Kedai tempatmu berjualan telah ditanami kabaji!” Kata si orang pintar yang membuat bulu kudukku berdiri meremang.  Perlu diketahui, kabaji merupakan sejenis ramuan untuk memberi kesialan terhadap orang yang hendak dituju.  Kami tidak pernah mengerti siapa dalang di balik ini semua.  Namun alhamdulillah berkat pertolongan orang pintar ini benda-benda laknat tersebut berhasil di angkat secara ghaib.  Untuk mengobati rasa penasaran kami, bungkusan yang telah berhasil diangkat tersebut kami buka.  Setelah dibuka, ternyata bungkusan itu berisikan rambut, tanah kuburan, dan sepotong daging yang talah membusuk.

Seiring di larungnya kabaji tersebut, kedai kakakku pun mulai berangsur-angsur membaik seperti sedia kal, dengan penjualan yang cukup memuaskan, tanpa adanya keluhan ataupun umpatan dari pembeli.  Ya, sambal dan lontongnya tak lagi mendadak basi dan berlendir menjijikkan.  Namun, hal ini ternyata tidak berlangsung lama.  Kejadian tersebut kembali berulang lagi, lontong dan sambal dagangan kakak sering basi dan berlendir.  Ternyata, kabaji-kabaji sering dikirim ke tempat atau lokasi kakak berjualan.  Namun, untunglah berkat bantuan Pak Brahim, orang pintar yang dimaksud, semuanya bisa selalu ditanggulangi.  Kejadian aneh tersebut memang berulang-ulang sampai beberapa kali, sampai akhirnya petaka itu datang pada bulan Februari di tahun 2004 yang silam.

Kali ini bukan kabaji lagi yang dikirim oleh si pendengki, melainkan penyakit yang sangat menyiksa kakakku.  Bagaimana tidak menyiksa, perut kakak sering kali terasa mulas ingin buang air besar.  Namun anehnya ketika di kamar kecil tidak bisa keluar barang sedikitpun.  Tak hanya itu, penderitaan kakak masih ditambah lagi dengan rasa sakit seperti ditusuk-tusuk pada bagian perutnya.  Berhari-hari kakak mengidap penyakit aneh itu, hingga jualannya jadi terbengkelai.  Aku sendiri hanya bisa menangis ketika kakakku mengerang menahan rasa sakit yang teramat sangat, ini jelas sekali terlihat dari raut wajahnya. 

Kejadian ini bahkan berlangsung sampai beberapa bulan lamanya, sampai-sampai perut kakak tampak membesar, buncit seperti orang hamil.  Tak hanya itu, kulit perutnya juga tampak memerah seperti akan meledak.  Karena kasihan melihat kondisi kakak, aku coba menghubungi beberapa orang pintar agar dapat mengobati sakit aneh yang mendera kakakku satu-satunya ini.  Tidak sedikit uang yang kami keluarkan untuk biaya pengobatan penyakit kakak yang super aneh ini.  Akibat biaya pengobatan, uang dan perhiasan yang selama ini menjadi tabungan kakak, akhirnya nyaris habis tanpa sisa.  Sementara sakit yang diderita kakak tidak juga kunjung berangsur sembuh, malah semakin parah, sehingga menimbulkan rasa cemas dihati kami sekeluarga. 

Atas saran salah seorang keluarga, aku coba membawa kakak ke rumah sakit untuk memeriksakan penyakit yang dialaminya.  Yang semakin membuat kami kian cemas, pihak rumah sakit pun tidak dapat mendiagnosis penyakit apa yang sedang menyerang kakak, sekalipun sudah di rontgen segala.  “Aneh, kami tida dapat menyimpulkan penyakit apa yang sedang diidap oleh saudara Anda.  Dari hasil rontgen sama sekali tidak terlihat adanya penyakit ditubuh saudara Anda.  Untuk itu kami hanya bisa menyarankan agar secepatnya dibawa ke tempat lain sebelum terlambat, “kata Dokter Budiman yang mendiagnosa penyakit kakak.  Walaupun dokter tersebut tidak bicara langsung, namun sebagai orang Minang, aku dapat mengerti apa yang dimaksud ke tempat lain tersebut.  Dengan uang seadanya, aku coba menghubungi salah satu orang pintar yang berdomisili di daerah Ampang.

“Aku akan mencoba mengobati saudaramu.  Besok tolong cukupi sesaji yang aku butuhkan.  Ingat, jangan sampai kurang, penyakit kakak kamu bukan penyakit biasa,”kata si paranormal yang kuminta tolong.  Bahkan saat mendeteksi rumah kami dia mengatakan, “Rumah ini telah ditanami benda magis yang mematikan, hanya orang-orang yang memiliki Gasing Tangkurak yang bisa mengangkat ini semua, “kata sang paranormal dengan mimik tegang.  Aku hanya bisa bingung, melongo.  Jujur saja, aku kurang paham dengan hal-hal berbau magis.  Yang pasti, sesuai dengan permintaan Datuk Kapeh, sang paranormal keesokan harinya setelah sesaji di rasa cukup, orang pintar tersebut langsung membaca mantera rahasianya, agar dapat mengangkat benda yang dimaksud.

Aneh, setelah mantera dibacakan, tiba-tiba ada semacam bungkusan melayang ke hadapan Datuk Kapeh.  Bungkusan laknat tersebut memakai kain hitam, yang berarti bagian atas maupun bagian bawah diikat dengan benang tujuh rupa.  “Alhamdulillah….kita telah berhasil menarik benda laknat ini!” kata sang paranormal dengan penuh kelegaan.  Mungkin pembaca dapat membayangkan, betapa senang hatiku saat itu.  Seiring diangkatnya benda laknat tersebut, penyakit yang selama ini dialami kakakku, lambat laun mulai berangsur pulih.  Pada mulanya tidak bisa buang air, sekarang sudah mulai keluar sedikit-sedikit.  

Walaupun itu hanya sekali dalam dua hari.  Wajah kakak yang dulunya kelihatan pucat, kusut, sekarang sudah mulai kelihatan berseri.  Namun kebahagiaan ini tidaklah berjalan lama, penyakit yang selama ini menjadi momok dalam kehidupan kakak sekarang balik lagi.
Kali ini, penyakit yang dialami kakak tampak semakin ganas dan menakutkan.  Waktu tidur malam, merupakan hal yang sangat sulit.  Betapa tidak? perasaan ingin buang air besar ditambah rasa sakit yang mencengkeram pada bagian perut seakan tidak mau memberi peluang untuk menikmati tidur malamnya.  Akibatnya, kakak nyaris tak pernah bisa beristirahat karena perutnya yang sakit dan selalu ingin buang air besar.  Sungguh berat penderitaan yang dialami kakak, entah sampai kapan kakak menjalani penderitaan ini. 

Walau terasa berat cobaan ini, namun kami tidak pernah patah arang.  Selagi ada kesempatan kami akan berusaha mencari jalan keluarnya.  Kali ini, kami mencoba membawa kakak ke salah satu orang pintar di daerah Lubuk Lintah.  Dengan ilmu yang dimilikinya, si orang pintar pun berhasil melacak penyebab dari penyakit yang selama ini menggerogoti kakak.  “Mari ikut aku untuk mengambil kiriman yang telah menyebabkan semuanya ini!” Kata si orang pintar.  Ritualpun dilakukan.  Masyaallah, aku dan yang lainnya sangat terkejut sesampainya ditempat yang dimaksud.  Dibawah pohon kelapa dekat rumah kami, di dapat seekor katak dengan kaki terikat oleh benang tujuh rupa.  Sementara dibagian perut dari katak tersebut menancap sebuah jarum.  Dibagian anus dari katak malang ini, diikat pula pakai benang tujuh rupa.  Sungguh pemandangan mengiris perasaan bagi siapapun yang melihatnya.  Katak itu jelas merupakan personifikasi dari kakakku, sehingga dia mengalami kondisi yang sedemikian penuh dengan penderitaan.  Buktinya, setelah katak tersebut dilepas, orang pintar ini pun mulai buka mulut.
“Kalau ingin melihat saudara anda sembuh tolong secepatnya beli ramuan yang aku butuhkan,” Kata orang tersebut dengan mimik muka penuh kekhawatiran.

Aku dan yang lain menyanggupi apa yang dikatakan orang pintar ini, karena memang kesembuhan kakak yang menjadi tujuan kami.  Namun, untuk tidak dapat diraih, malang tidak dapat ditolak.  Belum lama berselang dari waktu pelepasan katak yang menjadi media tenung.  kakak akhirnya menghembuskan nafas terahirnya, innalillahi wa inna ilaihi roojiun.  Akibat sakit perut yang terus buang air besar, sementar makannya jarang, maka bisa jadi organ pencernaan kakak telah banyak yang hancur, sehingga nyawanya tidak dapat tertolong lagi.  Mungkin sudah nasib kakak harus melakoni drama kehidupan yang cukup menyakitkan ini.  Perih memang, tapi apa daya aku hanya bisa pasrah menerima kenyataan ini.  Doaku, semoga Allah SWT mengampuni segala dosa dan kesalahan kakakku yang malang ini.  Untungnya, ramuan yang ditanam di rumah kami kali ini belum genap 100 hari.  Konon, kalau sampai 100 hari ramuan tersebut terbenam, maka akan ada yang mati menjadi korban keganasan ilmu tenung ini.  Demikianlah kisah nyata yang kami alami sekeluarga.  Semoga ada hikmahnya bagi kita semua.  Amiin.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.