20 Februari 2016

ILMU GUNA-GUNA PENGHAMBAT JODOH



Wanita itu manusia biasa, akan tetapi setiap lelaki yang dijodohkan dengannya selalu melihat wajah wanita itu seperti kera.  Tak pelak, para lelaki tersebut memutuskan meninggalkannya.  Ikuti kisahnya sebagai berikut…!!

Hari-hari Rina, sebut saja begitu, warga sebuah desa di Kecamatan Srengat, Blitar, Jawa Timur, kini dinaungi kebahagiaan.  Harapannya memiliki keluarga sendiri akhirnya terwujud juga.  Diusia 35 tahun kini, ia telah memiliki suami, bahkan meski masih kecil.  Keberadaan suami dan anak tersebut, dirasakan Rina sebagai anugerah terbesar dan istimewa.  Perasaan itu, bukanlah satu sikap yang berlebihan.  Sebab kedua anggota keluarga tersebut, suami dan anak baru berhasil dimilikinya setelah berulang kali hatinya mengalami kepahitan.


Menurutu penuturan seorang kerabat dekatnya, yang tidak mau disebut namanya Rina yang lulusan S-1 itu sebelum akhirnya dilamar dan dinikahi SMD, suaminya kini, lebih dulu harus mengalami lima kali bal dilamar oleh lelaki berbeda.  Yang lebih menyakitkan, kesemua lelaki itu membatalkan lamaran dengan alasan yang sama, yakni mengaku melihat wajah Rina seperti wajah kera.

Apa yang dilihat dan dikatakan para lelaki itu, waktu itu terasa cukup aneh dan menyakitkan hati Rina.  Sebab kenyataannya, meski berkulit agak hitam, wajah Rina tergolong manis.  Dan, semua keluaraga maupun rekan-rekannya juga mengakui hal tersebut.  Rina awalnya tidak tahu, kenapa para lelaki itu bisa mengatakan demikian.  Ia pun hanya bisa merasa terhina dan sedih, setiap kali ada lelaki yang mengatakan demikian.  Namun, berkat seorang kyai, akhirnya tebongkarlah semua kemisteriusan tersebut.  Kyai yang tak disebut namanya itu, menurut Rina, mengatakan jika kondisi itu akibat guna-guna kiriman seorang lelaki yang pernah ia tolak cintanya.

Lebih lanjut kerabat keluarga Rina itu menuturkan, bahwa tragedi kehidupan itu bermula dari keinginan Rina meniti karir di Jakarta.  Waktu itu, begitu menamatkan kuliah dengan nilai cukup memuaskan, Rina  langsung merantau ke Ibukota untuk mencari kerja, tentunya setelah mendapat ijin dari kedua orang tuanya.  Ia berangkat sendirian, hanya berbekal alamat seorang rekannya yang sudah lebih dulu merantau dan bekerja disana. 

Keinginan Rina bekerja di Jakarta, sebenarnya sudah ada sejak lulus SMA, atas ajakan rekannya itu.  Ajakan tersebut datang setelah Rina gagal untuk kedua kalinya dalam tes CPNS di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Blitar, setamat SMA.  Tapi keinginannya terganjal ijin orangtuanya, lantaran Rina waktu itu hanya berijasah SMA.  Alasan orang tua itualah yang kemudian mendorong Rina untuk kuliah lebih dulu.  Dan begitu berhasil menyandang gelar sarjana, ia pun meneruskan tekadnya yang tertunda.  Orangtuanya pun tak punnya alasan lagi untuk melarang.  Di Jakarta, meski berbekal ijasah S-1 dan telah dibantu rekannya yang sudah pengalaman hidup disana tak mudah bagi Rina untuk cepat mendapatkan pekerjaan.  Hingga sebulan di Jakarta, ia masih menganggur.  Padahal sudah lebih dari 5 surat lamaran yang telah dimasukkannya ke beberapa perusahaan.  Tak satupun dari surat lamaran itu yang berbuah panggilan kerja.  Untungnya, Rina tak mudah patah arang.  Di tengah perbekalan yang kian menipis, ia terus berjuang menaklukkan kerasnya persaingan Ibukota. 

Menolak Cinta Pemuda Banten
Perjuangan Rina yang tak kenal menyerah membuahkan hasil saat ia dua bulan tinggal disana.  Sebuah perusahaan yang bergerak dibidang export-import, memanggilnya untuk bekerja.  Sejak itu pula, pergaulan Rina tidak lagi sebatas lingkup tempat kost rekan yang ditumpanginya.  Teman-temannya pun bertambah banyak.  Bukan hanya sesama karyawan di kantornya, tapi juga karyawan perusahaan lain yang dekat dengan tempatnya bekerja.  Tidak juga hanya sesama wanita, tapi juga lelaki.  Hanya saja, figur gadis pendiam tetap melekat pada diri Rina.

Dari sekian banyak teman barunya ternyata ada satu pemuda asal Banten yang tertarik dan terus berusaha mendekati Rina.  Pemuda itu pun tak peduli meski Rina sendiri menganggapnya sebatas teman biasa.  Ia terus berusaha mengambil simpati Rina.  Hingga satu hari, pemuda tersebut mengutarakan isi hatinya kepada Rina.  Ia mengutarakan secara terus terang isi hatinya yang terpendam selama ini.  Tetapi Rina menolak secara halus ungkapan pemuda itu.  Ia mengajak pemuda itu untuk berkawan biasa saja.

Setelah mendapat jawaban demikian, pemuda tersebut tak pernah lagi menegur Rina setiap kali bertemu.  Jangankan menegur, memandang saja tidak mau.  Namun oleh Rina, kecuekan itu justru disyukuri.  Pikirnya saat itu, dengan begitu pemuda tersebut tak lagi mengejar-ngejar dirinya.  Hingga akhirnya, tak lama dari penolakanya dan berubahnya sikap pemuda itu, Rina merasakan sesuatu yang aneh pada wajahnya.  Setiap malam, wajahnya terasa agak panas.  Walau telah dibedaki dengan bedak pendingin wajah, rasa panas itu tetap ada.  Takut ada kelainan, Rina lantas memeriksakan diri ke dokter spesialis kulit.  Tapi, hasilnya…! Pemeriksaan medis menunjukkan tak ada tanda-tanda penyakit pada kulit wajah wanita ini.

Lega tapi bercampur aneh.  Itu yang dirasakan Rina setelah dokter menyatakan dirinya sehat-sehat sja.  Sebab rasa panas pada wajahnya tetap muncul setiap malam tiba.  Bahkan kondisi terasa makin parah dan menyiksa.  Rasa panas yang semula hanya muncul beberapa menit, selanjutnya semakin lama.  Sejauh itu, Rina belum menyadari apa yang dialaminya memiliki kaitan dengan tindakannya menolak pemuda asal Banten yang sempat jatuh hati padanya itu.  Karena semakin merasa tersiksa dengan penyakit anehnya itu, Rina kemudian mengajukan surat pengunduran diri dari perusahaan tempatnya bekerja.  Begitu surat pengunduran dirinya disetujui perusahaan, ia pun langsung pulang kampung ke Blitar.

Dicampakkan banyak lelaki.
Keanehan langsung dirasakan Rina sesampainya di kampung halaman.  Rasa panas yang biasanya muncul pada wajah, tak pernah lagi dirasakan.  Atas dasar itulah ia bermaksud kembali ke Jakarta.  Kalau bukan karena kedua orang tuanya melarang, terutama sang ibu, ia tentu sudah berangkat lagi.  Tak ingin mengecewakan hati kedua orang yang dihormatinya, Rina mengurungkan niatnya.  Sejak saat itu, ia kembali menjadi gadis pengangguran dan tinggal bersama orang tua di kampung.

Meskipun pernah tinggal di kota metropolitan, saat berada di kampung, Rina tatap seperti gadis desa pada umumnya.  Bersifat pendiam dan jarang keluar rumah tanpa ada keperluan penting.  Kurangnya bergaul dengan orang luar itulah yang membuat Rina tak kunjung mendapatkan jodoh hingga usianya memasuki 30 tahun.  Kedua orangtuanya pun risau atas kondisi putrinya itu.  Mereka lantas mengambil inisiatif untuk mencarikan Rina jodoh.  Sebenarnya ada beberapa lelaki, anak dari kenalan orang tua Rina bersedia menikahi Rina.  Tapi, tak ada dari mereka yang meneruskan kesanggupannya.  Sekali datang kerumah keluarga Rina untuk melihat dari dekat dan berkenalan langsung dengan Rina, mereka menghilang begitu saja.  Kejadian demikian lebih dari lima kali.  Saat itu belum jelas, apa yang menjadi penyebab atau alasan para lelaki tersebut mengurungkan niat mempersunting Rina.



“Setiap kali ada orang yang nontoni (melihat dan berkenalan langsung), selalu langsung pulang,” Tutur salah seorang kerabat Rina yang tak mau disebutkan namanya.  Kenyataan itulah yang dirasakan begitu pedih oleh kedua orang tua Rina.  Sampai suatu hari, ada seorang pemuda lagi yang bermaksud berkenalan langsung dengan Rina.  Tapi anehnya, ia terlihat seperti terkejut saat bertemu Rina.  Dan berikutnya, sama seperti para lelaki sebelumnya, pemuda itu buru-buru pamit pulang dan membatalkan kesediaanya mempersunting Rina.

Sejak saat itu, orang tua Rina berusaha mencari tahu penyebab sikap dan tindakan para pemuda tersebut.  Jawaban pun akhirnya didapat setelah sebulan penuh menyelidiki.  Sebagaimana dituturkan kerabat keluarga Rina, semua itu disebabkan para pemuda tersebut melihat keanehan pada diri Rina.  Gadis hitam manis itu, dimata mereka tampak berwajah buruk bahkan mirip muka seekor kera.  “Pokoknya, dimata para pemuda yang bermaksud menyuntingnya, wajah Rina tampak seperti muka kera.  Karena itulah, mengapa semua lelaki yang berkenalan dan melihat langsung pada pulang.  Padahal dimata orang umum, termasuk keluarganya, dia tetap tampak cantik dan hitam manis,” Tutur kerabatnya itu.

Jawaban demikian tak pelak membingungkan dan membuat kedua orang tua Rina beserta kerabatnya, semakin bersedih.  Mereka lantas menanyai Rina, tentang yang pernah dialaminya selama tinggal dan bekerja di Jakarta.  Untungnya, Rina mau mengaku terus terang jika pernah menolak cinta seorang pemuda asal Banten.  Rina juga menceritakan, kalau sejak menolak cinta pemuda tersebut dan masih tinggal di Jakarta, setiap malam wajahnya terasa panas.  Atas dasar pengakuan itu, pihak keluarga langsung meyakini kalau Rina talah terkena guna-guna.  Dna mereka berani menduga, pelakunya tak lain adalah pemuda asal Banten itu.  Mereka pun lantas mendatangi seorang Kyai untuk meminta bantuan.  Ternyata apa yang mereka yakini tidak salah.  Kyai yang mereka datangi juga menyatakan hal serupa.  Sayang, jenis guna-guna serta pengirimnya, sang kyai tak mau mengungkapkan.
Beruntung bagi Rina, Kyai itu berhasil menyembuhkannya.  Dan tak lama setelah hal “hitam” yang mengganjal perjodohannya itu dinetralisir, Rina dilamar seorang pemuda dari sebuah desa di Kecamatan Wonodadi, Blitar.  Yakni SMD yang menjadi suaminya hingga kini.

Pesan Admin:

Dari cerita diatas dapat disimpulkan bahwa kita sebagai manusia harus selalu waspada terhadap hal-hal yang tidak kita inginkan.  Walaupun niat kita baik kepada orang, tapi belum tentu orang tersebut menerima niatan kita itu.  Bagi seorang wanita sangatlah penting selalu berdoa kepada Tuhan agar selalu dilindungiNya dimanapun berada.  Selain itu apabila diperlukan maka admin akan memberikan sebuah amalan yang bisa dipegang dan diamalkan dalam keseharian sebagai sarana ikhtiar pemagaran badan dari energi negatif yang tak terduga.  Bagi pembaca yang berminat silahkan klik di sini DOA KESELAMATAN DIRI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan sesuai topik pembahasan.